Rabu, 01 Juli 2009

PENGANTEN SUNAT ITU ADALAH KEMUDIAN LAHIRLAH DIA

Oleh : Shri Bahraina
Pembuka
Niatan untuk rencana mengkhitan Oka (Shri Indrjana Priyandana) sudah lama. Rencananya sudah harus dilaksanakan dua tahun lalu. Saat Oka duduk di Kelas 3. Rencana itu tertunda terus sampai pada suatu ketika menjelang kenaikan Kelas VI, kira-kira 4 bulan sebelumnya, Oka menagihnya kembali. "Bu, nanti kalau aku naik kelas, sunat ya, bu!" pintanya sambil berkomentar jauh "Sederhana aja bu. Nggak usah dirayain. Cukup selamatan. Aku nggak minta apa-apa. Yang penting sunat, soalnya teman-temanku sudah semua. Aku malu kalau sunatnya sudah gede".
"Ya, ya...do'akan, Insya Allah! Mudah-mudahan ada rezekinya," kata ibunya memberikan harapan dan kebahagiaan pada putra ketiganya, Oka. Benar juga, tutup tahun kalender pendidikan 2008-2009, saat pembagian raport, apa yang dijanjikan Ibunya ditagih lagi. "Oka, disunat, kan bu?" tanya Oka di ruang kelas tempat ibunya mengajar.
"Ya nak, sabar!" kata ibunya menentramkan.
Alhamdulillah! Tanpa rencana dan persiapan sedikitpun, melalui keputusan tiba-tiba, setelah 9 jam sebelumnya diawali acara selamatan (syukuran) pengajian yang dihadiri para tetangga (tidak lebih 60 orang) untuk memohon restu dan do'a keselamatran, esokya, Minggu 28 Juni 2009 Oka resmi jadi penganten sunat. Tak ada kemeriahan dan sebaran undangan ke handai taulan. Cuma sanak saudara. Apalagi tetabuhan (hiburan musik) seperti kakanya, Eky (Shri Fajar Fikruzzaman). Benar-benar sepi kecuali keriuahan para tetangga hilir mudik datang menjenguk sambil menanyakan acara sunatan diam-diam. "Maaf, aduh kita nggak ada rencana. Dadakan!", kata ibunya memohon untuk dimaklumi. Ada satu-dua guru datang menjenguk, seperti Pak Pulung, Bapak-Ibu Ustadz Mukmin dan Utadz Sodikun beserta Ibu meskipun capek kelelahan setelah 8 jalan perjalanan dari Tegal menyempatkan. Satu orangtua murid (lupa namanya) juga datang.
Satu lagi yang tidak boleh dilupakan dan amat membahagiakan bagi Oka adalah hadirnya Pak Sigit beserta Ibu Silvy dan putri tunggalnya Novi. Keluarga ini sudah seperti keluarga. Awal pindah ke Perumahan Griya Asri-BSD sampai sekarang, keluarga Pak Sigit dengan keluarga orangtua Oka selalu membina hubungan silaturahmi baik. Alhamdulillah!
***
Sebuah Kewajiban
Sunatan atau menyunat anak laki-laki yang akan beranjak remaja atau dewasa sudah merupakan kewajiban orangtuanya. Secara hukum agama, jujur ayah tidak terlalu detail mengetahuinnya. Pengetahuan ini tersusun dalam pikiran secara turun temurun. Ketika kecil dulu, ayah ingat bagaimana orang tua-tua di kampung, setiap samen (mungkin diadopsi dari bahasa Inggris yaitu examination) banyak yang menyunati anak-anaknya. Itu saja yang ayah ketahui. Selebihnya secara hukum agama maupun kaidah ilmiahnya, belum ayah tanyakan pada ahlinya. Paling tidak acara sunatan untuk anakku Oka sekarang ini sebagai pelaksanaan kewajiban orangtua pada anaknya. Sebuah tanggungjawab yang harus ayah dan ibu lakukan meskipun secara sederhana sekalipun. Tunai sudah kewajiban itu dilaksanakan. Dan ini memang sudah menjadi haknya Oka sebagai anak laki-laki yang mengharuskan melalui fase sunat.
Soal syukuran atau kemeriahan dengan mengundang berbagai kerabat dan handaitaulan merupakan keinginan dan cita-cita. Mengumpulkan sanak keluarga, tetangga dan kenalan (teman ayah dan ibu termasuk teman Oka) menjadi pupus. Bukan karena pelit, tetapi keadaan yang memaksa untuk mengkondisikan demikian. Syukurlah beberapa sanak-saudara, tetangga dan handaitaulan, bisa memahami dan memaklumi. "Yang penting, yang pokoknhya, pak! Sunatnya itu," seorang teman ayah berkomentar.
Syukurlah, kau mau mengerti dan faham tanpa harus diuraikan dalam tulisan ini. Nampaknya seperti yang pernah ayah sampaikan dalam bentuk tulisan 10 tahun lalu, kelahiran Oka benar-benar dalam suasana negeri ini penuh pesakitan. Peralihan dari masa Orde Baru ke Era Reformasi melahirkan berbagai macam keprihatinan. Malah beberapa saat menjelang pergantian rezim, keterpurukan ekonomi begitu dalam. Banyak rakyat yang jatuh miskin. Para pegawai banyak yang terkena PHK, sehingga berdampak pada kondisi kehidupan keluarganya. Namun demikian sebagai bangsa yang pernah dimanjakan pada masa pemerintahan sebelumnya, banyak menimba pengalaman. Akhirnya setelah sekian tahun masa-masa krisis dijalani dan dilalui, ada banyak pelajaran yang berharga bagi bangsa ini, termasuk prinsip kehati-hatian dalam menata kehidupan agar tidak terperosok pada kecelakaan sejarah yang kedua kalinya. Benar, sejarah memang memberikan pelajaran yang berharga. Sebagai bahan permenungan, perlu juga ayah salin kembali tulisan 10 tahun lalu yang menggambarkan bagaimana kondisi dan keadaan Ibu Pertiwi saat Oka lahir. Beginilah bunyinya:
KEMUDIAN LAHIRLAH DIA
Rumah di kawasan Griya Asri Blok.F4 No. 7, Bumi Serpong Damai itu akhir-akhir ini terasa ramai. Sering terdengar suara orang menimang bayi. Sesekali canda ria begitu riang. Maklum kehadiran jabang bayi laki-laki itu telah menghadirkan kegembiraan bagi penghuninya. "Baru lima bulan," ketika ditanya soal Si Kecil yang lahir di Tangerang tanggal 18 Agustus 1998.
Saat kelahirannya, Bumi Pertiwi sedang meradang kesakitan. Pergantian sejarah baru saja dimulai. Selamat tinggal Orde Baru dan selamat datang Orde (Era) Reformasi. Meski perubahan telah terjadi, demonstrasi belum juga berhenti. Kerusuhan meletup di sana-sini. Berdampak atau tidak, yang jelas rakyat Indonesia mulai banyak yang jatuh miskin. Sayup-sayup jerit kelaparan sudah mulai menghias sejarah bangsa. Ibarat sebuah "nyanyi Sunyi" terpendam sebuah gejolak sosial yang maha dahsyat dimana sewaktu-waktu dapat menimbulkan suatu ledakan revolusi sosial. Maka "Kemudian Lahirlah Dia". Oka tidak saja terseret, namun telah menjadi penumpang sebuah Kapal Besar Indonesia. "Insya Allah! Saya yakin Tuhan YME akan memberikan hikmah dan pelajaran dari krisis moneter yang berkepanjangan ini," kata Pak Herman, ayah Shri Indra Janapriyandana alias Oka sambil bertekad untuk membesarkan Si Bungsu (ternyata tidak jadi Si Bungsu, karena beberapa tahun kemudian lahir Shri Embun Rinjani Kasih Pramestya alias Inggit) semaksimal mungkin serta tidak akan membiarkannya berkembang dan tumbuh tidak layak.
"Alhamdulillah! seperti halnya kedua kakaknya, Oka tidak termasuk bayi yang rewel. Senyumnya membuat kami selalu kangen," kata Ibunya, Sri Hartini, yang sehari-hari Guru di Al Azhar BSD. Bayi lelaki saat lahir berkulit putih dan bermata sipit tersebut, termasuk ber-ASI dan berbeda dengan kedua kakaknya,--- Adi dan Eky---, harus susu tambahan.
Semoga angin krisis moneter akan segera berhenti. Walau banyak ramalan bahwa krisis ini baru berakhir 4 s/d 5 tahun kedepan, tidaklah surut berjuang. Ramalan adalah ramalan, kerja keras harus tetap dilakukan. Sejalan dengan itu Oka pun turut berlayar dan dibesarkan dalam Kapal Raksasa Indonesiaa. "Dia tidak saja saksi tapi telah menjadi bagian dan Insya Allah pelaku sejarah. Amin...... Tangerang, 2 Pebruari 1999. Suherman.
***
Kepada Kevin dan Jason
Sejujurnya aku merasa terharu ketika membaca sebuah ucapan selamat dan do'a dari kedua adik kelasku Kevin & Jason. Dalam keseharian meskipun sama-sama satu sekolah yaitu di SD Islam Al Azhar Bumi Serpong Damai, mereka bukan teman sepermainan. Ibuku bilang Kevin adalah muridnya. Termasuk anak pandai, cerdas dan berbudi baik. Bagiku ucapan selamat dan do'a adalah lebih dari cukup dan sebuah hadiah yang tak akan aku lupakan dan terlupakan. Oleh karenanya sudah sepantasnyalah apabila tulisan dalam Kartu Ucapan berwar gading ku salin penuh sebagaimana adanya. Berikut tulisan itu!
Assalamualaikum....
Selamat untuk Kakak Oka yang sudah dikhitan ya...
Semoga menjadi anak yang sholeh dan berbakti pada orangtua... amiin..
Wassalam...
Kevin & Jason
Penutup
Inilah tulisanku. Aku akhiri dan tutup. Hanya sebuah ucapan terimakasih yang amat dalam kepada semua pihak yang telah berkenan membantu khitanku. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan itu. Tak lupa aku juga ingin menyampaikan mohon maaf kepada semua teman-teman sekelasku dan siapa saja yang tidak aku undang dan dikirimi khabar atas acara khitanan ini. Terus terang acara ini begitu mendadak meskipun niat sudah lama. Namun seharmal (sehari semalam) usai bagi raport niatan itu dilaksanakan mendadak. Alhamdulillah! Allah SWT sebagai pemilik diriku yang menguasai jagad alam ini, akhirnya mendengar niat dan do'a kedua orangtuaku. Terkabulkan sudah berkat uluran tangan-tangan para walimurid Kelas III.C Angkatan 2008-2009. Betapa semakin mempertebal keimananku bahwa sesungguhnya Allah SWT tidak pernah tidur dan selalu memperhatikan do'a kebaikan yang dipanjatkan ummatNya. Sebagaimana aku sampaikan dalam awal tulisan ini, khitan ini berjalan dalam kesederhanaan. Tak ada kemeriahan pesta. Apalagi tetabuhan. Cukup acara selamatan untuk memanjatkan do'a kepada Allah SWT agar khitan berjalan dengan selamat. Bagiku dikhitan saja sudah lebih dari cukup. Inilah karunia Allah SWT yang patut aku syukuri. Terimakasih. Amin....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar