Aku, Suherman bersama Shri Tjahyadi Bahrain (Mas Adi) saat di ruang tunggu keberangkatan Bandara Adi Sutjipto - Jogyakarta pada tanggal 2 September 2010. Penerbangan sempat tertunda keberangkatannya ke Jakarta sampai lima jam. Rencana berangkat Pukul 12.45 harus ditunda sampai Pukul 16.40. Tak nyaman dan melelahkan!
Suherman : Keseriusan Dalam Bekerja
Suherman
Suherman : Serius
Suherman : Jengkel
Suherman : Jengkel
Suherman : Bekerja & Buku
Suherman : Raut Serius
Suherman : Lelah
Suherman : Dalam Berbagai Raut
Suherman : Raut Wajah Dalam Berbagai Suasana
Aku (Suherman) Berfose di Senayan
Selepas menghadiri peluncuran buku A.M. Fatwa, aku diabadikan oleh Zulkarnaen di Senayan.
Saya (Suherman) Bersama A.M. Fatwa
Aku sedang berdialog dengan A.M. Fatwa sehubungan dengan isi bukunya yang barus aja diluncurkan.
Mantan Tiga Staf Ali Wakil Ketua MPR RI AM. Fatwa
Saya (Suherman) Suwardjo dan A. Bakir Ikhsan (saat ini kandidat doktor di UIN Jakarta) sedang menghadiri peluncuran buku karya A.M. Fatwa di Senayan-Jakarta.
Rumah Bapak Suherman
Suherman Dekat Gudang VOC
Aku (Suherman) saat menelusuri jejak kejayaan masa lalu VOC Hindia Belanda di Pasar Ikan, Jakarta Kota, Beos.
Arvian Calon Direktur BMI Masa Depan
Oka atau Shri Indrajana Priyandana
Azis Jeulupang
Oka, Arvian dan Azis
Oka, Arvian dan Azis
Main bersama. Tiga serangkai yang tak terpisahkan. Mereka lahir dari keluarga yang peduli.
AZIS dan ARVIAN
Saat bermain bersama di Rumah Blok F4 No. 6-7, Griya Asri, Jeulupang, Serpong Utara, Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan
Takuban Perahu Tahun 2000
Eky dan Adi sedang fose di gigir Kawah Tangkuban Paerahu. Tampak kabut mulai turun. Suasana sangat dingin. Eky mendekap mulutnya, lalu meniupnya dan keluarlah asap.
Aku Harap Ema Memaafkan Kelalaianku Yang Tak Merawatnya
Surga Itu Ada di Telapak Kakinya
Sebuah Pengorbanan Yang Tak Terbayarkan
Dia Tetap Seorang Ibu Yang Terhormat
Mata Air Yang Terabaikan
Ema Sang Patriot
Ema
Mbah Putri : Suwarni sedang berdo'a
Di depan pusara makam suaminya Suwardi, Mbah Putri berdo'a dengan khusu'
Shri Embun Rinjani Kasih Pramestya (Inggit)
Inggit atau Shri Embun Rinjani Kasih Pramestya sedang berdo'a di depan makam pusara Mbah Suwardi
Shri Indrajana Priyandana (Oka) : Berdo'a di depan makam Mbah Suwardi
Shri Fajar Fikuzzaman (Eky) Sedang Berdo'a
Eky sedang berdo'a di makam Mbah Suwardi di Pemakaman Umum Desa Jeulupang, Serpong Utara, Tangerang Selatan
Shri Tjahyadi Bahrain (Adi) : Ber'doa
Mas Adi (Shri Tjahyadi Bahrain) ziarah ke makam Mbah Suwardi di Pemakaman Umum Desa Jeulupang, Serpong Utara, Tangerang Selatan. Nampak Mas Adi sedang berdo'a dengan khusu.
Para Ibu Guru SD Islam Al Azhar BSD di Tanah Lot Bali
Tampak Ibu Sri Hartini Berbaju Merah
Pernikahan Probosutedjo : Membentuk Keluarga Sakinah
Foto Bapak dan Ibu Probosutedjo saat pernikahan.
Probosutedjo : "Hidup adalah sebuah mukjizat....:
Hidup adalah sebuah mukjizat...Di dalamnya ada banyak kesempatan untuk melakukan kebaikan. Di dalamnya ada kesempatan untuk menghirup pengalaman. Di dalamnya ada kesempatan untuk mendapatkan hikmah dan nilai hidup. Di dalamnya ada pula kehormatan untuk mendapatkan ujian... Hingga hari ini bagi saya hidup tetaplah sebuah mukjizat.
Probosutedjo : Saya dan Mas Harto (Pak Harto)
"Kami mencintai Indonesia dengan segenap rasa cinta, ketulusan, dan tanpa pamrih. Oleh karenanya, kami siap menanggung risiko apapun atas perjuangan yang kami tempuh. Termasuk, ketika orang sudah tidak lagi mengingat karya positif yang telah kami buat."
Suherman : "Otak-otak khas Padeglang, besar dan terasa ikannya"
Suherman : Di depan Kantor Balai Taman Nasional Ujung Kulon
Badak Bercula Satu
Suherman : Curug Gendang, Labuan, Anyer, Pantai Carita
Mellisa Deinda Felicia Syahril : "Terimakasih telah memberiku persahabatan!"
Mellisa Deinda Felicia Syahril bersama Ibundanya dan Bu Sri (Wali Kelas 3.C) sedang memberikan sambutan perpisahan. Mellisa begitu teman-teman memanggilnya usai kenaikan kelas ini yaitu Kelas 4 nanti tidak meneruskan di SD Islam Al Azhar BSD. Bersama keluarga akan pindah ke Wina, kebetulan Ayahnya seorang peneliti akan meneruskan penelitian di negera tersebut. Lebih jauh beginilah ungkapan hati seorang Mellisa pada teman-temannya : Teman-temanku tersayang, jika naik kelas nanti, ingin sekali aku tetap bersama-sama teman-teman semua yang selama ini memberi aku persahabatan dan pertemanan yang indah, tapi untuk sementara aku mohon pamit. Terimakasih atas segala persahabatan dan pertemanan yang tulus dari teman-teman semua. Aku juga mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah aku perbuat. Sampai bertemu lagi teman. Salam sayang, Mellisa Deinda Felicia Syahril.
Mereka Tidak Lagi Balita : Nyanyianpun Tak Lagi Burung Kakatua
Hana Salma Huwaidah, Zaki Yudha Maraufa, Salsabila Azzahra Puri, Muaffa Difana, Najwa Aurelly, Satria Gupalla Airlangga Alifian, Dean Izzul Iliyyin, Alifya Ananda Setyadi, Muhammad Yusuf Habibie Suchaeri, Yusuf Rziky Adiputra, Mochammad Irfano Irsyad, Rizky Adi Prasetyo, Reyhan Dwi Prasetyo, Rifqy Ahmad Maulana, Aksata Dimar Firjatullah, Cassandra Fania Maharani, Andricho Putra Satria, Keisya Audrey Angelica, Annisa Aulia Rahma Hanum A, Iqbal Muchlis, Ade Zalfa Syahira, Aisha Amanda, Toni Anugrah, Shelly Monika, Axel Jason Ramadhan, Shri Embun Rinjani Kasih Pramestya, Rayhan Makarim, Nadira Shilla Noegroho, Sitadhira Prima Citta dan Agya Muflih Rachmat Satriyo. (Inggit)
Semua Telah Berlalu : Catatannya Tak Hilang Bersama Derai Angin
Anak-anak atau siapapun yang pernah mengenal dan dekat dengannya, lebih akrab memanggil Bunda ketimbang Bu Nurul. "Lebih mengesankan beliau adalah Ibu Keduanya saat di sekolah," kata rekan sejawatnya berkomentar kepada mantan Kepala Sekolah Taman Kanak Kanak Islam Al Azhar BSD. Perempuan kelahiran 5 Oktober 1963 dari kota asal penyanyi goyang ngebor ini (Inul Daratista) yaitu Pasuruan mempunyai ketangguhan dan kesabaran yang luar biasa terujinya. Saat ini Bunda dengan nama lengkap Dra. Nurul Hiadayati, MA dipercaya sebagai Wakil Kepala sekolah Bidang Agama di Unit SD Islam Al Azhar BSD. Adalah sesuatu yang amat bijak saat membuka Album Kenangan TK Islam Al Azhar BSD 2008 untuk tidak dilupakan dan terlupakan: "Selamat jalan anak-anakku do'a akan selalu teriring di setiap langkahmu, harapan kesuksesan selalu mendampingi di setiap detak dan langkah perjalannmu, raihlah mimpi yang terindah dan tertinggi agar kau menjadi orang yang dibanggakan oleh keluarga almamater dan orang sekitarmu (menjadi yang berguna, red). ..." Apa yang dipublikasikan di FB ini merupakan penghargaan dan penghormatan baginya sebagai guru yang telah membimbing dan mendidik aku. (Inggit)
Shri Indra Janapriyandana
Surat Undangan : Susunan Acara Pelepasan Angkat Ke-16 SD Islam Al Azhar BSD
Apa Siapa Action Class Xix E : Angkatan 16 SD Islam Al Azhar BSD
Sehari-hari para muridnya memanggil Pak Mudho. Lahir di Subang, 27 Juli 1972. Sebagai Walikelas 6E Angkatan 16 Al Azhar BSD ini bernasehat sangat arif. Dalam Album Kenangan Angkatan 16 itu beliau menulis seperti berikut : Bismillahirrohamnirrohim. Wahai anak-anakku tercinta. K-ini tiba saatnya kalian akan meninggalkan kami, E-nam tahun lamanya kalian bergelut dengan segudang prestasi, L-upakanlah kesalahan orang lain kepada kita, tapi ingat kebaikannya, A-wali jenjang pendidikan yang barumu dengan IMAN, ILMU dan AMAL, S-elalu taat kepada Allah dan Rosulmu, dan selalu hormat kepada orangtua dan gurumu, E-valuasi diri dalam setiap perkataan dan perbuatan, N-ilai prestasi itu penting, tapi nilai harga diri dengan akhlak mualia jauh lebih penting, A-langkah bahagianya kami melihat engkau berprestasi, M-enuju masa depan yang gemilang yang penuh dengan harapan. E-ntah sampai kapan kita akan bertemu kembali hanya Allah lah yang tahu..... Pak Mudho
Foto : Mantan Ibu Negara Wafat
Seorang Wanita Solehah, Mantu dari B.J. Habibie sangat kehilangan atas kepergiaan Ibu Mertua yang dikasihinya.
Foto : Mantan Ibu Negara Wafat
Ananda sedang mencium kening Ibunda tersayang Hj. Ainun Habibie
Foto : Mantan Ibu Negara Wafat
Mantan Kepala Negera B.J. Habibie mencium Pujaan Hati, Istri Hj. Ainun Habibie
Ny Hasri Ainun Habibie Telah Tiada
Ny Hasri Ainun Habibie (73), istri mantan Presiden BJ Habibie, meninggal dunia di Rumah Sakit Ludwig Maximilians-Universitat, Klinikum Gro’hadem, Muenchen, Jerman, Sabtu (22/5) pukul 17.30. Ny Ainun Habibie, menurut rencana, akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Jenazah akan diberangkatkan dari Jerman hari Selasa dan akan tiba di Jakarta Rabu sore. Ima dari Habibie Center di Jakarta, semalam, membenarkan meninggalnya Ny Ainun Habibie tersebut. Sebelumnya, Ima mengatakan, ”Saat ini (semalam), semua anggota keluarga sudah berkumpul di sana. Kondisi Ibu kritis sekali. Kami masih menunggu kabar.” Ny Ainun Habibie meninggal dengan ditunggui suaminya, BJ Habibie, dan anggota keluarga lainnya. Ilham Habibie, putranya yang tinggal di Indonesia, sudah terbang ke Muenchen, Jerman, Sabtu pagi.Hasri Ainun Habibie dirawat di rumah sakit sejak 24 Maret lalu. Menurut Ima, Hasri memang sudah lama menderita berbagai macam penyakit. Ny Ainun Habibie telah menjalani beberapa kali operasi, baik operasi utama maupun operasi eksplorasi. ”Dari kabar yang kami terima terakhir, penyakitnya yang paling parah ada di usus besarnya,” ujarnya.Setelah dua pekan dilakukan pemeriksaan intensif, Ny Ainun dioperasi pertama kali pada 7 April lalu. Operasi pertama ini berlangsung selama tujuh jam. Dalam waktu 25 hari berikutnya, Ainun kembali menjalani tujuh kali operasi. Dengan demikian, seperti dikutip dari kantor berita Antara, selama dirawat dia telah menjalani sembilan kali operasi. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie mengungkapkan, hingga Sabtu siang, Hasri Ainun sangat bergantung pada alat-alat kesehatan. Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha di Bandung, kemarin, mengatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendoakan secara khusus untuk Ny Ainun. Presiden juga menginstruksikan Wakil Presiden Boediono mempersiapkan segala sesuatunya. Ny Hasri Ainun Besari dilahirkan di Semarang, Jawa Tengah, 11 Agustus 1937. Almarhumah dilahirkan sebagai anak keempat dari delapan bersaudara putra putri pasangan Mohammad Besari dan Hajjah Sadarmi. Ia mendapatkan gelar dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, tahun 1961. Menikah dengan BJ Habibie pada 12 Mei 1962. Pasangan ini dikaruniai dua putra, Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Haibie.Hasri Ainun sempat bekerja sebagai asisten ahli di bagian anak RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. (ana/HAR/OSD).Minggu, 23 Mei 2010 | 03:19 WIB
Sebuah Senyuman dan Keikhlasan Sang Mantan Ibu Negara
dr. Hasri Aiun Habibie Tiada : Istri mantan presiden RI BJ Habibie, Hasri Ainun Habibie tutup usia di usia 72 tahun. Ainun meninggal sekitar pukul 17.00 waktu setempat di Rumah Sakit Ludwig-Maximilians-Universitat, Klinikum Gro`hadern, Munich, Jerman. "Innalillahi wa inna ilaihii raajiuun. Telah meninggal Ibu Hasri Ainun Habibie. Mohon do'a untuk Almarhumah," demikian informasi resmi yang diperoleh detikcom dari twitter The Habibie Center pukul 23.15 WIB, Sabtu (22/5/2010). Sebelumnya Ibu Hasri sempat kritis setelah menjalani perawatan intensif. Dia baru saja menjalani operasi kanker usus.Saat ini semua keluarga termasuk BJ Habibie, dan dua putranya Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie sudah berada di Jerman.
Keluarga Sakinah : Jalan Santai di Perumahan Bumi Serpong Damai
Suherman, Sri Hartini (Istri), Eky (Kaos Coklat), Oka (Kaos Putih) dan Inggit (di Kereta Dorong) : Berkedip cahaya lampu di sebuah jendela, Di suatu tempat yang jauh, bersinar untukku, Hanya bagi ku, dan hanya untuk ku. Di surga tempat dimana, segalanya abadi, Bukankah ditempat itu akan kita putuskan, Menyesal!! Tapi itu tidak ditakdirkan untuk tahu, Juga pada siapa pun, Sepertinya kita punya cara untuk melewati tragedi itu, Dimana ditakdirkan oleh takdir untuk kita, Aku tahu, kita tetap akan mengarungi kehidupan, Sesuai ditakdirkan nasib, Meski tidak ada yang tahu tentang keberadaan tujuan, Aku hanya berdoa untuk mu, Semoga aku tetap bersama mu.
Siniji Platochek atau Sapu Tangan Biru
Siniji Platochek atau The Blue Scraft (Inggris) atau Saputangan Biru Kecil (Indonesia) atau Chusteczka Blekita Mala (Polandia) merupakan Lagu khas Rusia yang ditulis dalam bahasa Polandia oleh Jerzy Petersbuki pada tahun 1939. Lagu dengan Aransemen Musik George St. Petersburg dan Syair oleh Artur Tur dipersembahkan bagi para veteran perang yang telah berjasa mempertahankan bangsa dan tanah air yang dicintainya. Melalui lagu ini kita diajak untuk selalu mengingat serta mengenang jasa para veteran perang yang begitu gigih mempertahankan martabat dan menjaga kehormatan bangsanya. Syair-syairnya begitu menyentuh dan menyatu dalam denyut nadi manusia. Sesungguhnya tanpa kita sadari, penciptanya benar-benar mengajak kita untuk belajar menjadi bangsa yang beradab dan manusiawi dengan tidak melukapan jasa-jasa para pahlawannya. Termasuk meneruskan dan lalu mengisi jerih payah perjuangannya.
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia
Menbudpar : "Kita perlu menumbuhkan kecintaan anak-anak kita kepada wayang mulai TK sampai dengan SMU. Tokoh Wayang dan cerita banyak mengandung pendidikan budi pekerti," demikian dalam Pidato Peresmian Teater Wayang Indonesia di TMII pada Hari Minggu tanggal 21 Maret 2010.
Suherman dan Ketua Sena Wangi Bapak Solichin
Aku bersyukur masih berkesempatan untuk bisa bertemu kembali dengan Bapak Solichin pada acara peresmian Teater Wayang Indonesia di TMII pada hari Minggu, 21 Maret 2010. Pertemuan saya dengan beliau diawali saat kami sama-sama tergabung dalam penyusunan buku biografi Bapak M. Joesoef mantan Menhankam & Pangab pada saat kepemimpinan Presiden Soeharto. Pak Solichin masih mengingat saya meskipun hampir lebih dari tahun tak pernah jumpa.
Citos Di Waktu Malam Surganya Jakarta
Kalau jalan kaki, tak sampai 10 menit. Artinya dekatlah antara kantor saya dengan Citos. Tiga tahun saya kerja di situ, baru tadi malam saya jalan-jalan diajak setengah paksa oleh teman. Ternyata? Woow! Betah-betah 100%. Mata saya langsung bersinar bagai cahaya lampu 1000 MW. Indah...resep...nyaman...enak...dan seterus...nya...Saya benar-benar dibikin muda lagi....dunia ini warna-warni. Oh syurga ...oh kahyangan...Saya beruntung diusia setengah abad begini bisa injak Citos di Waktu Malam. Saya ngebayangin Si Mimin alias Mintarsih teman SD-ku di Kuningan-Jawa Barat yang sehari-hari blepotan tanah sawah. Aku pikir ada baiknya sekali waktu aku ajak ke Citos. Min maneh daek dijak ke Citos? Kang ari Citos teh naon? Ah..nu penting mah lain takokak...jig dangdan sing molek kawas artis...ari artis teh naon? Tah tingali...munding (kebo)...maksudnya lain kawas munding....tapi kawas Maralyn Moonroe...urang ngigel kawas...Michael Jackson...Aduu..h riuet kang....blug.....
Sukrasana dan Sumantri : "Antara Kesetiaan dan Pengabdian"
Sinopsis The Indonesian Opera Drama Wayang Swargaloka : Bambang Sumantri sosok rupawan dari Padepokan Jati Sarana ini benar-benar telah lupa diri. Berselimut kesaktian, bertopeng wajah rupawan membuat dia lupa akan janji pengabdian sucinya ke Negara Maespati. Bahkan dia melupakan adik semata wayangnya Sukrasana yang siang malam selalu merindukannya. Terlebih ketika Sumantri dapat memboyong Dewi Citrawati atas perintah Prabu Harjuna Sastrabahu, kecongkakannya tak terkendali, bahkan dia berpikir "jangan-jangan Prabu Harjuna Sastrabahu tidak lebih sakti dariku....", dan Sumantri pun tergelincir akibat kesombongannya, Prabu Harjuna sastrabahu melebihi segalanya dari Sumantri. Dan seperti biasanya ketika seseorang dalam keadaan terjepit barulah ia ingat akan saudaranya, Sukrasana. Dengan tulus ikhlas karena rasa sayangnya, Sukrasana membantu segala kesulitan sumantri. Namun pertolongan yang penuh keikhlasan tersebut berbuah malapetaka. Hanya karena Sukrasana berwajah buruk membuat Sumantri malu jika nanti diketahui oleh orang-orang Maespati, bahkan mungkin akan tersingkir dari Maespati ketika Dewi Citrawati mengetahui Sumantri bersaudarakan raksasa kerdil si Sukrasana. Kebimbingan menyelimuti hati Sumantri ketika ia salah mengartikan kesetiaan kepada junjungannya, ataukah ia harus mengorbankan Sukrasana adiknya demi menjaga seonggok kesombongan pribadinya.........! "Kakang ati aku elu akang....." sebuah keikhlasan saudara sejaati, bahkan teman sejati........., dan suara lirih itu kini tak terdengar lagi, terlupakan seiring dengan tahta maha patih di Maespati untuk Sumantri.
Jenazah W.S. Renda
....aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku. ..... Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginananku. Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah.......(Dikutip dari sajak berjudul : Renungan Indah W.S. Rendra).
Uang Baru Dua Ribu Rupiah
Halaman Muka Bergambar Pahlawan Nasional Pangeran Antasari
Uang Baru Dua Ribu Rupiah
Halaman Belakang Bergambar Tarian Tradisional Dayak
Info Buku : Mengenal Sosok Pramoedya Ananta Toer Lebih Dekat
Gambar tersebut merupakan sampul buku berjudul : "Bersama Mas Pram : Memoar Dua Adik Pramoedya Ananta Toer" yang ditulis Koesalah Soebagyo Toer dan Soesilo Toer. Buku ini menceritakan secara detail tentang sosok Pramoedya Ananta Toer. Sangat layak dan perlu dibaca oleh generasi bangsa ini. Kita tidak hanya diajak untuk mencari tahu siapa dan bagaimana sosok Pram sesungguhnya. Lebih dari sekedar itu kita pun akan memberi kesimpulan sendiri (masing-masing pribadi) terhadap sosok Pram begitu usai membacanya. Kita akan berterimakasih kepada penulis buku ini yang telah memberikan jawaban atas sebuah pertanyaan tentang Pramoedya Ananta Toer yang mungkin belum pernah terjawab sebelumnya. Tanpa tulisan kedua Adik Pram ini, mungkin saja pertanyaan akan tetap mendorong pada suatu yang misteri. (Suherman)
Do'a Pak Harto (alm)
Pak Harto (alm) Berdo'a untuk Keselamatan dan Kejayaan Bangsa dan Negara Indonesia yang Beliau Cintai Berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.
A.M. Fatwa : "A. Karim DP, Sakit Hati Dituduh Berbeda."
Gambar di atas menunjukkan kami bertiga begitu akrab berteman meskipun berbeda ideologi. Tampak Ki-Ka : Suherman, A. Karim DP, AM. Fatwa & Andi Moersalim berjalan turun dari KA Parahiyangan di Statsiun KA. Andir-Bandung, Jawa Barat saat akan menhadiri peringatan 40 hari wafatnya H. Mahbub Djunaidi (Tokoh NU dan Mantan Wartawan Duta Masyarakat). Dalam KA yang sama sebenarnya masih ada beberapa tokoh lainnya seperti : Joesoef Ishak, Pramoedya Ananta Toer dan Bapak Hasyim Rachman. Ketiga nama terakhir ini merupakan mantan tapol dan mantan wartawan Harian Rakyat dan Bintang Timur. Dalam usia yang ke 73 tahun Pak Karim (biasa saya memanggilnya) saat ini tergolek lemah di pembaringan. Usianya yang semakin tua merapuhkan kesehatannya. Hampir 2 tahun lebih saya tidak menemuinya. Melalui telepon, saya sering menanyakan perkembangan kesehatan Pak Karim kepada putrinya seorang PNS di RRI Jakarta. Sebagai penghargaan dan penghormatan atas hubungan persahabatan antara saya, AM. Fatwa dan Pak Karim DP, berikut saya kutipkan secara utuh Pidato Ilmiah Penganugerahan Gelar Kehormatan Doktor Honoris Causa A.M. Fatwa dalam Bidang Pendidikan Luar Sekolah yang disampaikan di hadapan Rapat Senat Terbuka Universitas Jakarta Pada tanggal 16 Juni 2009. Selengkapnya beginilah : "Kepada A. Karim DP, mantan Tapol Orba (Tahanan Politik Orde Baru), mantan Ketua Umum PWI dan Pemimpin surat kabar Warta Bakti yang berjaya di masa Orde Lama dan menjadi tapol Orde Baru 11 tahun tanpa pengadilan. Sikap politiknya kekiri-kirian sehingga nyaris dianggap berpaham komunis, padahal rajin ibadah dan memang dia alumnus Muallimin Muhammdiyah Yogyakarta di masa revolusi. Sejatinya dia seorang kader PNI (Partai Nasional Indonesia) dan Bung Karnois. Sama halnya Subandrio (mantan Waperdam I) dan Oemar Dhani (mantan KSAU) yang dalam pertukaran-pertukaran pikiran saya di penjara Cipinang yang merasa sangat sakit hati dituduh Komunis padahal kedua tokoh itu menurutnya semata hanya sebagai pembantu dan bawahan yang taat dan cinta Bung Karno.Saat ini Karim DP sudah beberapa tahun sakit terbaring lemah di tempat tidur karena usia tua dan sekali-sekali saya sempatkan menjenguknya. Dia sangat setia membesuk saya di penjara terutama ketika di Cirebon dan Sukamiskin – Bandung. Dialah yang susah payah mengedit pledoi saya di Pengadilan menjadi sebuah buku yang menarik perhatian dan diterbitkan oleh Kompas dengan judul “Demi Sebuah Rezim, Demokrasi dan Keyakinan Beragama Diadili”. Pledoi saya setebal 1118 halaman itu mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pledoi terpanjang di dunia.Meskipun A. Karim DP berasal satu daerah dengan saya dari Sulawesi Selatan tapi barulah saling kenal dari dekat karena sama-sama senasib sebagai tapol orde baru meskipun aliran politik kami berbeda. Seorang teman yunior saya Suherman yang waktu itu pegawai Arsip Nasional RI yang menghubungkan saya dengan A. Karim DP sehingga kami bertiga sering bepergian dan makan bersama. Suherman adalah teman yang sungguh sangat berjasa menyelamatkan dokumen dan surat-surat saya dari penjara sehingga sebagiannya bisa diedit dan diterbitkan jadi buku."
There's Happy Land Somewhere
Mereka adalah orang-orang dekat keseharian yang mampu memberikan semangat dan dorongan di kala berbagai kesulitan membelenggu diri. Ada banyak romantika yang telah kami lalui. Kami senantiasa percaya bahwa tujuan dari pendidikan yang telah dan akan kami lalui sesungguhnya adalah kebahagiaan. Itulah tujuan kami! Sebuah kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebagaimana yang diingatkan oleh seorang Pramoedya bahwa dengan dipimpin oleh Sang Harapan, dengan keringat sebagai lambang jerih payah kami dalam berikhtiar, dengan masa kini sebagai titik tolak, dengan masa lalu sebagai pesangon, kami terus bergerak dan mendarma baktikan diri menuju ke happy land somewhere. Semoga setiap tetes ilmu yang aku sampaikan kepada anak-anak yang pernah aku didik akan menjadi pelita dimasa depannya. Amin...
Ucapan Terimakasih Penganten Sunat
Potret kegembiraan di Hari Ulang Tahunku Ke 3 tidak akan pernah terjadi lagi dan berulang balik. Semuanya telah berlalu bersama derainya angin. Aku sadar bahwa kegembiraan itu bukan suatu kewajiban kedua orangtuaku untuk merayakannya. Tak perlu aku menuntutnya. Karena itu memang bukan suatu hak yang harus aku dapatkan darinya. Tetapi ketika aku memintanya disunat, kedua orangtuaku tak bisa mengelak. Memang kewajiban memenuhi hakku. Tentu perlu kesabaran dan pengertian untuk sampai pada tercapainya keinginan itu. Keadaanlah yang harus dimengerti dengan tidak saling menyalahkan. Alhamdulillah! Setelah 2 (dua) tahun tertunda, tunai sudah kewajiban kedua orangtuaku memenuhi hakku untuk di sunat. Minggu, 28 Juni 2009 merupakan hari yang amat berbahagia bagiku meski tak ada keramaian. Tak ada tetabuhan dan alunan irama keroncong atau meliuknya hembusan seruling sunda mengiringi kebahagian itu. Cukuplah selamatan pengantar kebahagian dari sejumlah orang. Do'a dipanjatkan. Sunatan ini tidak mungkin terlaksana tanpa uluran tangan sejumlah orang. Jujur tanpa mereka, akan semakin panjang saja kesabaranku menanti hakku itu. Sebagai kuntum bunga kenangan yang patut aku persembahkan itu, dimana tidak memungkinkan aku sebutkan namanya karena memang belum memungkinkan untuk menyebutkannya karena takut adanya salah tafsir, sebagai kewajibaku dan hak mereka untuk mendapatkan kehormatan dan apresiasi kiranya "Aku Sampaikan Terimakasih atas bantuan dan do'anya. Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka. Amin...
A. KARIM DP, Wartawan Yang Terlupanan, Sendiri dalam Sunyi
Abdul Karim Daeng Patombong (Ampala Poso, Sulawesi Tengah, 29 Mei 1926). Ketua umum PWI Pusat tahun 1963-1965 yang lebih dikenal dengan nama Karim DP ini, menjadi wartawan lebih karena bakat. Sejak kecil Karim DP memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap berbagai masalah. Ia selalu mencari tahu latar belakang suatu peristiwa atau masalah, di samping senang membaca, menulis, dan melakukan perjalanan.Pendapatnya tentang profesi wartawan, pertama, profesi ini memberikan kesempatan untuk banyak mengenal pejabat, tokoh masyarakat dan politisi, serta dikenal banyak orang. Kedua, profesi wartawan merupakan salah satu pekerjaan yang penuh tantangan dan paling efektif untuk memperkaya pengetahuan, karena setiap hari terlibat dalam hal-hal baru, guna disebarkan sebagai informasi kepada masyarakat luas.Ketiga, setiap hari wartawan dituntut banyak membaca dan belajar guna memperdalam wawasan, bergaul dengan berbagai lapisan masyarakat, profesi, dan kedudukan, sehingga mampu menyerap dan mengolah informasi guna disampaikan kepada masyarakat. Karim DP menempuh pendidikan di Sekolah Mubaligh Muhammadiyah, Yogyakarta. Semasa sekolah ia sudah mulai mengirim karangan ke berbagai suratkabar. Ia mulai memasuki dunia kewartawanan pada masa pendudukan Jepang dengan bekerja di Kantor Berita Domei. Sesudah proklamasi ia menjadi wartawan perang di Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta (1945-1950), kemudian pindah ke Sin Po, Jakarta, yang belakangan berganti nama menjadi Panca Warta, dan kemudian berganti lagi menjadi Warta Bhakti. Di media ini Karim sempat menduduki jabatan puncak sebagai pemimpin redaksi karena, Presiden Soekarno menghendaki koran ini dipimpin oleh orang Indonesia asli.Semasa memimpin Warta Bhakti, ia juga aktif dalam kepengurusan PWI. Mulai dari Penulis II Pengurus PWI Jaya (1960-1961) hingga menjadi Ketua Umum PWI Pusat (1963-1965), menggantikan Djawoto yang terpilih sebagai Sekjen Persatuan Wartawan Asia-Afrika (PWAA) dan kemudian menjadi Duta Besar di RRC. Sebagai pengurus PWI Pusat, Karim berkesempatan menjadi anggota MPRS (1960-1963), dan anggota DPA (1963-1965). Di bidang politik, ia pernah menjadi anggota Badan Pekerja Kongres PNI (1963-1965Pada masa itu, PWI yang memang sudah banyak dipengaruhi komunis, banyak bergerak di dalam aksi politik, misalnya, menghadapi BPS dan suratkabar atau wartawan yang tidak sefaham, ataupun menghantam kekuatan-kekuatan lain yang tidak sefaham seperti Angkatan Darat dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Tidak lama sesudah peristiwa G30S/PKI, posisinya sebagai Ketua Umum PWI Pusat diganti. Ia tak diizinkan lagi menjalani profesi wartawan, dan ditahan selama 14 tahun. Setelah Orde Baru tumbang ia dapat aktif kembali dengan bekerja di Jurnal Solidaritas. Sesudah angin reformasi berhembus di Indonesia, Karim DP, sejak 2002, menjadi Ketua Umum Solidaritas Korban Pelanggaran Hak Azasi Manusia. Pengalaman paling berkesan yang dirasakan Karim selama menjadi wartawan adalah ketika ditugaskan meliput langsung pertempuran di Ambarawa. Pada masa revolusi Karim memang menjadi wartawan perang.Pada hari tuanya, Karim meluncurkan dua buku yakni Dari Revolusi Agustus 1945 sampai Kudeta 1966 (2002) dan Apa Sebab Bung Karno Bisa Digulingkan? (2003). Ia pernah kuliah di Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan Universitas Indonesia, tapi tidak tamat. (Tim EPI/ES/SSWJ)
Semoga Kalian Menjadi Murid Pandai Yang Berbudi
Kamis, 16 Juli 2009 hari pertama bersekolah bagi murid-murid lama, meski untuk murid baru (Kelas 1 SD) sudah masuk sejak Senin yang lalu. Ibu ucapkan SELAMAT KEMBALI KE SEKOLAH. BELAJAR YANG RAJIN PENUH SEMANGAT. INI MODAL AWAL SEBAGAI WUJUD TANDA TERIMAKASIH DAN BAKTI KALIAN PADA KEDUA ORANGTUA DAN GURUMU. BAHAGIAKANLAH MEREKA (KEDUA ORANGTUAMU) DENGAN WUJUD SEBAGAI ANAK PANDAI YANG BERBUDI. Do'akan kedua orangtuamu agar tetap sehat dan dimudahkan mencari rizki oleh Allah SWT sehingga terus mengantarkanmu sampai cita-citamu berhasil. Selamat, ya nak! Suatu kebahagian & kebanggaan bagi Ibu Sri bila kalian kelak menjadi anak murid Ibu yang berhasil. PENDIDIKAN ADALAH CAHAYA PENGUSIR KEGELAPAN DAN SUMBER MATA AIR DARI SEGALA KEHIDUPAN!.
Priangan Si Jelita
Setiap kali kaki dan dirinya harus melangkah ke tempat mengajar, senyum optimislah yang senantiasa mengembang dan menyapa anak-anak didiknya. Selepas dari IKIP Jakarta sudah mentasbihkan kalau dirinya akan berkarier sebagai guru. Tidak ada pilihan yang mendua pada saat kuliah maupun di SMA Negeri 1 Jakarta (Budi Utomo) beralih cita-cita. Baginya sebagai guru telah memberikan banyak pengalaman dan kesempatan untuk senantiasa meninjau ulang serta merenungkannya bahwa sesungguhnya betapa mulianya pengabdian yang dilakukannya itu. Termasuk dirinya amat sadar bahwa tanggungjawab yang dipikulnya itu tidak saja menguras energi dan pikiran tetapi juga akan penuh sederet resiko. “Oleh karena itu rasanya begitu berat andaikata kelak saya meninggalkan pengabdian ini laksana pergi meninggalkan tanah tempat kelahiran yang juga membesarkan dirinya sepanjang masa. Saya amat membayangkan andaikata harus pergi meninggalkan profesi yang amat saya cintai kelak. Saat ini pun setiap kali anak-anak naik kelas, sering menjadi sentimentil. Perpisahan setelah selama setahun berinteraksi, bercanda dan mengaping mereka telah menyadarkan saya betapa pentingnya kehadiran mereka selama ini. Sungguh perpisahan ini akan semakin menyadarkan saya bahwa mereka yang keseharian berada di samping saya harus pergi tanpa bisa hindari,” kata Bu Sri suatu ketika bicara pada murid-muridnya. Tapi menurutnya itulah sebuah ketentuan yang harus dilalui bersama bahwa setiap pertemuan akan diakhiri perpisahan. Dan ini bukan sekali ini terjadi dan sudah banyak dilalui banyak orang. Saat ini yang harus dimaknai bahwa sesungguhnya pekerjaan sebagai guru yang selama ini dikerjakan telah sesuai tanggungjawab dan harapan semua. Amin....
SEBUAH NASEHAT PERKAWINAN MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH
KELUARGA Oleh Wawan Dwn Ketika akan menikah Janganlah mencari istri tapi carilah ibu bagi anak-anak kita Janganlah mencari suami tapi carilah ayah bagi anak-anak kita Ketika melamar Anda bukan sedang meminta kepada orangtua/wali si gadis tapi meminta kepada Allah melalui orangtua / wali si gadis Ketika akad nikah Anda berdua bukan menikah di hadapan penghulu,tetapi menikah di hadapan Allah Ketika resepsi pernikahan Catat dan hitung semua tamu yang datang untuk mendoakan anda, karena anda harus berpikir untuk mengundang mereka semua dan meminta maaf apabila anda berpikir untuk bercerai karena menyia-nyiakan doa mereka Sejak malam pertama Bersyukur dan bersabarlah..Anda adalah sepasang anak manusia dan bukan sepasang malaikat Selama menempuh hidup berkeluarga Sadarilah bahwa jalan yang akan dilalui tidak melulu jalan bertabur bunga tapi jalan semak belukar yang penuh onak duri Ketika biduk rumah tangga oleng Jangan saling berlepas tangan tapi sebaliknya justru semakin erat berpegangan tangan Ketika belum memiliki anak Cintai istri/suami anda 100% Ketika telah memiliki anak Jangan bagi cinta anda kepada istri/suami dan anak anda tapi cintailah istri/suami anda 100% dan cintai anak anda masing-masing 100% Ketika ekonomi keluarga belum membaik Yakinlah bahwa pintu rizki akan terbuka lebar berbanding lurus dengan ketaatan suami dan istri Ketika ekonomi membaik Jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi kita semasa menderita Ketika anda adalah suami Boleh bermanja-manja kepada istri tetapi jangan lupa untuk bangkit secara bertanggung jawab apabila istri membutuhkan pertolongan anda Ketika anda adalah istri Tetaplah berjalan dengan gemulai dan lemah lembut, tetapi selalu berhasil menyelesaikan semua pekerjaan Ketika mendidik anak Jangan pernah berpikir bahwa orang tua yang baik adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak, karena orangtua yang baik adalah orangtua yang jujur kepada anak Ketika anak bermasalah Yakinlah bahwa tidak ada seorang anakpun yang tidak mau bekerjasama dengan orangtua, yang ada adalah anak yang merasa tidak didengar oleh orangtuanya Ketika ada PIL Jangan diminum,cukupkanlah suami sebagai obat Ketika ada WIL Jangan dituruti, cukuplah istri sebagai pelabuhan hati Ketika memilih potret keluarga Pilihlah potret keluarga sekolah yang berada dalam proses pertumbuhan menuju keluarga masjid Ketika ingin langgeng harmonis Gunakanlah formula 6K: 1. Ketaqwaan 2. Kasih sayang 3. Kesetiaan 4. Komunikasi dialogis 5. Keterbukaan 6. Kejujuran
Ketika jelang Pilpres dimulai, genderang perseteruan, caci-maki dan atmosfir kebencian dikumandangan bagai Sang Kakala. Semoga ketika pada akhirnya pertarungan itu usai, mereka bisa saling hormat satu sama lain. Kita berharap mereka adalah pemimpin-pemimpin bangsa yang dapat memberikan keteladanan pada rakyatnya untuk mencintai kebenaran, keadilan dan keindahan. Mereka akan saling memaafkan kekhilafan satu sama lain. Marilah kita renungkan apa yang pernah diucapkan Winston Churchill bahwa saat-saat paling cemerlang yang paling tepat menghilang. Pemimpin lahir dan dibutuhkan rakyatnya karena memang kekuatan sejaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar