Selasa, 30 Juni 2009

PEMIMPIN YANG BERANI, EFEKTIF DAN DEMOKRATIS*)

"SATU KATASATU PERBUATAN"

JUSUF KALLA sebenarnya bisa menjadi sosok pemimpin yang ideal. Ia berani seperti Soekarno, efektif seperti Soeharto, dan demokratis seperti B.J. Habibie. Kalla buka pemimpin yang sukar ditebak. Tidak mencla-mencle, tidak pula ragu-ragu. Ia rasional tak percaya takhayul, dan mampu menyampaikan gagasan secara artikulatif, kendati tanpa retorika membuih.
Sejarah mencatat keberhasilan seorang Jusuf Kalla ketika menyelesaikan perbagai persoalan. Ia datang ke Aceh, menawarkan perdamaian dan diterima. Sengketa berdarah di ujung utara Sumatera, yang telah terjadi selama hampir 10 tahun, ia tangani dengan sempurna. Kalla berhasil menuntaskan prahara di Poso dan Ambon. Triliunan uang untuk anggaran subsidi minyak tanah bisa dihemat setelah ia menggenjot pemakaian elpiji.
Di usianya yang menjelang 67 tahun (Jusuf Kalla lahir pada 15 Mei 1942), ia tidak terlihat seperti orang tua tertatih-tatih. Kalla seorang pekerja keras yang paham betul makna setiap detik yang berlalu. Ia disiplin dan tak mudah menyerah. Sikapnya terbuka pada wacana baru, realistis, mau berdialog, dan suka bekerja sama.
Meski datang dari Makassar, anak pasangan Haji Kalla dan Hajjah Athirah itu tak gagap oleh gemerlap Jakarta. Prestasi, katanya, dimulai dengan kepercayaan diri. Kalla buka seorang akademisi, tapi ia cukup cerdas untuk memahami banyak persoalan. Ia memiliki kemampuan untuk mengurai akar permasalahan dan mengenali setiap dimensi yang melingkupinya. Kebiasaan sejak muda menuntunnya dalam menemukan solusi yang tepat dari pemahamannya akan masalah-masalah tersebut. Begitu cepat, tanpa banyak biaya terbuang. Begitu sistematik, sangat komprehensif.
Kalla selalu mampu bertindak sigap sambil tetap tenang, tidak grasa-grusu. Ia saksama mengamati keadaan. Ketika krisis tahun 2008 mulai menerjang, Kalla berhitung. Ia lalu meyakini, Indonesia punya peluang untuk bertahan. Optimisme ia tebarkan. Sebagian menteri di kabinet terlihat panik dan buru-buru mengajukan perpu penanggulangan krisis sebagai rancangan undang-undang. Kalangan DPR RI menolak karena begitu banyak moral hazard dalam RUU itu. Kalla bertindak realistis. Ia fokus pada penanggulangan krisis dan tak mau usaha itu dibebani persoalan politik dari Senayan. Ia berusaha mendapatkan hasil yang konkret-konkret saja.
Maka berkunjunglah Kalla ke Cibaduyut, Bandung, membeli sepatu buatan sana dan memasarkannya ke seluruh pejabat. Keponakannya, yang memimpin organisasi pengusaha muda, ia sindir karena masih memakai sepatu impor. Ia memberi contoh. Industri lokal harus digalakkan untuk membuat perekonomian domestik. Ia cenderung sering melahirkan keputusan yang berorientasi pada solusi kontret dan memberi pengaruh langsung pada perbaikan.
Jusuf Kalla biasanya tak suka pada tujuan yang muluk. Ia seorang yang pragmatis. Di saat yang sama, ia juga seorang risk taker, berani menghadapi tantangan. Dan kalau sudah berani mengambil tantangan itu, Kalla akan memberdayakan semua potensi pada dirinya, dan yang ada di sekililingnya, untuk mendapatkan hasil optimal. Ia memiliki banyak jaringan dan mampu begaul dengan banyak kalangan. Bangsawan Bugis ini bukan seorang bergaya priayi. Kalla senantiasa mampu memberi kesan pada semua orang bahwa bekerja keras itu penting. Kemejanya kerap berlenggan pendek, atau digulung jika berlengan panjang.
Sebelum terjun ke dunia politik, Jusuf Kalla adalah seorang pengusaha. Di Sulawesi Selatan, ia sempat menjabat Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda). Ia mewarisi usaha sang ayah dan membuatnya menjadi lebih besar. Gelar Sarjana Ekonomi diperolehnya dari Universitas Hasanuddin, tahun 1967. Jusuf Kalla juga sempat belajar di The Eroupean Institute of Business Adminisgtration Fontainebleau, Perancis hingga tamat tahun 1977. Kalla menikahi perempuan Minang bernama Mufidah dan mereka dikaruniai lima orang anak. Kini, Kalla adalah Ketua Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin.
Sejak reformasi, nama Jusuf Kalla berkibar di Jakarta. Mulai dari masa kepresidenan Abdurrahman Wahid hingga Megawati Soekarnoputri, ia telah menduduki pelbagai menteri. Pada tahun 2004, Jusuf Kalla ikut tampil sebagai calon wakil presiden, mendampingi calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pasangan itu menang, dan mencatatkan sejarah sebagai Presiden dan Wakil Presiden yang pertama kali dipilih secara langsung oleh rakyat.
Tak lama kemudian, pada Desember 2004, saudagar Bugis tersebut menjadi Ketua Umum Partai Golkar, menggantikan Akbar Tanjung. Kepemimpinan Kalla di Golkar membuat banyak kebijakan pemerintah bisa berjalan efektif. Di partai itu pula, ia menggelorakan perubahan. Ia menuturkan, yang mutlak di Golkar adalah perubahan. Kendati sempat lekat dengan Orde baru, Kalla menegaskan, Partai Golkar selalu hadir dan ikut dalam gerbong perubahan. Kini, gebrakan baru kembali ia bikin. Menjelang Pemilu 2009, Partai Golkar menetapkan 60% calon anggota legislatifnya adalah generasi muda yang berusia sekitar 40 tahun. Jusuf Kalla kembali menebar benih, menjalankan rekruitmen, membangun Golkar di masa depan.
Jakarta, Maret 2009
Editor
*) Tulisan ini dikutif penuh Catatan Seorang Wakil Presiden “H.M. Jusuf Kalla”

Selasa, 23 Juni 2009

SURAT MEREKA ADALAH SERTIFIKAT

Oleh : Sri Hartini
Menjadi Tidak Pribadi
KUMPULAN surat itu hampir dibuang ke dalam tong sampah tanpa guna. Sudah hampir tiga bulan lebih tersimpan di atas tumpukan map yang ada di meja kerja. Beberapa pucuk surat terserak lepas dari tumpukannya. Satu surat lagi sudah dipakai alas makanan ringan berminyak. Jelas benar bekasnya dan membuat tulisan pinsilnya kabur hampir tak terbaca. Surat-surat itu memang telah kubacai sepintas lalu.
Entah karena libur panjang dan banyak waktu luang yang tidak lagi dibikin repot urusan sehari-hari karena beban mengajar, ketika memberesi tumpukan map dan kertas-kertas bekas, surat-surat itu mendorongku dibaca ulang. Awalnya secara tak sengaja aku membaca kembali salah satu surat yang ditulis dan dikirimkan salah seorang murid padaku. Setelah aku sempurnakan struktur dan bahasa dari surat itu jadi beginilah bunyinya : Surat dari hatiku untuk guruku. Kebaikan Bu Sri adalah kalau aku menyelesaikan tugas/mengisi SKPM, Ibu Sri memberiku nilai A/a-. Terimakasih, Bu Sri. Aku do'akan supaya Bu Sri mendapatkan banyak pahala dari Allah SWT. Amien... Dan menjadi orang kaya. Aku juga mendo'akan mudah-mudahan Bu Sri awet muda, tidak cepat tua. I love you, Bu Sri Hartini.!
Meski surat itu tanpa nama pembuat dan pengirimnya, bukan berarti surat kaleng. Dan itu satu dari 34 pucuk surat. Surat-surat itu dibuat oleh anak-anak Kelas III.C, dimana aku sebagai Walikelasnya selama 1 tahun (2008-2009). Akulah yang memintanya agar mereka mau menulis tentang diriku. Bebas! Boleh memuji dan boleh juga mengkritik. Agar mereka lebih leluasa menumpahkan apa yang ada dipikirannya tentang diriku, aku memintanya untuk tidak menuliskan nama pembuatnya. Termasuk merubah model tulisannya. Ini semata-mata agar mereka tidak terbebani bila memang harus mengkritik gurunya. Itulah caraku, bagaimana melihat diriku sendiri, baik itu dari sisi kepribadian maupun keilmuan. Aku yakin melalui orang lain suatu kelemahan atau kekurangan bisa dilihat.
Syukurlah, melalui sebuah pertimbangan tersendiri, aku merasa perlu untuk memberikan jawaban atas surat-surat itu meskipun hanya dibahas secara umum dalam bentuk tulisan ini. Dan hanya inilah suatu kemungkinan yang dapat aku lakukan. Tidak satu-satu aku membahasnya, meskipun aku tahu bahwa surat memang hak milik pribadiku sebagai gurunya yang menerima, membaca dan menyimpannya. Namun setelah aku bacainya kembali surat-surat itu, penuh penghayatan dan perenungan, sekaligus pertimbangan akan isi serta makna dari apa yang tertulis di dalamnya, mau tidak mau aku melepaskan hak pribadi itu. Isinya patut diketahui, minimal para guru seprofesiku perlu membacanya. Apa yang murid-muridku tulis dan sampaikan padaku mudah-mudahan mewakili pikiran dan aspirasi sebagian besar murid yang ada di sekolah tempat mereka menimba ilmu.
Sebagai Ingatan Masa Lalu
Hak jawab yang aku tulis sekarang ini belum bisa murid-murid fahami termasuk memaknai isinya. Perlu beberapa tahun ke depan untuk bisa mencernanya. Kata orang dalam usia dan pengetahuan murid Kelas IV Sekolah Dasar pikirannya masih cetek. Andaikata di antara mereka ada yang menyempatkan membacanya, tidak lebih cuma membaca itu saja. Biarlah secetek apapun nalar mereka saat ini, buatku tidak terlalu soal, yang pasti tulisan ini harus kutulis ketika suasana bathin masih sejaman. Apa yang aku tumpahkan dalam tulisan ini tak akan juga dikirim kepada mereka yang memang berhak membaca dan menerimannya. Paling tidak tulisan ini dipakir abadi dan terbuka di dalam blog yang bisa diakses oleh siapapun yang sudi membacanya.
Mereka yang telah menulis dan mengirimkan surat kepadaku kelak, setelah mereka kuliah atau menjadi orang yang sukses di tenagh masyarakat akan mengenangnya. Kenangan mereka pada guru dan teman-temannya saat seusia dan sejamannya. Tulisan mereka secara keilmuan (paleografi, maaf jika aku salah memberi istilah) akan menjadi bahan tertawaan dirinya sendiri. Belum lagi isinya, isi surat yang mereka ungkapkan pada gurunya. Pujian, kejengkelan dan saran terpahat sudah. Mungkin saja semua itu akan menjadi kebanggaan diri dan bahan gunjingan ketika antar mereka melakukan reuni.
Surat-surat itu sendiri bagiku maupun mereka kelak atau beberapa tahun kemudian, tidak akan pernah lagi ingat pada surat yang tulisnya. Mungkin cuma mereka-reka, andaikata masih ada yang ingat, paling bantar tidak lebih dari sepuluh. Surat itu ditulis dan dikirimkan tanpa nama dan tanggal pembuatannya. Yang pasti surat itu bukan surat kaleng, surat-surat itu dibuat murid-muridku Kelas III.C Sekolah Dasar dimana aku sebagai Walikelasnya. Kelak surat itu akan dijadikan ingatan masa lalu, masa-masa dimana mereka masih anak-anak, masih Sekolah Dasar. Sudah tentu surat-surat itu telah menjadi prasasti dalam sejarah hidupnya.
Sebuah Kepolosan dan Kejujuran
Dari sisi pengungkapan, sebagai gurunya aku bangga. Tulisan dalam surat-surat dibuat begitu polos, tanpa rekayasa atau dibuat-buat untuk sekedar menyenangkan hati seorang gurunya. Yang lebih aku banggakan dari anak-anak, betapapun polosnya mereka bersurat, setiap kritikan yang disampaikan dalam tulisan surat selalu diawali oleh kata-kata yang amat sopan.
Betapa berbudi-pekertinya mereka, padahal awal aku meminta murid-murid membuat dan berkirim surat tanpa nama pembuat yang ditujukan kepadaku sendiri, lebih dari untuk mengetahui sejauhmana kemampuan daya pikir murid bisa menghargai gurunya. Alhamdulillah! Mereka mampu menyampaikan pemikirannya dengan polos, lugas, baik dan runut. Bagiku ini merupakan prestasi tersendiri sebagai pendidik. Juga peran orangtuanya. Suatu kerjasama yang mulia dan menyenangkan dalam mendidik anak-anak selama 1 tahun. Menjadikan seorang anak yang cerdas dan berbudi pekerti luhur. Seorang anak didikku menyampaikan kritikannya melalui tulisan diawali kata maaf berulang-ulang sebelum mengkritik gurunya. "Ibu Sri cerewet, bawel dan suka marah-marah," tulisnya. Secara utuh beginilah bunyi tulisan surat itu :
(Maaf, artikel ini sedang dalam edit dan finishing)

Minggu, 21 Juni 2009

A.M. FATWA, Wakil Ketua MPR RI Dianugerahi Gelar Doktor

Rabu, 17 Juni 2009
(Keterangan Foto : Ki-Ka, Suherman (Ketua Yayasan), A. Karim. DP (Mantan Ketua PWI), A.M. Fatwa (Wakil Ketua MPR RI), Andi Mursalim Daeng Mamanggung (Salah Satu Pendiri Golkar). Lokasi Statsiun Kereta Api Kebon Kawung Bandung. Kami saat itu naik Parahiyangan dalam rangka menghadiri Peringatan 40 hari wafatnya H. Mahbub Djunaidi.
A.M. FATWA, Wakil Ketua MPR RI mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) di bidang Pendidikan Luar Sekolah Selasa (16/6) kemarin. Fatwa, menurut promoter Prof Dr Hafid Abas, dinilai tepat mendapatkan gelar itu karena aktivitasnya selama ini. Dalam pidato yang cukup panjang, A.M Fatwa sempat mengkritik perilaku elite politik yang tak mencerminkan kenegarawanan. Ia berharap peta perpolitikan masa kini segera diubah.�Persepsi bahwa politik itu ranah kotor, kejam, penuh intrik, dan tak ada perjuangan selain untuk kekuasaan, harus segera diakhiri melalui keteladanan kalangan elite politik serta kehendak semua masyarakat,� katanya dalam acara yang juga dihadiri Wakil Presiden H.M. Jusuf Kalla dan Ketua Mahkamah Konstitusi Prof Dr Mahfud MD.Tanpa itu, kata Fatwa, agenda kenegaraan akan stagnan karena masing-masing sibuk mengejar kepentingan individu dan kelompoknya saja.�Cara-cara distortif tersebut masih terlihat sampai saat ini ketika para elite politik lebih mengedepankan kepentingan kelompok dan dirinya sendiri dengan berlindung atas nama rakyat,� katanya. Para elite politik sibuk mengejar kepentingan kelompok bahkan personal dengan menggunakan cara-cara yang jauh dari kehendak rakyat.Menurut Fatwa, perilaku elite politik semacam ini harus segera diakhiri dan mengacu pada sikap politik yang beretika dan mengedepankan kepentingan rakyat.Sedang Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam sambutan singkatnya sangat menghargai upaya UNJ memberi anugerah gelar doctor untuk A.M. Fatwa. �Saya tahu A.M. Fatwa sebagai tokoh yang sangat konsisten. Sulit dicari tokoh seperti A.M. Fatwa. Tokoh sekarang didekati saja sudah berubah,� kata Jusuf Kalla.Fatwa laki-laki kelahiran Sulawesi Selatan 12 Februari 1929 ini kini terpilih sebagai anggota DPD RI mewakili Propinsi Jakarta. Mantan Wakil Ketua DPR RI ini adalah aktivis Partai Amanat Nasional. Ia dulu dikenal sebagai mubalig keras yang sempat meringkuk di penjara Orde Baru selama 12 tahun sejak tahun 1984.
Abdul Karim Daeng Patombong (Ampala Poso, Sulawesi Tengah, 29 Mei 1926). Ketua umum PWI Pusat tahun 1963-1965 yang lebih dikenal dengan nama Karim DP ini, menjadi wartawan lebih karena bakat. Sejak kecil Karim DP memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap berbagai masalah. Ia selalu mencari tahu latar belakang suatu peristiwa atau masalah, di samping senang membaca, menulis, dan melakukan perjalanan.Pendapatnya tentang profesi wartawan, pertama, profesi ini memberikan kesempatan untuk banyak mengenal pejabat, tokoh masyarakat dan politisi, serta dikenal banyak orang.Kedua, profesi wartawan merupakan salah satu pekerjaan yang penuh tantangan dan paling efektif untuk memperkaya pengetahuan, karena setiap hari terlibat dalam hal-hal baru, guna disebarkan sebagai informasi kepada masyarakat luas. Ketiga, setiap hari wartawan dituntut banyak membaca dan belajar guna memperdalam wawasan, bergaul dengan berbagai lapisan masyarakat, profesi, dan kedudukan, sehingga mampu menyerap dan mengolah informasi guna disampaikan kepada masyarakat.Karim DP menempuh pendidikan di Sekolah Mubaligh Muhammadiyah, Yogyakarta. Semasa sekolah ia sudah mulai mengirim karangan ke berbagai suratkabar.Ia mulai memasuki dunia kewartawanan pada masa pendudukan Jepang dengan bekerja di Kantor Berita Domei. Sesudah proklamasi ia menjadi wartawan perang di Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta (1945-1950), kemudian pindah ke Sin Po, Jakarta, yang belakangan berganti nama menjadi Panca Warta, dan kemudian berganti lagi menjadi Warta Bhakti. Di media ini Karim sempat menduduki jabatan puncak sebagai pemimpin redaksi karena, Presiden Soekarno menghendaki koran ini dipimpin oleh orang Indonesia asli.Semasa memimpin Warta Bhakti, ia juga aktif dalam kepengurusan PWI. Mulai dari Penulis II Pengurus PWI Jaya (1960-1961) hingga menjadi Ketua Umum PWI Pusat (1963-1965), menggantikan Djawoto yang terpilih sebagai Sekjen Persatuan Wartawan Asia-Afrika (PWAA) dan kemudian menjadi Duta Besar di RRC. Sebagai pengurus PWI Pusat, Karim berkesempatan menjadi anggota MPRS (1960-1963), dan anggota DPA (1963-1965). Di bidang politik, ia pernah menjadi anggota Badan Pekerja Kongres PNI (1963-1965). Pada masa itu, PWI yang memang sudah banyak dipengaruhi komunis, banyak bergerak di dalam aksi politik, misalnya, menghadapi BPS dan suratkabar atau wartawan yang tidak sefaham, ataupun menghantam kekuatan-kekuatan lain yang tidak sefaham seperti Angkatan Darat dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Tidak lama sesudah peristiwa G30S/PKI, posisinya sebagai Ketua Umum PWI Pusat diganti. Ia tak diizinkan lagi menjalani profesi wartawan, dan ditahan selama 14 tahun. Setelah Orde Baru tumbang ia dapat aktif kembali dengan bekerja di Jurnal Solidaritas. Sesudah angin reformasi berhembus di Indonesia, Karim DP, sejak 2002, menjadi Ketua Umum Solidaritas Korban Pelanggaran Hak Azasi Manusia. Pengalaman paling berkesan yang dirasakan Karim selama menjadi wartawan adalah ketika ditugaskan meliput langsung pertempuran di Ambarawa. Pada masa revolusi Karim memang menjadi wartawan perang.Pada hari tuanya, Karim meluncurkan dua buku yakni Dari Revolusi Agustus 1945 sampai Kudeta 1966 (2002) dan Apa Sebab Bung Karno Bisa Digulingkan? (2003). Ia pernah kuliah di Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan Universitas Indonesia, tapi tidak tamat. (Tim EPI/ES/SSWJ)

DAN KEMERIAHAN PUN BERAKHIR

Oleh : Sri Hartini *)
Kalender pendidikan tahun pelajaran 2008-2009 telah berakhir. Sebagai hadiah pelepasan dari kalender pendidikan itu sebuah kemeriahan digelar dengan penuh suka cita oleh sekolah. Pementasan seni dalam bentuk aneka ragam kreasi dari masing-masing kelas pun disuguhkan di atas panggung terbuka. Tanpa kecuali, mulai dari Kelas 1 sampai dengan Kelas 6. Dan setiap kali penampilan berakhir disambut tepuk tangan meriah para penonton. Pesta kenaikan kelas memang telah menjadi tradisi diadakan saban tahun. Tidak hanya pertunjukan kesenian, bazaar pun di gelar. Pesta ini seperti pasar kaget yang sering dijumpai di sudut sudut perkampungan atau tempat-tempat tertentu yang hadir bertepatan penyelenggaraan suatu event. Bazaar itu sendiri yang dipenuhi aneka ragam barang dagangan. Mulai dari penjaja peralatan sekolah sampai makanan. Malahan ada satu dua orang membuka stand dagangan dalam bentuk barang-barang kelontong. Tentunya tidak sedikit pedagang memanfaatkan kemeriahan anak-anak, banyak yang berjualan mainan (toys). “Meriah! Kapan lagi? Setahun sekali!” kata orangtua murid menyambut pesta kemeriahan setahun sekali tersebut.
Bazaar akhir tahun di saat perayaan kenaikan kelas tentu sangat berbeda dengan bazaar pada umumnya. Bedanya diadakan oleh intern sekolah, baik itu panitia maupun pesertanya. Termasuk juga para pengunjungnya hanya intern sekolah sendiri. Andaikatapun ada pengunjung lain, maksudnya dari luar sekolah, bisa dihitung dengan jari. Itupun karena diajak oleh sanak famili yang kebetulan ada kerabatnya bersekolah di situ. Tak heran kalau pesta seperti itu laksana sebuah pertemuan keluarga besar atau silaturahmi yang ditunggu semua orangtua murid. Sebuah silaturahmi antar orangtua murid dengan orangtua murid ataupun orangtua murid dengan para gurunya termasuk penyelenggara pendidikan tempat dimana anak-anaknya bersekolah. Mereka lebur jadi satu menikmati kemeriahan pesta akhir tahun berbarengan mengambil raport kenaikan kelas anak-anaknya.
Seorang Ibu Guru mendekati paruh baya berdiri di salah sudut kiri arena tempat pesta kemeriahan itu digelar. Berbalut baju kurung (separuh badan) warna hitam dan bercelana panjang putih, sorot matanya menatap serius ke depan panggung pertunjukan. Ibu itu terus-menerus tersenyum tanpa henti sambil bertepuk tangan dan sesekali membetulan dudukan kaca-matanya yang mulai loncer di atas hidungnya. “Terimakasih, nak!” suara pelan Ibu Guru itu sambil mengacungkan jempol menyambut berakhirnya penampilan anak-anak didiknya di atas panggung yang terlihat cukup baik. Ibu guru itu yang tak lain adalah walikelasnya yang merasa puas dan kagum atas murid-muridnya tampil baik di atas pentas. Tidak heran kalau banyak orangtua murid lain kelas terkagum-kagum sambil bertepuk tangan meriah. Tepuk tangan itu memang haknya bagi murid-muirid yang tampil baik. Itulah penilaian sebagai penghargaan terhadap jerih payah dari usaha mereja berlatih dengan baik serta konsisten sesuai yang adianjurkan dan diajarkan gurunya. Sebuah kehormatan memang patut diterimanya.
“Penampilan kelas berapa, ya? Kok, bagus sekali!”, seru orangtua murid berkomentar.
“Kelasku! Kelas anakku” kata orangtua murid menimpali yang merasa anaknya ikut tampil di panggung.
Penampilan baik dan membuat kagum penonton itu, juga telah membayar jerih-payah usaha gurunya selama setahun mengajar. Anak-anak itu tidak saja mengobati keletihan gurunya yang selama seminggu secara marathon bekerja keras mempersiapkan segala sesuatunya yang berkaitan dengan kenaikan kelas. Mulai dari mengoreksi soal, menilai dan merangking prestasi anak didiknya. Perlu suatu ketelitian agar tidak melahirnya suatu perasaan ketidak adilan. Inilah kerja seorang guru diakhir tahun. Ujian yang paling berat bagi seorang guru adalah saat akan kenaikan kelas. KEPUTUSAN SEORANG GURU AKAN DIUJI KETIKA AKAN MEMBERIKAN NILAI YANG AMAT MENENTUKAN UNTUK KENAIKAN KELAS ANTARA NALURI DAN KENYATAAN. APAKAH SEORANG ANAK DIDIKNYA BERHAK NAIK ATAU DINAIKAN? “Alhamdulillah anak-anak didiku adalah anak unggulan! Mereka anak-anak yang pandai dan berbudi pekerti luhur. Insya Allah, Naik!" katanya Ibu guru itu sambil mengatakan bahwa penampilan anak-anak didiknya di pentas itu merupakan hadiah baginya diakhir tahun. "Sebuah kenangan yang tidak akan dilupakan dan terlupakan,” katanya saat ditanya rekan seprofesinya.
***
Pesta kenaikan kelas telah berakhir. Raport kenaikan kelaspun telah dibagikan. Anak-anak dan gurunya pun menikmati liburan akhir tahun dengan waktunya cukup panjang jika dibandingkan dengan waktu-waktu liburan sekolah biasanya. Banyak kegiatan untuk mengisi liburan akhir tahun. Untuk mengisi liburan akhir tahun biasanya sudah dirancang dan dipersiapkan jauh-jauh hari. Aktivitas berlibur diakhir tahun dilakukan bisa merupakan bonus atau hadiah bagi putra-putrinya yang naik kelas atau berprestasi. Tetapi ada juga kegiatan liburan akhir tahun merupakan kegiatan rutin atau tradisi keluarga untuk refreshing setelah selama setahun beraktivitas. “Refreshing menghilangkan kejenuhan,” kata orangtua murid yang setiap tahun mengajak keluarga berlibur ke tempat-tempat wisata di tanah air.
Sebagai hadiah akhir tahun, banyak orangtua mengajak anak-anak liburan ke tempat-tempat wisata. Ada yang pergi liburan ke Bandung, Yogyakarta, Brastagi, Bali, Lombok, Bunaken dan tempat wisata tanah air lainnya. Tetapi ada pula yang mengunjungi kampung halaman menjenguk ke sanak saudara atau kakek-neneknya. Sedangkan bagi anak-anak yang orangtuanya berkecukupan, banyak yang berlibur melancong ke luar negeri. Tak hanya itu kesempatan mengisi liburan akhir tahun ada yang melakukannya ke arah lebih bermanfaat, beberapa orangtua murid ada juga yang mengajak anaknya menunaikan Ibadah Umroh ke Tanah Suci, Mekah. Istilah populernya kegiatan wisata religi.
Masih soal mengisi liburan akhir tahun, ada juga orangtua murid yang memanfaatkannya untuk mengkhitan anaknya. Sebuah kegiatan menunaikan salah satu dari sekian deret kewajiban orangtua pada anaknya menjadikan lebih Islami. Karena memang itu pilihan waktu yang paling tepat untuk melakukan acara khitanan. Selebihnya memanfaatkan liburan sekolah seperti liburan semester menjadi tidak mungkin. Disamping waktu libur semester itu amat singkat waktunya, sering berbenturan dengan aktivitas kegiatan ekstra kurikuler. Sedangkan pemulihan kesehatan anak sehabis dikhitan memerlukan waktu cukup panjang. Bisa lebih dari seminggu. Sementara kepadatan dan beratnya beban materi pelajaran yang harus ditekuni tidak memungkinkan anak-anak meminta izin sedemikian panjang untuk meninggalkan waktu belajar di sekolah. “Resikolah! Ketinggalan pelajaran” kata orang tua murid sambil menjelaskan lebih jauh bahwa liburan akhir tahun waktunya cukup panjang dan kondisi anak tak lagi terbebani pelajaran tahun berjalan.
Lain murid, lain pula para gurunya. Meskipun pemanfaatan waktu liburan akhir tahun tidak sepenuhnya bisa digunakan, paling tidak ada waktu lebih dari dua minggu untuk sedikit bersantai. Minimal beban pelajaran tahun berjalan sudah lepas alias plong. Target sudah dikerjakan sebagai mestinya. Tuntutan pencapaian program kurikulum sudah tidak ada lagi. Selebihnya hanya mempersiapan tahun pelajaran berikutnya. Dan ini sudah merupakan kegiatan tahunan, rutin dan reguler. Aktivitas guru biasanya diisi oleh Rapat Kerja Tahunan Sekolah yang membahas agenda sistem dan mekanisme pengajaran setahun ke depan, pembagian kelas dan berbagai rancangan kegiatan ekstrakulikuler. Termasuk Ibu guru yang baru saja ditinggal anak-anak muridnya menuju kelas yang lebih tinggi. Baginya secara teknis pekerjaan itu sudah berulang kali dikerjakan. Kesiapan menghadapi tahun pengajaran baru baik teknis maupun mental. Tak ada kebosanan menghadapi situasi semacam itu. Tidak juga enjoi, meskipun materi pelajaran yang di sampaikan dari tahun ke tahun itu-itu juga, tetapi situasi yang amat berbeda. “Saban tahun anak-anak akan berbeda sifat dan karakternya,” katanya tersenyum.
Itulah ritme pekerjaan berulang balik. Tak benar kalau pekerjaan itu menjenuhkan. Tergatung pada pribadi Si Guru itu sendiri dalam menyikapi dan menghayati pekerjaannya. Bersyukurlah pada Allah SWT yang senantiasa menciptakan manusia yang satu dengan lainnya amat berbeda sifat dan karakternya. Termasuk ukuran kemampuan cara berpikirnya. “Selama bertahun-tahun mengajar, tidak ada kesamaan antara satu angkatan dengan angkatan lainnya. Berbeda! Karena berbeda itulah, cara dan dinamika seorang guru dalam beraktivitas termasuk retorika mengajarnya tidak akan sama. Biasanya menyesuaikan dengan tuntutan keadaan, meskipun materi yang diajarkan serupa,” kata Ibu guru itu berargumen.
“Paling tidak,” kata Ibu guru itu melanjutkan “Bahwa yang membuat sama adalah saat beraktivitas dimulainya tahun ajaran baru. Minggu-minggu pertama biasanya para orangtua dan anaknya disibukan menyesuaikan diri dengan keadaan dan suasana baru. Termasuk orangtua yang mengantar anaknya baru masuk sekolah. Aktivitas membujuk dan menasehati anak oleh para guru termasuk orangtuanya agar mau sekolah dan tidak menangis merupakan pemandangan yang rutin. Tangisan anak-anak yang baru pertama kali masuk sekolah itu terasa merdu seindah nyanyian Hymne Guru. Selebihnya aktivitas akan berjalan normal seperti biasanya. Itulah sebuah kerjasama yang terhormat dan bijaksana yang terbentuk dengan sendirinya antara guru dan walimurid bagi kepentingan mengantarkan anak-anak ke gerbang masa depan yang lebih cemerlang dan bermartabat.
Begitulah cara menyikapi dan mengisi roda kehidupan di dunia pendidikan, dunianya kaum terpelajar yang mengagumi ilmu pengetahuan sebagai mata air kehidupan sekaligus setitik cahaya penerang jalan bagi masa depan. Begitulah sistem itu tercipta tanpa henti dan berjalan secara berulang-balik. Tak heran setelah kemeriahan berakhir, mereka pun menutupnya dengan liburan akhir tahun dengan cara dan kekuatan isi kantongnya masing-masing.
*) Walikelas III.C Tahun Pelajaran 2008-2009

Kamis, 18 Juni 2009

TANDA KASIH GURU BAGI MURIDNYA

CATATAN BAGI KALIAN ANAK-ANAK KELAS III.C
Esok, Sabtu tanggal 20 Juni 2009 kalian anak-anak akan menerima raport kenaikan kelas. Kenaikan dari Kelas III ke Kelas IV. Ibu ucapkan selamat kepada kalian bagi yang naik. Untuk yang tinggal kelas, jangan berkecil hati. Anggaplah kemenangan yang tertunda. Tahun Pelajaran yang akan datang, bagi yang naik, mudah-mudahan di Kelas IV nanti belajar lebih rajin. Jadilah anak yang pintar agar berbudi pekerti yang luhur. Hanya itulah tugas kalian selama bersekolah. Jangan kalian sia-siakan waktu dan kesempatan. Betapa besar jasa Ibu dan Ayah kalian dalam membesarkan kalian untuk menjadikan seorang anak yang baik, pintar dan berhasil mencapai cita-cita. Ingat tidak semua anak bisa menikmatinya. Bersyukurlah kalian kepada Allah SWT karena dilahirkan dari Ibu dan Ayah yang berkecukupan dan mampu membiayai kalian untuk bersekolah dan kuliah.
Anak-anakku sekalian!
Nilai yang kau dapatkan dan tertulis dalam raport adalah prestasi kalian selama setahun. Itulah hasih jerih payah kalian belajar. Apapun yang tertulis di situ telah menjadikannya sebuah catatan (nilai raport, red) yang patut kalian terima. Bisa jadi bahan renungan untuk catatan yang menurut kalian belum dianggap baik. Tersenyum, tentunya bagi yang memang mendapatkan catatan sesuai harapannya. Catatan baik dan buruk adalah dua mata yang saling berdampingan dan berjalan beriringan. Oleh karena itu apapun jadinya semuanya harus diambil hikmah yang positif. Catatan baik, tak perlu menjadikan diri menjadi sombong, karena suatu saat catatan burukpun akan datang. Begitu juga catatan buruk, tidak juga dijadikan sesuatu yang membebani sehingga diri kita menjadi merasa bersalah. Sang Waktu masih terus berjalan dan terus membawa kita akan adanya suatu titik pusaran. Kata orang ada up dan ada pula down. Tidak mungkin selalu di bawah. Juga sebaliknya selalu berada pada titik atas.
Satu tahun kalian berkiprah dan berusaha dengan susah payah meraih prestasi guna mendapatkan catatan baik harus diajdikan modal perjuangan berikutnya. Insya Allah! Di ruang dan waktu yang akan datang kalian pasti mampu. Kalian adalah anak-anak unggulan Ibu yang amat berharga dan memberikan nilai kenangan yang tidak mungkin Ibu lupakan dan terlupakan. Jadilah kalian murid Ibu yang tetap dan terus unggul dimanapun kalian berada. Sebuah janji pada kalian yang harus ditanamkan adalah: BERIKAN YANG TERBAIK BAGI DIRIMU AGAR KELAK MEMBAWAMU KE ARAH SUKSES YANG DAPAT MEMBAHAGIAKAN IBU DAN AYAH KALIAN.
Sekali lagi Ibu ingin menyampaikan selamat naik kelas dan berprestasilah di Kelas IV, semoga menjadi anak yang pandai dan budiman. Oh, ya! Ibu juga ingin menyampaikan terimakasih atas surat-surat kalian kepada Ibu. Mengharukan pujian dan kritik yang kalian sampaikan. Maaf bila dalam setahun Ibu melakukan sesuatu yang tidak berkenan di hati kalian. Amin.

Minggu, 14 Juni 2009

Arti Keluarga













Album Keluarga (3)



Mata Air Keluarga

Memang tidak banyak yang terekspos ke luar, bahwa di balik kesulitan dan kepenatan menjadi seorang pengajar atau pendidik, apalagi lembaga pendidikan tempat mengajar merupakan lembaga pendidikan yang cukup punya nama, sudah barang tentu banyak menguras energi dan pikiran yang ekstra. Syukurlah!

Album Keluarga (1)


Minggu, 07 Juni 2009

Ketika Guru Menjadi Paforit atau Kenangan

Oleh : Dra. Sri Hartini
Ketika kita baru mendaftarkan diri untuk membukan suatu account e-mail di suatu situs (yahoo dan google, dsb) akan diberikan beberapa pertanyaan untuk dijadikan pilihan. Pertanyaan begitu berarti dan penting bagi si penggunanya untuk mengaktifkan kembali e-mailnya apabila suatu waktu lupa pasport atau ID yang akan digunakan.
Di antara sekian banyak pilihan pertanyaan itu diantaranya adalah : “Siapa nama belakang guru paforit anda?” Kesannya pertanyaan itu biasa-biasa saja, tetapi hampir pengguna internet terutama yang akan mendaftarkan e-mail, lebih banyak jatuh pada pilihan pertanyaan tersebut. Entah karena gampang mengingat pertanyaannya sekaligus jawabannya atau memang benar-benar paling mudah mencari jawabannya. Apapun alasannya, faktor yang terpenting dan menarik adalah hadirnya peran sosok seorang guru pada kehidupan seseorang. Guru di sini tidak dikhususkan pada satu jenjang atau tingkatan pendidikan, tetapi secara general mulai dari tingkat pra usia sekolah Taman Kanak Kanak (TK), SD, SMP sampai SMU. Artinya pertanyaan tersebut mengajak kita untuk berpikir siapa guru yang paling melekat dihati (berkesan) pada dirinya ketika bersekolah, baik mulai dari TK maupun sampai dengan SMU.
Untuk menjadi guru paforit dan dikenang oleh anak didiknya memang tidaklah gampang. Dan ini tidak lepas dari sumber kepribadian Si Guru itu sendiri dalam menempatkan diri di tengah-tengah anak didiknya. Secara kasat mana yang lebih umum seorang guru mudah diingat (dikenang) oleh anak didiknya adalah dari sisi karakter atau sikap (sifat) guru itu sendiri dalam keseharian ketika mengajar. Misalnya galak, ketus, judes, dan cerewet (bawel) mungkin juga pilih kasih. Tetapi seorang guru bisa juga dikenang memiliki budi pekerti yang baik, sopan, halus dalam bertutur kata ketika menegus seorang didiknya melakukan kesalahan (nakal).
Yang lebih berkesan dan akan terus diingat serta dikenang oleh sebagian besar muridnya adalah cara/metoda guru di dalam menyampaikan meteri pelajarannya dengan baik sehingga mudah dimengerti oleh murid-muridnya. Kemampuan seorang guru mentransfer ilmunya tidak lepas karena guru yang bersangkutan mempunyai dasar yang kuat di dalam menguasai materi yang akan diajarkan. Di samping karena faktor latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang studi yang diajarkan, juga karena guru tersebut memang mempersiapkan diri sebelum dirinya tampil di hadapan murid.
Tipe guru semacam ini akan membentuk suatu image seorang guru yang mempunyai rasa tanggungjawab pribadi yang tinggi terhadap apa yang disampaikan kepada anak didiknya. Sehingga anak-anak biasanya akan merasa senang terhadap pelajaran yang disampaikan guru bersangkutan.
Sebagai pribadi yang mempunyai rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap apa yang diajarkan kepada anak didiknya, biasanya guru tersebut akan selalu berpegang teguh pada aspek kepribadian sbb :
1. setiap pekerjaan yang dibebankan kepada dirinya akan dikerjakan secara tuntas atau sampai selesai.
2. berusaha menghasilkan pekerjaannya yang terbaik.
3. bertanggungjawab terhadap semua yang dihasilkan dari pekerjaannya baik yang buruk atau yang jelek.
4. akan merasa bersalah apabila ada hal-hal yang dikerjakannya itu ternyata salah atau keliru.
Keempat aspek tersebut merupakan salah satu cara membetuk suatu pencitraan yang positif pada diri seorang guru di mata anak didiknya. Oleh karena itu ada 3 faktor yang perlu diperhatikan oleh seorang guru untuk mencapai suatu pencitraan diri yang positif yaitu :
1. Persiapan.
Hanya dengan persiapan yang cukup, guru tersebut akan lebih yakin atau percaya diri terhadap penguasaan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada anak didiknya. Melalui persiapan mengajar yang baik, berarti guru tersebut sudah memenangkan keberhasilan separuh dari yang dipertarungkan. Karena dengan persiapan yang terencana, guru yang bersangkutan secara dini sudah mengantisipasi kemungkinan adanya masalah yang akan timbul. Lalu dirinya juga telah mempertimbangkan mencari sebuah alternatif solusi penyelesaian termasuk pada akhirnya bagaimana menyusun atau mengatur strategi demi pencapaian tujuan mengajar yang baik dan benar.
2. Berpikir Unggul
Demi tercapainya suatu pencitraan diri yang positif, guru harus senantiasa berpikir unggul yang pada akhirnya akan mendorong untuk berusaha menghasilkan anak-anak yang pandai dengan nilai yang sangat memuaskan.
3. Belajar Berkelanjutan
Selain faktor kedua tersebut di atas, pencitraan diri yang positif perlu didukung oleh sebuah komitmen pada pembelajaran yang terus berproses tanpa henti. Seorang guru harus senantiasa menggali perkembangan pengetahuan yang terus berubah setiap saat. Sebagaimana pepatah mengatakan bahwa menuntut ilmu dilakukan mulai dari ayunan sampai ke liang lahat (kuburan).
Sebuah penekanan bagi seorang guru yang harus diperhatikan bahwa proses akhir dari hasil belajar atau pengetahuan yang disampaikan seorang guru harus memberikan dampak perubahan yang positif bagi anak didiknya yang berhasil mendapatkan pengetahuan ataupun sebuah keterampilan dari gurunya. Diharapkan pengetahuan atau keterampilan yang didapatnya akan dijadikan sebagai pembuka jalan dalam meraih kesuksesan di kemudian hari.
Menjadikannya sosok guru paforit dan dikenang murid-muridnya kelak, bukan perkara yang gampang terutama pertimbangannya karena profesionalisme. Jasa seorang guru yang paling melekat di memori para muridnya akan lebih berkesan jika pengetahuan yang dimiliki seorang guru mendorong muridnya untuk terus menekuni pengetahuan yang disampaikannya. Bagi murid pengetahuan yang disampaikan guru tersebut tidak hanya dijadikan referensi tetapi pembuka jalan bagi meraih cita-cita para muridnya di masa depan. Terimakasih.
*) Wali Kelas III.C

Rabu, 03 Juni 2009

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (1)

Surat untuk guruku BU SRI
Aku enggak suka Bu sri, karena Bu sri terlalu SOK TAHU!!! Saat aku sedang berjalan melewati Fariz dan Kevin yang sedang berantem. Bu sri bilang "HEH!! KAMU!! IBU TURUNKAN KAMU KE KELAS BIASA! MAU?!" Bu Sri mengira kalau aku ikutan berantem, padahal TIDAK!!!
Saran :
Jangan SOK TAHU!! Kalau seperti itu terus murid baru dari Kelas 2 yang akan naik ke Kelas 3, akan merasa malu, lalu mengadu ke orang tuanya. Setelah itu Ibu Sri bisa berurusan dengan Kepala sekolah MAU???!!!!!

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (2)

Saran : (Sambungan dari Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya 1)

Jangan SOK TAHU!! Kalau seperti itu terus murid baru dari Kelas 2 yang akan naik ke Kelas 3, akan merasa malu, lalu mengadu ke orang tuanya. Setelah itu Ibu Sri bisa berurusan dengan Kepala sekolah MAU???!!!!!

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (3)

Surat untuk Ibu Sri

Bu Sri, aku itu ada nggak sukanya sama Bu Sri ada senangnya juga. Gak sukanya itu kalau angkat tangan suka gak ditunjuk. Kalau sukanya Ibu Sri itu itu baik orangnya. Aku selalu disayang, diajdiin asisten kalau ada yang mau ngisi SKPM. Kalau gunting kuku kadang suka diguntingin. Saranku buat bu Sri jangan duluin orang yang tunjuk tangannya sesudah orang yang duluan. Maafin aku ya Bu Sri. I'm sorry to you Bu Sri. He, he, he...

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (4)

Surat untuk guruku Bu Sri
Aku suka Bu Sri karena Ibu sri suka cerita. Paling suka pas Bu sri cerita serem. Saran Bu sri kalau mau jadi guru yang baik harus menyayangi muridnya dan selalu menjaga emosi dan jangan sombong dimana pun tempat Bu Sri berada.

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (5)

Aku suka sama Bu Sri, tapi suka nyuekin

Aku suka sama Bu sri karena baik. suka cerita, ramah. Tapi aku gak terlalu gak suka karena Bu sri agak suka nyuekin kalau nanya tapi aku suka banget Bu Sri baik. Terimakasih, bu! Aku tiada saran soalnya aku tau Bu Sri nyuekin karena banyak yang nanya. Pokoknya bu sri guru yang baik terimakasih Bu Sri sudah perhatian.

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (6)

Surat untuk guruku, Bu Sri

Aku suka sekali sama Bu Sri. Bu sri membuat aku jadi pintar seperti ini. Aku juga suka cerita Bu Sri yang disampaikan padaku. Ada yang lucu, seram dan menyedihkan. Kelemahan Bu Sri ada satu. Kalau ada yang nakal sekali, Bu Sri langsung tidak tahan emosi terus aku jadi takut. Saranku buat Bu sri adalah harus menahan emosi agar jadi guru yang baik dan tidak didendami muridnya.

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (7)

Untuk Bu Sri
Bu Sri orangnya baik, pintar dan mudah bersahabat, tapi kadang Bu Sri suka menghina murid. Saranku Bu Sri lebih baik lagi, ya. Supata murid suka pada Bu Sri.
Untuk Bu Sri
Guruku di Kelas 3
dada...

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (8)

Aku suka sama Bu Sri

1. Aku suka sama Bu Sri karena suka cerita, ngajarnya enak dan tidak suka marah.
2. Aku tidak suka sama Bu Sri karena tadinya suaranya lembut jadi gede kaya waktu itu ngasih tahu Fariz. Suaranya gede.
3. Saranku. Bu Sri suaranya jangan gede.

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (9)

Surat Untuk Guruku : Bu Sri Hartini

P. Aku senang Bu Sri karena Bu Sri itu baik dan sabar, terus Bu Sri juga nggak gampang marah.
N. Aku tidak suka Bu Sri karena : G .... (Mmmh aku tak melihat hal buruk pada Bu Sri ya. No negative, all positive)
Yah, kalau aku harus ganti guru sih tak apa-apa, tapi aku tak pernah lupain Bu Sri sama kaya aku ingat guruku yang dulu-dulu, kalau harus ganti ya, farewell my teacher.
Semoga Bu Sri panjang umur, selalu sehat, rezekinya banyak dan tanggungjawabnya cukup untuk jadi Kepala sekolah. Lalu juga do'ain Bu Sri jadi Kepala sekolah! Amin...

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (10)

Untu Bu Sri Dari.....?


Aku suka sama Bu Sri karena suka bercerita. Aku gak suka sama Bu Sri karena kalau cerita pengalaman sukanya serem-serem jadi malamnya tidak bisa tidur.
Saran buat Bu Sri :

Kalau remedial datengnya harus tepat waktu, kalau soal harus dilebihin 1 biar kalau misalnya kurang masih ada persediaan.

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (11)

Surat Untuk Guruku,
Bu Sri Hartini dari Si Ganteng
Yang aku sukai dari Bu Sri kalau misalnya ada pelajaran baru. Ibu Sri kan cerita lebih dulu, jadi sebelum nyatet, pelajarannya udah ada yang nyangkut di otak. Juga kalau mulai pelajaran baru nggak suka langsung nyatet kaya guru lain. Yang aku tidak sukai dari Bu Sri kayaknya nggak ada yang aku nggak suka dari Bu Sri.
From : Orang Ganteng.

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (12)

Surat untuk Guruku Bu Sri Hartini

Saya suka dengan Bu Sri karena Ibu Sri baik dan pintar. Bu Sri penah marah kepadaku karena memang saya yang salah. Maafkan saya ya Bu kalau ada salah. Ibu Sri guru terbaik yang pernah ada baru pertama kali aku melihat seorang guru yang baik dan pintar seperti Ibu Sri ini. Terimakasih ya Bu atas semua nasehat dan ajarannya.
Saran : menurutku Ibu Sri Hartini bisa jadi guru terbaik di Al Azhar.
Dari : Muridmu
Untuk : Ibu Sri Hartini

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (13)

Surat untuk Bu Sri
Aku suka Bu Sri karena Bu Sri kalau pagi-pagi msuka cerita, tapi Bu Sri suka marah/nyebelin nanti kalau ada pemilihan guru aku bakalan milih Bu Sri. Bu Sri adalah guru terbaikku dari Kelas 1 sampai Kelas 3. Semoga Bu Sri bisa menjadi Guruku lagi di Kelas 4 nanti.
Saran: Semoga Bu Sri menjadi guru yang paling baik di al Azhar BSD

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (14)

Surat untuk Guruku Ibu Sri Hartini

1. Saya suka dengan Ibu Sri karena : a. bila bercerita bikin penaran. b. bila menjelaskan mudah dimengerti. c. Ibu Sri orangnya ramah.
2. Saya tidak suka dengan Ibu Sri karena: tidak ada alasan untuk tidak suka sama Bu Sri.
3. Saranku : a. tak ada saran.
4. Do'a semoga Ibu Sri umurnya panjang dan sehat selalu.

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (15)

Surat untuk Bu Sri

Bu, aku berterima kasih sekali dengan Ibu. Tapi aku sedih karena harus berpisah dari Ibu Guru dan teman-teman. Soalnya Kelas 4 nanti aku udah pindah dari Sekolah Al Azhar jadi ke Binus (Bina Nusantara). Terkadang aku nakal dengan Ibu tapi walaupun aku nakal aku tetap sayang sama ibu. Dan maafkan aku bu karena aku kadang-kadang bikin Ibu marah. Bu, aku dulu itu sebel banget sama Pak Abi sampai sekarang juga masih. Abis Pak Abi itu pernah nuduh aku kalau aku ngambil sisirnya tapi Ibu diem ya!!! Dan menurutku Ibu paling baik dari guru yang lain.

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (16)

Surat Untuk Guruku, Ibu Sri
Aku suka Ibu Sri karena Ibu sri suka cerita. Aku pasti nangis kalau Ibu sri pindah sekolah/nggak ngajar di Al Azhar lagi. Yang aku nggak suka dari Ibu Sri, tuh... gak ada!!! Aku suka banget sama Bu Sri. Tapi aku mau minta maaf sama Bu sri kalau aku sering bikin salah. Aku minta maaf ya Bu!!! Oiya, aku punya saran, baca ya!!!
1. Bu Sri nggak boleh pindah sekolah
2. Bu Sri gak boleh gak ngajar di Al Azhar lagi, ya!!!
Sekian saran dan kritik dariku, terimakasih karena sudah membacanya. ASSALAMU'ALAIKUM WR.WB
KAMI SEMUA CINTA BU SRI!!!

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (17)

Surat Buat Bu Sri Hartini
Asalamu'alaikum....
Bu, Aku suka sama Bu sri menurutku Bu sri itu baik dan yang aku lebih suka sama Bu Sri, Bu Sri itu suka cerita dan cerita yang Ibu Sri ceritain itu seru! Tapi walau begitu kata aku Bu sri masih ada yang aku kurang suka tapi cuma dikit. pokoknya super dikit deh. Cuma! yaitu kalau Bu Sri negur aku ngomongnya suka keras jadinya aku malu kedengeran temen-temen. Cuma itu menurutku kalau menurut yang lain sih gak tahu tapi kalau menurut aku gitu! Maaf ya... selainnya sih aku suka. Bu sri kan orangnya itu selain baik dan suka cerita, Bu sri juga suka bercanda jadi ada seriusnya dan ada ketawa ketiwinya, jadi kan enak. Saranku kalo Bu sri negur jangan keras-keras. Tapi jangan takut aku tetap suka sama Bu sri. Malahan Bu Sri guru paforit hi hi hi udah dulu ya... Asalamu'alaikum... SALAM MURID 3C

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (18)

Surat untuk Guruku, Ibu Sri

Saya paling suka dengan Ibu Sri. Soalnya Ibu Sri itu baik. Saya juga senang karena kalau diajarin sama Bu Sri pelajarannya mudah diingat. Saya sangat sedih kalau saya harus berpisah dengan Ibu Sri saat Kelas 4 nanti. Karena bagi saya Ibu Sri adalah guru yang paling baik di antara guru-guru yang saya kenal. Saya berharap di Kelas 4 nanti bisa bertemu lagi.

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (19)

Surat untuk Guruku, Bu Sri

Aku suka sama Bu Sri karena Bu Sri sering cerita. Aku nggak ada yang gak suka sama Bu Sri karena Ibu Sri baik dan gak pernah marah sama aku. Terimakasih Bu Sri udah ngajarin aku...

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (20)

Surat untuk Guruku, Ibu Sri

Bu Sri itu orangnya galak, tapi kadang-kadang suka cerita. Saran : kalau mau ceriya yang serem atau lucu banget.

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (21)

Surat untuk Bu Sri Hartini

Aku suka sama Bu Sri kalau misalnya kalau ngasih latihan yang gampang sama kalau pelajaran bahasa Indonesia suka cerita yang menarik. Aku paling males sama Bu Sri kalau pelajaran Bahasa Indonesia suka ulangan mendadak terus. Saran : Kalau ada ulangan jangan mendadak sama jangan suka ngomel, bawel sama marah-marah.

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (22)

Surat untuk Bu Sri

Kelebihan :
1. Pas Semester I Bu Sri menyuru kita untuk menyanyikan lagu nasional Maju Tak Gentar, kita nyanyinya pas baris. Kelas lain juga ada yang ikut alias ngikutin, kalau aku ngantuk pasti jadi seger kembali.
2. Ibu sering bercerita sampai aku ceritain kepada adik, ayah, bunda. Ceritanya ada yang menakutkan, lucu, ngeri dan lain-lain. Sampai sekarang aku masih ingat.
3. Ibu Sri hebat sekarang Saddam dan teman-teman sudah baik dan sopan kepada Faizal. Bu Sri negosiasinya bagus.
Kekurangan:
Terlalu bawel dari Bu Yuni dan kadang-kadang suka ngomel nati cepat tua lho. Saran-saran : Mendingan Bu Sri Semester II menyanyikan lagu lagi dan jangan sering ngomel-ngomel agar tidak cepat tua.

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (23)

To My Teacher, Bu Sri.

Aku suka dengan Bu Sri karena pagi-pagi sudah memberi ilmu/cerita 15 menit. Insya Allah Ibu panjang umur. Aku tidak mau Ibu cepat tua karena aku sayang sama Bu Sri. Kalau cepat tua nanti Ibu lupa sama aku. Insya Allah Ibu Sri mendapat rezeki yang berlimpah dari Allah SWT. Aku suka dengan pelajaran-pelajaran Ibu Sri karena Ibu Sri suka ngasih quiz. Aku mau Ibu ngajar di Kelas 4 yang akan datang.

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (24)

Untuk guruku, Bu Sri
Assalammu'alaikum.
Aku suka Bu Sri karena Bu sri itu baik terus suka cerita. Ceritanya juga seru dan suka memberi nasihat yang baik.
Aku kurang suka sama Bu sri karena kalau abis melakukan sesuatu yang kurang baik besoknya langsung diceritain. Jadikan malu!
Saranku:
Kalau buat kesalahan harusnya jangan dikasih tahu ke teman-teman. Ya... itu aja dech. Assalammu'alaikum, Wr.Wb
Your Student.

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (25)

Surat untuk Guruku, Bu Sri Hartini

Assalammu'alaikum, Wr.Wb
Bu Sri aku suka sama Bu Sri. Ibu orangnya baik perhatian sama anak murdinya. Maafin aku ya Bu kalau misalnya aku bersalah sama Bu Sri. Aku ingat waktu Ibu Sri bercerita, Ibu tertawa bersama aku dan teman-teman hatiku sangat gembira. Hatiku sangat senang, Bu. Ibu jangan lupakan aku ya kalau misalnya aku naik Kelas 4. Aku sayang Bu Sri. I LOVE YOU.... Guruku tercinta.
Ibu Sri saran dari aku adalah Ibu harus menjadi guru yang baik dan tidak lupa sama aku..... Ok Bu sri.
Jangan lupakan aku. I LOVE BU SRI. Jangan lupakan Aku...

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (26)

Surat untuk Bu Sri
Yang aku sukai dari Bu Sri adalah orangnya seru, lucu, serius dan asyik. Satu lagi Bu Sri orangnya baik, mengerti perasaan siswa dan perhatian. Tidak ada yang aku tidak sukai dari Bu Sri Hartini.
Saran saya : Pertahankan sikap Bu Sri ya...

Ketika Surat Dari Murid Kepada Gurunya (27)

Surat untuk Ibu Sri Hartini
Aku suka sama Bu Sri karna Bu Sri baik dan suka cerita, murah senyum pokoknya baik deh. Bu Sri adalah guru terbaikku meskipun aku agak suka ngobrol. Terkadang aku tidak suka sama Bu Sri karena kadang-kadang kalau aku ngobrol suka ditegur dan suruh ngulang kata-katanya lagi.
Saran : Semoga Bu Sri bisa menjadi guru lebih baik, semoga Bu Sri tabah menghadapi anak yang nakal.