Minggu, 07 Juni 2009

Ketika Guru Menjadi Paforit atau Kenangan

Oleh : Dra. Sri Hartini
Ketika kita baru mendaftarkan diri untuk membukan suatu account e-mail di suatu situs (yahoo dan google, dsb) akan diberikan beberapa pertanyaan untuk dijadikan pilihan. Pertanyaan begitu berarti dan penting bagi si penggunanya untuk mengaktifkan kembali e-mailnya apabila suatu waktu lupa pasport atau ID yang akan digunakan.
Di antara sekian banyak pilihan pertanyaan itu diantaranya adalah : “Siapa nama belakang guru paforit anda?” Kesannya pertanyaan itu biasa-biasa saja, tetapi hampir pengguna internet terutama yang akan mendaftarkan e-mail, lebih banyak jatuh pada pilihan pertanyaan tersebut. Entah karena gampang mengingat pertanyaannya sekaligus jawabannya atau memang benar-benar paling mudah mencari jawabannya. Apapun alasannya, faktor yang terpenting dan menarik adalah hadirnya peran sosok seorang guru pada kehidupan seseorang. Guru di sini tidak dikhususkan pada satu jenjang atau tingkatan pendidikan, tetapi secara general mulai dari tingkat pra usia sekolah Taman Kanak Kanak (TK), SD, SMP sampai SMU. Artinya pertanyaan tersebut mengajak kita untuk berpikir siapa guru yang paling melekat dihati (berkesan) pada dirinya ketika bersekolah, baik mulai dari TK maupun sampai dengan SMU.
Untuk menjadi guru paforit dan dikenang oleh anak didiknya memang tidaklah gampang. Dan ini tidak lepas dari sumber kepribadian Si Guru itu sendiri dalam menempatkan diri di tengah-tengah anak didiknya. Secara kasat mana yang lebih umum seorang guru mudah diingat (dikenang) oleh anak didiknya adalah dari sisi karakter atau sikap (sifat) guru itu sendiri dalam keseharian ketika mengajar. Misalnya galak, ketus, judes, dan cerewet (bawel) mungkin juga pilih kasih. Tetapi seorang guru bisa juga dikenang memiliki budi pekerti yang baik, sopan, halus dalam bertutur kata ketika menegus seorang didiknya melakukan kesalahan (nakal).
Yang lebih berkesan dan akan terus diingat serta dikenang oleh sebagian besar muridnya adalah cara/metoda guru di dalam menyampaikan meteri pelajarannya dengan baik sehingga mudah dimengerti oleh murid-muridnya. Kemampuan seorang guru mentransfer ilmunya tidak lepas karena guru yang bersangkutan mempunyai dasar yang kuat di dalam menguasai materi yang akan diajarkan. Di samping karena faktor latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang studi yang diajarkan, juga karena guru tersebut memang mempersiapkan diri sebelum dirinya tampil di hadapan murid.
Tipe guru semacam ini akan membentuk suatu image seorang guru yang mempunyai rasa tanggungjawab pribadi yang tinggi terhadap apa yang disampaikan kepada anak didiknya. Sehingga anak-anak biasanya akan merasa senang terhadap pelajaran yang disampaikan guru bersangkutan.
Sebagai pribadi yang mempunyai rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap apa yang diajarkan kepada anak didiknya, biasanya guru tersebut akan selalu berpegang teguh pada aspek kepribadian sbb :
1. setiap pekerjaan yang dibebankan kepada dirinya akan dikerjakan secara tuntas atau sampai selesai.
2. berusaha menghasilkan pekerjaannya yang terbaik.
3. bertanggungjawab terhadap semua yang dihasilkan dari pekerjaannya baik yang buruk atau yang jelek.
4. akan merasa bersalah apabila ada hal-hal yang dikerjakannya itu ternyata salah atau keliru.
Keempat aspek tersebut merupakan salah satu cara membetuk suatu pencitraan yang positif pada diri seorang guru di mata anak didiknya. Oleh karena itu ada 3 faktor yang perlu diperhatikan oleh seorang guru untuk mencapai suatu pencitraan diri yang positif yaitu :
1. Persiapan.
Hanya dengan persiapan yang cukup, guru tersebut akan lebih yakin atau percaya diri terhadap penguasaan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada anak didiknya. Melalui persiapan mengajar yang baik, berarti guru tersebut sudah memenangkan keberhasilan separuh dari yang dipertarungkan. Karena dengan persiapan yang terencana, guru yang bersangkutan secara dini sudah mengantisipasi kemungkinan adanya masalah yang akan timbul. Lalu dirinya juga telah mempertimbangkan mencari sebuah alternatif solusi penyelesaian termasuk pada akhirnya bagaimana menyusun atau mengatur strategi demi pencapaian tujuan mengajar yang baik dan benar.
2. Berpikir Unggul
Demi tercapainya suatu pencitraan diri yang positif, guru harus senantiasa berpikir unggul yang pada akhirnya akan mendorong untuk berusaha menghasilkan anak-anak yang pandai dengan nilai yang sangat memuaskan.
3. Belajar Berkelanjutan
Selain faktor kedua tersebut di atas, pencitraan diri yang positif perlu didukung oleh sebuah komitmen pada pembelajaran yang terus berproses tanpa henti. Seorang guru harus senantiasa menggali perkembangan pengetahuan yang terus berubah setiap saat. Sebagaimana pepatah mengatakan bahwa menuntut ilmu dilakukan mulai dari ayunan sampai ke liang lahat (kuburan).
Sebuah penekanan bagi seorang guru yang harus diperhatikan bahwa proses akhir dari hasil belajar atau pengetahuan yang disampaikan seorang guru harus memberikan dampak perubahan yang positif bagi anak didiknya yang berhasil mendapatkan pengetahuan ataupun sebuah keterampilan dari gurunya. Diharapkan pengetahuan atau keterampilan yang didapatnya akan dijadikan sebagai pembuka jalan dalam meraih kesuksesan di kemudian hari.
Menjadikannya sosok guru paforit dan dikenang murid-muridnya kelak, bukan perkara yang gampang terutama pertimbangannya karena profesionalisme. Jasa seorang guru yang paling melekat di memori para muridnya akan lebih berkesan jika pengetahuan yang dimiliki seorang guru mendorong muridnya untuk terus menekuni pengetahuan yang disampaikannya. Bagi murid pengetahuan yang disampaikan guru tersebut tidak hanya dijadikan referensi tetapi pembuka jalan bagi meraih cita-cita para muridnya di masa depan. Terimakasih.
*) Wali Kelas III.C

Tidak ada komentar:

Posting Komentar