Minggu, 25 April 2010

CAHAYA LANGIT, HIDUP TAK SELAMANYA HITAM



Menebar Cinta kasih Pada Sesama
Oleh : Ust. Bobby Herwibowo, Lc

“Tidak ada yang sia-sia dalam melakukan kebaikan dan menjalankan ajaran agama, baik di kala susah maupun senang, di waktu siang maupun malam” (Cover belakang buku : CAHAYA LANGIT, HIDUP TAK SELAMANYA HITAM”.
Sebuah kumpulan pengalaman dirangkum jadi satu dalam sebuah buku berjudul : “Cahaya Langit, Hidup Tak Selamanya Hitam” merupakan kisah dari banyak orang yang telah meraih keikhlasan hati, kejujuran jiwa, keagungan cinta kasih, kesabaran raga, dan kesyukuran hidup. Cerita-cerita yang indah itu telah memberikan hikmah dan pelajaran untuk disimak.
Bab 1 dalam buku ini merupakan kisah nyata orang-orang yang mendapat rezeki berlipat setelah memberikan derma atau sedekah. Contoh seorang Kakak hanya karena kerinduan pada Sang Adik setelah cukup lama tidak pernah bersilaturahmi, berkeinginan berbagai sedikit rezeki. Ternyata rezeki yang dikirimkan Kakaknya, benar-benar sangat dibutuhkan dan menolong Sang Adik buat keperluan sekolah anaknya yang hendak masuk SMP setelah ke sana ke mari mencari pinjaman tanpa hasil. “Alhamdulillah! Allah telah menggerakan hati Mas Didik (Kakaknya), padahal saya belum cerita tentang hal ini (kesusahannya) ini.”
“Ini memang rahasia dan skenario Allah. Mudah-mudahan dana itu sangat berguna untuk pendidikan Danu!” (Keponakannya yaitu anak dari adiknya Mas Didi). Apa yang ternjadi ternyata beberapa saat kemudian, Allah SWT membalasnya dengan rizki berlipat ganda. “Subhanallah! Dalam tempo dua jam, Allah membalas dua kali lipat dari setekah kita!” kata Didi.
Pengalaman yang menarik lainnya adalah kisah seorang janda yang bersedekah Rp. 1 juta dari uang tabungan yang dikumpulkan setiap bulannya untuk rencana naik haji yang juga tercukupi setelah sekian tahun. Atas kehendak dan pertolongan Allah SWT, tidak sampai hidtungan jam, Bu Hastuti (janda itu, red) mendapat kiriman uang lebih dari cukup untuk biaya berangkat haji. “Alhadullilah, setelah penantian sekian lama, Allah lapangkan jalan Bu Hastuti untuk berhaji di tahun 2004. “Sungguh dalam setiap kesulitan ada kemudahan....... (Al Insyirah, 5-6)”
Dua kisah di atas adalah contoh hikmah dan pelajaran yang dapat kita petik dari beramal kebaikan melalui bersedekah.
Kisah seorang driver yang mendedikasikan dirinya kepasa seorang majikan penuh kejujuran, keikhlasan dan kesabaran memberikan inspirasi kepada kita. Allah! Telah memberi jalan kepada Syafe’i (nama driver itu) mengatasi kesulitannya untuk kuliah anaknya. Atas pertolonganNya, Syafe’i tidak hanya memperoleh rizki yang dibutuhkan untuk kuliah anaknya, tetapi bersama majikannya pergi berangkat umrah. (Kisah ini merupakan buah dari sifat jujur, ikhlas dan sabar yang terhimpun dalam Bab 2.)
Kumpulan kisah dalam Bab 3 juga amat menarik untuk disimak. Pembaca disugguhkan atas cerita-cerita pengalaman Keajaiban Do’a dan Rasa Syukur. Kisah berjudul Sop Kambing atau Gulai? Merupakan inspirasi tersendiri atas keyakinan seorang bernama Bambang yang selalu berkeyakinan, “Berapa pun besaran rezeki yang Allah berikan asal pintar mensyukurinya, pasti Allah akan memberi tambahan keberkahan seperti yang selalu dijanjikan.” Alhamdulilah! Tanpa diduga dalam sebuah penantian penuh khayal atas keinginan yang disampaikan kepada Sang Istri, Allah mengabulkan keinginannya dalam beberapa menit saja.
Di kisah yang lain pengalaman sebuah keluarga saat berkendaraan mibil carry tua. Di sebuah jalan tol Grogol arah Cawang, tiba-tiba sebuah mobil BMW seri 5 menyalipnya. Berkatalah seorang istri pada suaminya sebagai pekerja yang berpenghasilan tidak Rp. 1 juta (mungkin UMR, red). “Wuihhh, hebat sekali mbil BWM seri 5 itu ya Pak, coba kita mobil kaya gitu!!!” Kebetulan mobil carry yang ditumpanginya tak ber-AC dan jalannya sudh cepat lagi. “Do’akan saja Bu, Insya Allah bila Dia berkena boleh jadi suatu saat kita bisa punya mobil kaya gitu!”
Keluarga lain yang ada di mobil carry menimpali, “Hah mau beli mobil mewah kaya gitu?! Jangan mimpi Mas, gaji sampeyan sebulan saja gak sampai Rp. 1 juta, gimana bisa beli mobil seperti itu?!!!”
“Kan nggak ada yang nggak mungkin kalau Allah sudah berkehendak!”
“Tapi kan sampeyan harus ukur kemampuan diri. Kalau mimpi mbok yang jangan tinggi-tinggi, nanti kalau tak tercapai jatuhnya sakit!!!” sejeknya.
Bagaimana cerita selanjutnya? Silahkan simak dan baca buku: “Cahaya Langit, Hidup Tak Selamanya Hitam”. Ada banyak cerita yang lain bisa dijadikan pelajaran dan renungan kita dalam menjalani serta menyikapi kehidupan. Sesungguhnya di atas ikhtiar kita, masih ada Sang Pencinta, Tuhan YME, Allah SWT sebagai pemilik dan penggerak apa yang ada di dunia ini.
Kunci dalam menghadapi hidup ini adalah berikhtiar, betrdo’a dan ikhlas. Cobalah renungkan janji Allah SWT berbunyi “Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang soleh dinaikkan-Nya.” (Ftahir : 10)
Dua bab terakhir dalam buku tersebut menantang kita untuk yakin akan kenedaraan Sang Pencipta, Tuhan YME atau Allah SWT atas apa yang kita lalukan atau kerjakan sehari-hari akan mendapatkan imbalan atau balasan-nya. Ini hanya atas dasar keyakinan kita sehingga bisa mengerti betapa Dahsyatnya Kekuatan Iman dalam Menjaga Ibadah yang sekaligus mencerminkan sebagai manusia yang berakhlak mulian. Betapa Indahnya Akhlak. Insya Allah!!!!

Lautan Cinta di atas Sapu Tangan Biru dan Api Peperangan





Lautan Cinta
di atas Sapu Tangan Biru
dan Api Peperangan

Sinij Platochek atau The Blue Scraft (Inggris) atau Saputangan Biru Kecil (Indonesia) atau Chusteczka Blekita Mala (Polandia) merupakan Lagu khas Rusia yang ditulis dalam bahasa Polandia oleh Jerzy Petersbuki pada tahun 1939.
Lagu dengan Aransemen Musik George St. Petersburg dan Syair oleh Artur Tur dipersembahkan bagi para veteran perang yang telah berjasa mempertahankan bangsa dan tanah air yang dicintainya. Melalui lagu ini kita diajak untuk selalu mengingat serta mengenang jasa para veteran perang yang begitu gigih mempertahankan martabat dan menjaga kehormatan bangsanya. Syair-syairnya begitu menyentuh dan menyatu dalam denyut nadi manusia. Sesungguhnya tanpa kita sadari, penciptanya benar-benar mengajak kita untuk belajar menjadi bangsa yang beradab dan manusiawi dengan tidak melukapan jasa-jasa para pahlawannya. Termasuk meneruskan dan lalu mengisi jerih payah perjuangannya.
Dengan keterbatasanku sekaligus melalui alat bantu bahasa Google beginilah terjemahan bebasnya :

SAPU TANGAN BIRU KECIL
Aransemen Musik : George St. Petersburg
Syair : Artur Tur
Tahun : 1939

Sebuah saputangan biru kecil
Mengingatkan aku pada suatu peristiwa setahun yang lalu
Pada seorang gadis dengan saputangan ini
Saat dimana seakan duniaku benar-benar tertutup kabut
(Maksudnya : Ketika hidupnya gelap tertutup kabut tidak ada harapan sama sekali)

*Chosrus :

Atau di sini atau di sana
Bila saat ini kau mengembara di dunia sana
Hanya warna biru yang ku ingat, sebuah sapu tanganmu
Hari ini aku berdiri di sini sebagai tugu peringatan.

Sebuah sapu tangan biru kecil
Basah karena derai air mata
(Maksudnya : dipakai untuk menyeka air mata)
Ketika aku berperang di kota mu
Mungkin sampai akhir hayatku
(Maksudnya : meninggal dunia)

*Apakah kau masih di sini atau memang di sana

Ku harap kau tidak perlu kembali untuk mengenangnya
Walau sekedar untuk menangkan rasa sakit hati
(Maksudnya : Sakit hati karena peperangan yang membuat perpisahan)
Ketika api cinta kita membara
Sebuah waktu yang begitu lama untuk kembali dikenang
Telah pudar selamanya.

Blue Scraft atau Sinij Platochek (Sapu Tangan Biru) merupakan lagu Rusia d.h Sovyet yang begitu terkenal dan menyentuh perasaan lahir dari tangan seorang manusia yang bangga akan bangsa dan negerinya melalui pesan damai yang syarat makna. Penciptanya begitu tahu bagaimana caranya mewujudkan rasa kemanusiaan yang manusiawi dan beradab meskipun hanya dilambangan melalui sehelai sapu tangan biru yang dilingkarkan di leher kekasihnya. Dengan sapu tangan biru itu, dua manusia yang dipisahkan karena peperangan berjanji untuk tidak saling melupakan. Malam ini memang malam perpisahan, dimana tidak ada lagi malam yang begitu berarti dengan tanda mata sapu tangan biru kecil.
Tanpa terasa pelan-pelan dengan menikmati alunan irama lagu itu, aku benar-benar telah memujanya! Baik penyanyinya (Julia Savicheva, Ivan Fedulin, Ivan Rogezhin dan Sergey Lazarev) maupun penciptanya George Athur Petersburg (Jerzy A. Petersburski) dan Arthur Tur.