Selasa, 25 Mei 2010

SAMBUTAN PRESIDEN SBY PADA PEMAKAMAN NY AINUN HABIBIE : IBU PENUH KASIH

PEMAKAMAN NY AINUN HABIBIE
Presiden: Ibu Penuh Kasih Rabu, 26 Mei 2010 02:56 WIB
Jakarta, Kompas - Sosok almarhumah Ny Hasri Ainun Besari Habibie adalah sosok Ibu Negara yang penuh kasih, pejuang kemanusiaan yang tulus, dan ibu yang patut menjadi panutan bagi keluarga.
Hal itu disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat upacara pemakaman di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Selasa (25/5). Istri mantan Presiden BJ Habibie itu meninggal dunia pada usia 72 tahun di Rumah Sakit Ludwig Maximilians-Universitat, Klinikum Gro’hadem, Muenchen, Jerman, Sabtu pukul 17.30 waktu setempat. Ny Ainun dirawat sejak 24 Maret 2010 hingga 22 Mei 2010. Dalam 1,5 bulan, Ny Ainun menjalani 12 kali operasi pengangkatan tumor.
”Dengan penuh kesetiaan dan kepercayaan, almarhumah senantiasa mendampingi Presiden Habibie melewati hari-hari yang tidak mudah dalam salah satu periode sejarah yang sangat menentukan,” ujar Presiden Yudhoyono yang bertindak sebagai inspektur upacara. Ketika itu, pada masa Presiden Habibie, Indonesia diguncang krisis dan terjadinya reformasi 1998-1999.
Sebagai Ibu Negara ketika itu, Ny Ainun juga menunjukkan kepedulian dan peran aktif dalam berbagai kegiatan kemanusiaan. Hingga akhir hayatnya, Ny Ainun adalah Ketua Umum Perhimpunan Penyantun Mata Tunanetra Indonesia (PPMTI) dan pengurus Yayasan Amal Abadi Beasiswa Orang Tua Bimbing Terpadu (YAAB-ORBIT).
”Dedikasi yang tak berkesudahan kepada nilai-nilai kemanusiaan menjadi bukti nyata keteladanan almarhumah,” ujar Presiden Yudhoyono. Atas pengabdian dan jasa-jasanya itu, Ny Ainun menerima Bintang Republik Indonesia Adipradana dan Bintang Mahaputra Adipurna.
Alumnus Fakultas Kedokteran UI ini dilahirkan di Semarang, Jawa Tengah, 11 Agustus 1937. Menikah dengan BJ Habibie pada 12 Mei 1962, Ny Ainun dikaruniai dua putra, Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie, serta empat cucu.
Sepanjang prosesi pemakaman Ny Ainun, BJ Habibie tidak bisa menyembunyikan kesedihan yang mendalam. Bahkan, ia tampak lunglai sehingga dipapah ketika meninggalkan makam.
Banyak tokoh masyarakat hadir pada pemakaman itu. Selain Wakil Presiden Boediono dan para menteri, hadir pula para mantan wakil presiden, seperti Jusuf Kalla, Hamzah Haz, dan Try Soetrisno, serta pimpinan lembaga negara. (DAY)

Wardiman Djojonegoro : Ibu Ainun Dalam Kenangan

Pada tahun 1963, beberapa mahasiswa Universitas Aachen menunggu di Bandara Dusseldorf, menanti kedatangan seniornya, BJ Habibie, yang membawa pasangannya yang baru.
Begitu diperkenalkan, kesan pertama kami adalah alangkah serasinya kedua sejoli ini dari segi penampilan, Habibie tidak tinggi dan Dr Hasri Ainun Besari Habibie (Ainun) tidak lebih tinggi dari suaminya. Ia murah senyum, terlihat anggun dan menyerahkan semua percakapan kepada suaminya. Kami, anak mahasiswa Aachen, memang sudah terbiasa dengan sifat Rudy—panggilan Habibie—yang ramai, tetapi ramah. Kesan lain yang kami dapati adalah, Ainun seorang tokoh yang tidak ingin menonjol dan sengaja berada di garis belakang, tetapi bukan berarti tidak berbobot.
Mendukung dari belakang
Dalam sejarah perkenalan saya dengan keluarga ini, kesan pertama itu diperkuat lagi oleh kuatnya pendirian Ainun dalam mendukung suaminya dari belakang. Ia sangat memahami tugas-tugas suaminya dan bagaimana dengan setia mendampingi dan mendukung suaminya. Ke mana pun sang suami pergi, beliau dengan setia dan sabar mendampinginya, tidak saja secara fisik, tetapi juga dengan kata-kata dan nasihat yang bermakna.
Misalnya, sewaktu Sidang MPR tahun 1999, kata-kata kasar dari anggota DPR tetap diterima dengan anggun dan, di rumah, Ainun membantu Rudy mengatasi kecaman-kecaman yang diucapkan tidak pantas itu. Banyak dari kami yang mengatakan bahwa Ainun adalah contoh istri yang ideal, tidak menonjol tetapi menjadi satu kesatuan dengan suaminya karena selalu mendukungnya dari belakang.
Seorang sosok yang cantik, anggun, pintar, tetapi pandai menempatkan diri dalam pergaulan sehari-hari dan perjalanan karier di samping suaminya. Apalagi sang suami adalah seorang yang dinamis dan penuh dengan energi. Dalam berbagai kesempatan, Rudy menyatakan di depan umum betapa Ainun menjadi penopang dan pendorong dalam hidup dan aktivitasnya. Betul pula pepatah yang menyatakan bahwa ”di balik seorang laki laki yang sukses bisa didapati wanita yang telah mendukungnya”.
Pada masa awal pacaran mereka, setelah Ainun menerima lamaran Rudy, Rudy secara reguler mengantar Ainun pergi bekerja ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, tempat Ainun bekerja di bagian anak-anak. Biasanya, Rudy menjemput Ainun memakai becak, sesudah itu mereka berjalan meninggalkan kompleks RSCM. Mereka mengalami masa pacaran yang singkat, tetapi cukup mengesankan. Mereka berpacaran di atas becak malam hari dengan jok tertutup kendati saat itu tidak sedang hujan.
Pernah pula ketika sedang pacaran mereka ketemu dengan rombongan teman-teman Ainun dari Fakultas Kedokteran. Salah seorang bertanya, ”Siapa sih nama tunanganmu Ainun?” Seorang lagi memotong, ”Namanya Bacharuddin Jusuf Habibie. Orang Arab lagi.” Ainun tersenyum lalu berkata, ”Ini orang Arab-nya,” sambil menunjuk Rudy yang berada di sebelahnya. Teman-teman Ainun kaget, Rudy hanya senyum-senyum.
Selalu mengingatkan
Mereka menikah 12 Mei 1962 dan Ilham—putra mereka pertama—lahir pada 1963 di Jerman karena, setelah menikah, Ainun langsung di boyong ke Jerman. Di situ mereka hidup dalam rumah tangga anak muda, berpahit-pahit karena penghasilan Rudy sebagai mahasiswa tingkat doktoral masih sangat kecil, pemasukan harus pula disisihkan sebagian untuk ditabung. Masa itulah masa berat mereka di awal-awal pernikahan. Ketika saya harus ke Holland (Belanda dengan Aachen sangat dekat), Rudy menitipkan kepada saya untuk membelikan kereta dorong bayi karena harga di Belanda lebih murah.
Ainun sangat mencintai dan selalu memberikan perhatian besar kepada suaminya. Ketika masih menjadi Menristek/Ketua BPPT, Rudy sering pulang terlambat dari kantor, biasanya bisa lewat dari pukul 22.00. Jika sudah terlambat seperti itu, Ainun menelepon langsung dari rumah mengingatkan agar Rudy segera pulang karena harus menjaga kesehatan. Rudy biasanya minta kepada sekretariat agar menjawab ”Bapak sudah menuju lift”, padahal sebenarnya ia masih duduk di kursi dan meneruskan pekerjaan, tidak langsung pulang.
Perhatian Ainun juga tertuju pada makanan Rudy sehari-hari. Ia selalu menjaga kalori yang pantas dalam asupan suaminya. Ia memberikan batasan-batasan makanan apa saja seharusnya yang dikonsumsi. Karena itu, Rudy sangat tertib dalam hal makanan jika Ainun ada di dekatnya. Namun, jika Ainun tak ada, saya lihat Rudy sering melanggar pantangan yang diberikan Ainun. Hal lain yang menarik adalah soal waktu. Kita semua tahu jika Rudy memberikan sambutan dan berceramah biasanya selalu panjang melebihi batas waktu yang dijatahkan. Namun, jika Ainun hadir, almarhumah biasa memberikan isyarat agar segera berhenti dan Rudy dengan jujur menyampaikan kepada hadirin, ia akan segera menghentikan pidato dan ceramahnya karena sudah mendapat isyarat dari Ibu Ainun agar berhenti.
Suatu waktu, pada acara salat tarawih di kediaman beliau di Jalan Patra, Rudy diberi kesempatan menyampaikan sambutan kepada jemaah. Ternyata, sambutan Rudy berkepanjangan. Melihat jemaah sudah gelisah karena masih akan dilanjutkan acara tarawih, Ibu Ainun melalui salah seorang cucunya meminta supaya memberikan isyarat kepada ”eyang kakungnya” agar mengakhiri sambutan. Sang cucu memang menjalankan tugasnya dan tampil ke depan mengayunkan tangan seperti kalau sedang salat. Rudy mengerti isyarat itu dan mengakhiri sambutannya. Namun, ia tidak lupa berkomentar, ”Itu pasti disuruh oleh Ibu Ainun.” Jemaah pun tertawa.
Ainun penuh dengan energi dan tidak saja aktif sebagai ibu rumah tangga meski suaminya menteri dalam Kabinet Pembangunan. Ia aktif dengan berbagai kegiatan di bidang organisasi wanita: Dharma Wanita Pusat, Ria Pembangunan, dan banyak kegiatan sosial di bidang anak dan manula. Namun, beliau sangat religius dan pengajian secara teratur dilakukan di rumahnya.
Sewaktu menjadi Ibu Negara saya sangat terkagum-kagum bagaimana Ainun bisa mempunyai stamina dan membagi waktu untuk mengikuti setiap acara Presiden, baik di dalam maupun di luar kota. Menerima lebih banyak lagi tamu di luar kegiatan keluarga. Dan, di samping itu, ia masih dapat membagikan kepedulian dalam kegiatan sosial.
Setelah Rudy tidak lagi menjabat di pemerintahan, Ainun masih aktif dalam kegiatan sosial. Misalnya menjadi Ketua Perkumpulan Penyantun Mata Tunanetra Indonesia (PPMTI), Wakil Ketua Dewan Pendiri Yayasan SDM Iptek, mendirikan Yayasan Orbit dengan cabang di seluruh Indonesia. Juga memprakarsai majalah teknologi anak anak Orbit. Semasa gejolak di Aceh pada tahun 2000-an, Ainun mengadakan beasiswa ORBIT khusus untuk siswa Aceh.
Ibu Ainun sudah tiada, meninggalkan kita dengan banyak kenangan yang manis dan berkesan. Meskipun tak banyak diekspos media, banyak tindakan beliau semasa hidup yang menjadi suri teladan bagi kita semua. Kasih sayang dan cinta tidak saja dibagi dengan suami, anak, dan keluarga, tetapi juga dengan masyarakat. Bagi saya, Ainun betul-betul sosok ibu dari anak-anak negara dan seorang istri teladan.
Wardiman Djojonegoro Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Kabinet Pembangunan VI, 1993-1998

Minggu, 23 Mei 2010

dr. Hasri Ainun Habibie : Kisah Cinta Berakhir di Jerman

Minggu, 23/05/2010 17:54 WIB
Tifatul: Ibu Ainun Sosok yang Tegar Mendampingi Pak Habibie
Jakarta - Berpulangnya mantan Ibu Negara, Hasri Ainun Habibie, mengembalikan ingatan Tifatul Sembiring pada sosok yang tegar dan setia. "Ketika Pak Habibie jadi wapres dan presiden itu banyak "serangan" terhadap Pak Habibie. Tapi beliau sabar dan tidak mengeluarkan statemen pada masyarakat," kata Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring usai usai acara penyerahan bantuan SMS Donasi Komunitas Pos dan Telekomunikasi di SDN 18 Ganting, Kecamatan Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumbar, Minggu (23/5/2010).
Tifatul menilai Ainun dan Habibie sebagai pasangan yang saling setia dalam mendampingi satu sama lain.
"Luar biasa kesetiaan beliau mendampingi Pak Habibie. Begitu juga kesabaran Pak Habibie mendampingi beliau ketika sakit bahkan sampai 12 kali operasi. Untuk orang yang usianya 72 tahun itu luar biasa," kata politisi PKS ini.
Tifatul mengucapkan belasungkawa yang sebesar-besarnya atas wafatnya Ibu Ainun Habibie.
"Atas nama pribadi dan juga keluarga besar Menkominfo mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya Ibu Aiunun Habibie," kata Tifatul yang menggunakan batik berwana coklat ini. (nrl/nrl)



Minggu, 23/05/2010 12:39 WIB
Ainun Terharu Dengar Surat SBY
Rumah Habibie Banjir Karangan Bunga

Jakarta - Presiden SBY sempat mengirimkan surat kepada almarhumah Ainun Habibie saat mantan Ibu Negara itu dirawat di rumah sakit. Ainun terharu mendengar isi surat itu.
"Pada saat Ibu masih dirawat dan baru dioperasi, Presiden SBY sempat mengirimkan surat yang sempat dibacakan di dekat telinga almarhumah dan ia sangat terharu," tutur Direktur The Habibie Center, Ahmad Watik Pratiknya, pada wartawan di rumah duka, Jl Patra Kuningan XIII, Jakarta Selatan, Minggu (23/5/2010).
Watik menyatakan, meninggalnya Ainun membuat bangsa Indonesia merasa kehilangan mengingat jasa almarhumah yang banyak. "Beliau banyak memiliki jasa pada masyarakat dan organisasi sosial, apakah itu dalam bentuk beasiswa dan juga dukungan terhadap kaum tunanetra," paparnya.
Surat SBY pada keluarga BJ Habibie dikirimkan melalui anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) bidang pembangunan dan otonomi daerah Ginandjar Kartasasmita ke tempat Ainun dirawat, di LMU Klinikum, Munich, Jerman.
"Isinya menyampaikan rasa atas nama pemerintah bangsa Indonesia, keluarga menyampaikan rasa keprihatian Presiden atas kondisi kesehatan Ibu Habibie," ujar Ginandjar usai bertemu SBY pada 5 Mei lalu. (dip/nrl)



Minggu, 23/05/2010 01:15 WIB
Kisah Cinta Indah 48 Tahun itu Berakhir di Jerman

Jakarta - Hasri Ainun Habibie, istri Presiden ke-3 RI, Prof Dr BJ Habibie, hampir selalu ada mendamping suaminya yang sedang bertugas. Ainun juga selalu melempar senyum saat berada disamping Habibie.
Wanita kelahiran Semarang pada 11 Agustus 1937 itu kuliah di Fakultas Kedokteran di Jakarta dan pernah bekerja di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Bahkan Ainun pernah tinggal di belakang asrama RSCM, di Jalan Kimia.
Ainun dipersunting BJ Habibie pada 12 Mei 1962. Dari pernikahan itu, Ainun mempunyai anak dua orang yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal, serta enam orang cucu.
Ainun masuk rumah sakit RS Ludwig-Maximilians-Universitat, Klinikum Gro`hadern, Munich, Jerman pada 24 Maret lalu. Dia telah menjalani sembilan kali operasi yaitu empat operasi utama dan lima eksplorasi yang semuanya berlangsung dengan lancar.
Namun kondisi Ainun kian memburuk. Istri BJ Habibie ini meninggal dalam usia 72 tahun. Ainun meninggal Sabtu (23/5/2010) sekitar pukul 17.30 waktu setempat di Rumah Sakit Ludwig-Maximilians-Universitat, Klinikum Gro`hadern, Munich, Jerman.
Habibie terus mendampingi Ainun dalam sakitnya. Saat Ainun meninggal pun Habibie berada di sisinya. Presiden pertama era reformasi ini berusaha tabah dalam kehilangannya.

Sabtu, 22/05/2010 23:21 WIB
Ibu Hasri Ainun Habibie Tutup Usia

Jakarta - Istri mantan presiden RI BJ Habibie, Hasri Ainun Habibie tutup usia di usia 72 tahun. Ainun meninggal sekitar pukul 17.00 waktu setempat di Rumah Sakit Ludwig-Maximilians-Universitat, Klinikum Gro`hadern, Munich, Jerman.
"Innalillahi wa inna ilaihii raajiuun. Telah meninggal Ibu Hasri Ainun Habibie. Mohon do'a untuk Almarhumah," demikian informasi resmi yang diperoleh detikcom dari twitter The Habibie Center pukul 23.15 WIB, Sabtu (22/5/2010).
Sebelumnya Ibu Hasri sempat kritis setelah menjalani perawatan intensif. Dia baru saja menjalani operasi kanker usus.
Saat ini semua keluarga termasuk BJ Habibie, dan dua putranya Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie sudah berada di Jerman.
(rdf/rdf)

dr. Hasri Aiun Habibie : "Sebuah Senyum Ketulusan dan Keikhlasan dari Seorang Ibu Negara"


JAKARTA, KOMPAS.com - Kehadiran sosok Ainun Habibie semasa hidupnya dinilai mempunyai arti tersendiri sebagai istri maupun ibu teladan. Setidaknya pengakuan ini disampaikan oleh promotor musik terkemuka Adrie Soebono yang adalah keponakan mantan Presiden RI BJ Habibie atau anak kakak tertua BJ Habibie di kediaman duka di Patra Kuningan XIII, No. 1, Jakarta. .
Adrie Soebono mengaku pernah dididik oleh Ibu Ainun sejak umur 14 tahun saat ia menetap selama 8 tahun di Jerman. "Enggak pernah sekalipun diomelin justru saya disayang padahal saya lagi bandel-bandelnya," ujar Adrie Soebono
"Bu Ainun ini cantik sekali waktu mudanya. Tahun 1962, dia pacaran dengan Pak Habibie di rumah orang tua saya," tambahnya.
"Pak Habibie ini enggak bisa lepas dari Ibu Ainun, mereka pasangan yang sangat serasi. Ke mana-mana selalu berdua. Selama Ibu Ainun sakit, Pak Habibie selalu ada di samping, dia enggak pernah ninggalin rumah sakit."
Adrie Soebono justru saat ini khawatir dengan kondisi kesehatan Habibie. Ini karena Ibu Ainun yang pernah berprofesi sebagai dokter semasa hidupnya merupakan orang yang mengendalikan obat-obat yang biasa dikonsumsi Habibie.
Adrie Soebono mengaku terakhir kali bertemu Ibu Ainun 2 bulan lalu sebelum beliau berangkat berobat ke Jerman. Menurut Adrie Soebono, Ibu Ainun saat itu tidak pernah mengeluh sedikit pun walaupun mengidap penyakit.
Saya menyesal saat-saat terakhir ini enggak di Jerman. Rencananya minggu depan mau ke Jerman tapi ada pekerjaan yang enggak bisa saya tinggalin.
"Yang lucu saat ketemu terakhir saya masih dianggap anak kecil padahal sayasudah tua begini," demikian dikisahkan Adrie Soebono.
Pesawat Garuda Indonesia yang khusus diterbangkan untuk menjemput jenazah Ibu Ainun bertolak dari Jakarta besok dan dijadwalkan tiba di Jerman Senin. Pesawat ini dijadwalkan bertolak dari Jerman Selasa dan tiba kembali di Jakarta Rabu pagi


Ainun Habibie Sosok Disiplin yang Santun
Senin, 24 Mei 2010 - 03:02 wib
Habibie mendampingi Ainun (Ist)
JAKARTA – Pembacaan surat yasin dan tahlil masih terus berkumandang di rumah duka, kediaman mantan Presiden RI BJ Habibie di Patra Kuningan XIII Blok L XV Kav. 3, Kuningan, Jakarta Selatan.
Iringan doa tertuju kepada mantan Ibu Negara almarhumah Hasri Ainun Habibie, yang wafat karena penyakit kanker usus di Munich, Jerman.
Pantauan okezone, Minggu (23/5/2010) malam, puluhan kerabat dan para pelayat dari tetangga kerabat almarhum dengan khusyuk membaca tahlil usai salat isya dilanjutkan dengan taushiyah yang dipimpin oleh pengamat pendidikan, Arief Rahman.
Arief Rahman melihat sosok almarhumah sebagai wanita dengan tingkat keimanan dan ketakwaan yang tinggi sarta dikenal taat beribadah.
“Saya pikir ada beberapa hal yang perlu dikenang dari beliau, yakni kedekatan beliau dengan Tuhan. Kesabaran dan kesyukuran adalah sifat yang menonjol dari sosok beliau,” ujar Arief kepada wartawan, di rumah duka.
Ditambahkannya, Ainun merupakan salah satu wanita pemerhati pendidikan yang memiliki kecerdasan dalam berpikir.
“Beliau ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Beliau juga disiplin tidak mentoleransi orang yang datang terlambat, dengan kesantunan itu kedisiplinan ditanamkan kepada dua putranya Ilham dan Tareq dan diberikan kebebasan untuk kreatif,” pungkasnya.(ram)


Keluarga: Bila Mau Kirim Doa, Pelayat Datang Pagi
Senin, 24 Mei 2010 - 07:04 wib
Habibie mendampingi Ainun (Ist)
JAKARTA - Mantan Ibu Negara Hasri Ainun Habibie (72) rencananya akan dimakamkan pada hari Selasa 25 Mei 2010 menjelang waktu Zuhur. Jadwal pemakaman ini mengalami percepatan satu hari setelah sebelumnya direncanakan pada Rabu 26 Mei 2010.
Dengan perubahan jadwal tersebut, pihak keluarga mengimbau kepada para pelayat yang hendak melepas almarhumah sekaligus membacakan doa di rumah duka agar datang sebelum waktu salat Zuhur tiba.
”Siapa yang ingin membaca doa agar dilakukan di antara waktu kedatangan jenazah yakni pukul 06.00 WIB sampai meninggalkan rumah sekitar pukul 10.00 WIB,” kata Juru Bicara Keluarga Habibie, Didit Ratam kepada wartawan, Minggu (23/5/2010) malam.
Didit yang juga merupakan keponakan langsung dari Habibie itu menjelaskan aturan dalam syariat Islam menjadi faktor utama penyebab dimajukannya jadwal pemakaman almarhumah Ibu Ainun. “Sesudah melakukan pertimbangan dari keluarga juga dari sudut pandang keagamaan di mana semakin cepat semakin baik,” sambungnya.
Dia memaparkan pihak keluarga sebelumnya juga telah melakukan diskusi dengan pemerintah terkait rencana pemakaman mantan Ibu Negara yang juga seorang dokter ahli kandungan itu.
Hasri Ainun Habibie, wafat di usia 72 tahun. Ainun menghembuskan napas terakhirnya sekira pukul 17.30 waktu setempat di Rumah Sakit Ludwig-Maximilians-Universitat, Klinikum Gro`hadern, Munich, Jerman. Ainun sebelumnya telah menjalani operasi sebanyak 12 kali dan sempat dikabarkan membaik.(ram)


Ainun Habibie Dikebumikan Selasa
Senin, 24 Mei 2010 - 01:03 wib
Habibie mendampingi Ainun (Ist)
JAKARTA - Mantan Ibu Negara Hasri Ainun Habibie (72) rencananya akan dimakamkan pada hari Selasa 25 Mei 2010 besok lusa. Jadwal pemakaman ini mengalami percepatan satu hari setelah sebelumnya direncanakan pada Rabu 26 Mei 2010.
"Pemakamannya akan dilakukan pada hari Selasa diharapkan bisa selesai sebelum sholat Zhuhur,” ujar Juru Bicara Keluarga Didit Ratam di rumah duka Jalan Patra Kuningan XII, Jakarta Selatan Minggu (23/5/2010).
Malam ini lanjut dia, pihak keluarga yang berjumlah sekira 17 orang akan berangkat menuju Munich, Jerman guna menjemput almarhumah yang dikenal ramah dan bersahaja itu. “Hari ini keluarga akan berangkat ke Jerman pada pukul 01.00 WIB dini hari, dan dijadwalkan tiba di Jerman hari Senin pukul 09.00 waktu lokal (Munich),” terang Didit.
Delegasi dari pihak keluarga Habibie tersebut terdiri kakak dan adik dari kedua pihak BJ Habibie dan (alm) Hasri Ainun Habibie, serta para cucu yang akan dipimpin asisten Habibie, Ahmad Watik Pratiknya. Mereka akan kembali ke Jakarta pada pukul 11.00 waktu setempat.
Bila tak ada rintangan, jenazah ibu Ainun akan tiba pada Selasa pagi di Bandara Halim Perdana Kusumah dan dibawa ke rumah duka untuk selanjutnya segera dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan.
“Rencana akan tiba di Jakarta pukul 05.00 WIB. Kami dari pihak keluarga akan meyerahkan jenazah kepada negara mungkin sekitar pukul 10.00 WIB supaya dapat dimakamkan segera pada pukul 11.00 WIB di TMP Kalibata,” tutupnya.
Sebelumnya, Hasri Ainun Habibie tutup usia pada Sabtu sore waktu setempat atau Sabtu malam pukul 22.30 WIB. Jenazah rencananya akan tiba di Tanah Air pada Selasa 25 Mei 2010 lusa. Kepulangan jenazah terhambat dengan libur di Jerman hingga Senin.

Ainun Habibie Dikebumikan Selasa
Senin, 24 Mei 2010 - 01:03 wib
Habibie mendampingi Ainun (Ist)
JAKARTA - Mantan Ibu Negara Hasri Ainun Habibie (72) rencananya akan dimakamkan pada hari Selasa 25 Mei 2010 besok lusa. Jadwal pemakaman ini mengalami percepatan satu hari setelah sebelumnya direncanakan pada Rabu 26 Mei 2010.
"Pemakamannya akan dilakukan pada hari Selasa diharapkan bisa selesai sebelum sholat Zhuhur,” ujar Juru Bicara Keluarga Didit Ratam di rumah duka Jalan Patra Kuningan XII, Jakarta Selatan Minggu (23/5/2010).
Malam ini lanjut dia, pihak keluarga yang berjumlah sekira 17 orang akan berangkat menuju Munich, Jerman guna menjemput almarhumah yang dikenal ramah dan bersahaja itu. “Hari ini keluarga akan berangkat ke Jerman pada pukul 01.00 WIB dini hari, dan dijadwalkan tiba di Jerman hari Senin pukul 09.00 waktu lokal (Munich),” terang Didit.
Delegasi dari pihak keluarga Habibie tersebut terdiri kakak dan adik dari kedua pihak BJ Habibie dan (alm) Hasri Ainun Habibie, serta para cucu yang akan dipimpin asisten Habibie, Ahmad Watik Pratiknya. Mereka akan kembali ke Jakarta pada pukul 11.00 waktu setempat.
Bila tak ada rintangan, jenazah ibu Ainun akan tiba pada Selasa pagi di Bandara Halim Perdana Kusumah dan dibawa ke rumah duka untuk selanjutnya segera dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan.
“Rencana akan tiba di Jakarta pukul 05.00 WIB. Kami dari pihak keluarga akan meyerahkan jenazah kepada negara mungkin sekitar pukul 10.00 WIB supaya dapat dimakamkan segera pada pukul 11.00 WIB di TMP Kalibata,” tutupnya.
Sebelumnya, Hasri Ainun Habibie tutup usia pada Sabtu sore waktu setempat atau Sabtu malam pukul 22.30 WIB. Jenazah rencananya akan tiba di Tanah Air pada Selasa 25 Mei 2010 lusa. Kepulangan jenazah terhambat dengan libur di Jerman hingga Senin.


JK: Ibu Ainun Sosok Keibuan
Minggu, 23 Mei 2010 - 19:00 wib
Ainun Habibie dalam suatu acara. (Foto: strangerinparadise.com)
JAKARTA - Meninggalnya istri mantan Preden BJ Habibie, Hasri Ainun Habibie meninggalkan kesan tersendiri bagi mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Menurutnya almarhumah merupakan sosok keibuan yang baik.
"Saya kenal baik dengan beliau, dan yang saya tahu beliau adalah sosok ibu yang sangat baik," ujar JK usai menyaksikan film 'Alangkah Lucunya Negeri Ini' di Bioskop Djakarta Theater XXI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (23/5/2010).
JK yang hadir didamping sang istri Mufidah Kalla dalam acara nonton bareng tersebut turut merasa kehilangan atas wafatnya isteri mantan Presiden RI ke-3 itu. "Meskipun tidak selalu ketemu, tapi yang saya tahu dia ibu yang selalu mengabdi untuk keluarga," ungkapnya.
Selain itu JK yang mewakili keluarga besarnya tak lupa mengucapkan rasa belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga besar BJ Habibie dan mendoakan agar seluruh keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dalam menghadapinya.
"Saya harap keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kebesaran hati. Semoga amal baik almarhumah di terima oleh-Nya," tandasnya.(hri)


Makam Ainun Berdampingan dengan Habibie
Minggu, 23 Mei 2010 - 12:41 wib
Ainun Habibie dalam suatu acara. (Foto: strangerinparadise.com)
JAKARTA - Pemerintah rupanya sudah menyiapkan sepasang lubang makam untuk pemakaman BJ Habibie dan Asri Ainun Habibie, jika kelak dipanggil Yang Maha Kuasa. Kedua lubang itu letaknya berdampingan.
Pemerintah sengaja, menyiapkan dua lubang secara berdampingan, karena mantan Presiden BJ Habibie menginginkan selalu bersama dengan istrinya.
Seperti dituturkan Direktur Habibie Center Ahmad Watik Pratikya di kediaman duka, bukti kebersamaan pasangan Habibie ini terlihat dengan perilaku mantan Presiden itu sejak istrinya sakit. Habibie tak pernah lepas dari sisi istrinya, sejak Ainun masuk ke rumah sakit 24 Maret lalu.
"Pak Habibie tak pernah keluar dari atap rumah sakit," cerita Ahmad di rumah duka, Jalan Patra Kuningan XII, Kawasan Kuningan, Jakarta, Minggu (23/5/2010).
Sementara mengenai pemakaman Ainun di TMP Kalibata, kata Ahmad, hal itu merupakan keputusan pemerintah. Dalam hubungan komunikasi dengan BJ Habibie, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan Ainun berhak mendapatkan kehormatan itu.
"Bukan hanya sebagai istri Presiden, tapi karena jasa beliau yang luar biasa," ungkapnya.(hri)

Jumat, 21 Mei 2010

Sri Mulyani : Air Mata Kecintaan

Economy - Fiskal & Moneter

Air Mata Warnai Pidato Terakhir Sri Mulyani
Kamis, 20 Mei 2010 - 18:15 wib
TEXT SIZE :
Andina Meryani - Okezone

Sri Mulyani. Foto: Koran SI
JAKARTA - Acara serah terima jabatan (sertijab) Menteri Keuangan antara Sri Mulyani Indrawati kepada Agus Martowardojo kembali diiringi dengan air mata yang keluar dari Sri Mulyani.

Awalnya, Sri Mulyani mengucapkan terimakasihnya untuk keluarganya, yakni suami dan anak-anaknya.

"Terakhir saya ingin menyampaikan keberhasilan saya tidak lepas dari peran suami, Tony Sumartono," ucap Sri Mulyani yang langsung berhenti berkata, dan meneteskan air mata, di Gedung Kemenkeu, di Jakarta, Kamis (20/5/2010).

Sesaat kemudian, dia melanjutkan kalimatnya yang sempat terputus. "Suami saya dan anak-anak saya adalah aset-aset yang tidak terkira dalam menjalankan semua tugas-tugas, saya ingin menyampaikan terima kasih ayah (panggilan Tony, suami Sri Mulyani)," lanjutnya sambil mulai menangis.

"Terima kasih yang sebesar-besarnya di Kemenkeu, para keluarga. Media adalah salah satu partner yang terbaik sebagai kontrol mengingatkan saya untuk berbuat yang makin baik. Terima kasih kepada media, saya benar-benar berharap Anda bisa memahami posisi saya. Saya berterima kasih semoga apa yang kita lakukan yang terbaik bagi bangsa negara kita semua," ungkap Sri Mulyani yangt di sambut dengan deru tangis hadirin para pejabat di lingkungan Kemenkeu yang datang karena terharu sambil bertepuk tangan.

Walau dalam keadaan yang demikian syahdu, Sri Mulyani juga masih sempat sedikit bercanda.

"Saya boleh menangis karena sudah bukan menkeu. Pak Agus, kalau jadi Menkeu tidak boleh nangis, nanti rupiah bergoncang. Kalau saya ini ekspresi kelegaan. Saya pamit," tambahnya.

Dia juga menegaskan jika komitmen dirinya kepada Indonesia tidak akan berkurang sedikit pun. Dia juga mengaku memiliki kepedulian yang sangat besar kepada Kementerian Keuangan.

"Saya mohon maaf, maaf saya kepada seluruh jajaran keuangan, banyak ketidaksempurnaan dalam hubungan secara pribadi dan institusional," tukas sang Srikandi.(wdi)

SBY: Ekonomi RI Selamat Berkat Sri Mulyani
Kamis, 20 Mei 2010 - 15:56 wib
TEXT SIZE :
Andina Meryani - Okezone

Menkeu Sri Mulyani. Foto: Koran SI
JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menitipkan sebuah pesan sederhana kepada Sri Mulyani Indrawati (SMI) yang bakal segera hengkang ke Washington DC untuk menjadi Managing Director World Bank.

"Selamat jalan di pengabdian baru. Perjuangkan kepentingan dunia terutama kepentingan negara berkembang, terutama Indonesia," kata SBY dalam sambutannya di sela pelantikan Menkeu-Wamenkeu di Istana Presiden, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, Kamis (20/5/2010).

Pada kesempatan itu, SBY juga menyinggung jasa-jasa mantan Menteri Keuangan yang mengabdi kepadanya sejak Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) I, serta hanya sebentar di KIB jilid II.

"Selamatnya perekonomian Indonesia dari krisis disumbangkan dari kerja keras saudari sebagai Menteri Keuangan negara," ucapnya lagi.

SBY juga mengucapkan terima kasih atas apa yang telah SMI lakukan selama dia menjadi Menkeu.

"Saya, atas nama negara dan pemerintah, ingin mengucapkan terima kasih kepada Sri Mulyani Indrawati, Menkeu yang telah menjalankan tugas sebagai Menkeu sejak Kabinet Indonesia Bersatu I, dan II sekarang ini," tukas dia.

Sebelumnya, sebelum menyampaikan sambutannya, SBY juga memberikan penghargaan dengan memberikan salam terlebih dahulu kepada SMI, baru kepada Mankeu baru Agus Martoawardojo dan Wamenkeu Anny Ratnawati. (wdi)
(ade)
Sri Mulyani: Saya Hanya Manusia Biasa
Kamis, 20 Mei 2010 - 15:34 wib
TEXT SIZE :
Andina Meryani - Okezone

Menkeu Sri Mulyani. Foto: Heru Haryono/Okezone.com
JAKARTA - Sri Mulyani mengucapkan salam terakhirnya ke anggota dewan yang terhormat alias DPR hari ini, karena ini merupakan hari terakhirnya menjadi Menteri Keuangan (Menkeu).

Sri juga memohon maaf kepada seluruh anggota DPR yang hadir dalam sidang paripurna yang membahas RKP 2011, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (20/5/2010).

"Terima kasih untuk semua bantuan baik langsung maupun tidak langsung. Saya pasti punya kesalahan dan kekeliruan karena saya hanya manusia biasa," ujar Sri Mulyani dengan santai.

Dia menambahkan, bila pada sidang dewan yang terhormat ini merupakan penghabisan bagi dirinya untuk berdiri di depan mimbar di hadapan para anggota DPR.

"Karena pada hari ini masa tugas saya akan berakhir, saya mohon diri untuk berpisah, saya senang bisa bekerja sama dengan dewan," tandasnya.

Selain itu, dia juga merasakan banyaknya suka dan duka yang dialami bersama ketika menjalankan tugas masing-masing, serta berusaha mencapai keputusan yang baik demi kepentingan rakyat yang diwakili para anggota DPR. Di mana sering terjadi adanya pandangan yang sama atau sesekali berbeda pendapat.

"Saya jalani dengan percaya dan berusaha keras untuk tidak melupakan, karena setiap orang ingin memperjuangan kepentingan rakyat Indonesia. Saya bersyukur bisa mendapat kesempatan kerja dengan dengan dewan yang terhormat untuk membentuk sejarah bangsa ini. Kita sama-sama bekerja sama untuk kemuliaan dan kesejahteraan bangsa Indonesia," pungkasnya.

Pada kesempatan yang sama, Sri Mulyani meminta kepada anggota dewan yang terhormat tersebut untuk iklas memaafkannya dan memperkenankan dirinya untuk pergi dengan perasaan lega, dengan harapan melalui jalan masing-masing yang sudah ditentukan Tuhan dan Allah SWT.
(ade)
Kata-Kata Perpisahan Sri Mulyani untuk DPR
Kamis, 20 Mei 2010 - 11:30 wib
TEXT SIZE :
Andina Meryani - Okezone

Menkeu Sri Mulyani. Foto: Koran SI
JAKARTA - Dalam rapat terakhirnya dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Sri Mulyani Indrawati (SMI) mengucapkan 'kata perpisahan' dengan anggota dewan yang terhormat tersebut.

"Pada sidang dewan yang terhormat ini, ini penghabisan bagi saya untuk berdiri di mimbar ini di hadapan saudara-saudara. Karena pada hari ini masa tugas saya akan berakhir. Saya mohon diri untuk berpisah," kata SMI dalam rapat paripurna DPR, di gedung DPR, Jakarta, Kamis (20/5/2010).

Sedikit mengenang, dia mengatakan jika telah banyak suka dan duka yang terlewati antara dirinya yang menjabat Menkeu dengan anggota DPR ini. Dia juga mengatakan, dalam rapat yang digelar dewan, seringkali dirinya dan anggota dewan berpendapat sama, terkadang beda, dan bahkan juga bertentangan.

"Bukan tidak pernah terjadi salah paham, semua itu saya terima dan jalani dengan tidak melupakan bahwa semua pihak berjuang demi masyarakat dan negara," jelasnya.

Sekaligus, pada kesempatan itu SMI juga mengungkapkan dirinya sangat bersyukur dapat mewakili pemerintah dalam merumuskan kebijakan di DPR ini.

"Saya bersyukur telah memperoleh kesempatan mewakili pemerintah (berkomunikasi) dengan DPR, saya bangga menjadi Menkeu membentuk sejarah bangsa ini. Dan saya berterimakasih atas segala bantuan secara langsung dan tidak langsung," tukas SMI.(wdi)
Kata-Kata Perpisahan Sri Mulyani untuk DPR
Kamis, 20 Mei 2010 - 11:30 wib
TEXT SIZE :
Andina Meryani - Okezone

Menkeu Sri Mulyani. Foto: Koran SI
JAKARTA - Dalam rapat terakhirnya dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Sri Mulyani Indrawati (SMI) mengucapkan 'kata perpisahan' dengan anggota dewan yang terhormat tersebut.

"Pada sidang dewan yang terhormat ini, ini penghabisan bagi saya untuk berdiri di mimbar ini di hadapan saudara-saudara. Karena pada hari ini masa tugas saya akan berakhir. Saya mohon diri untuk berpisah," kata SMI dalam rapat paripurna DPR, di gedung DPR, Jakarta, Kamis (20/5/2010).

Sedikit mengenang, dia mengatakan jika telah banyak suka dan duka yang terlewati antara dirinya yang menjabat Menkeu dengan anggota DPR ini. Dia juga mengatakan, dalam rapat yang digelar dewan, seringkali dirinya dan anggota dewan berpendapat sama, terkadang beda, dan bahkan juga bertentangan.

"Bukan tidak pernah terjadi salah paham, semua itu saya terima dan jalani dengan tidak melupakan bahwa semua pihak berjuang demi masyarakat dan negara," jelasnya.

Sekaligus, pada kesempatan itu SMI juga mengungkapkan dirinya sangat bersyukur dapat mewakili pemerintah dalam merumuskan kebijakan di DPR ini.

"Saya bersyukur telah memperoleh kesempatan mewakili pemerintah (berkomunikasi) dengan DPR, saya bangga menjadi Menkeu membentuk sejarah bangsa ini. Dan saya berterimakasih atas segala bantuan secara langsung dan tidak langsung," tukas SMI.(wdi)

Kamis, 20 Mei 2010

Sri Mulyani : Air Mata Itu Akhirnya Jatuh Saat Sertijab Menkeu

Liputan6.com, Jakarta: Sri Mulyani Indrawati menangis. Air mata mantan menteri keuangan ini akhirnya tak terbendung. Dalam acara serah terima jabatan menkeu, baru-baru ini, Sri Mulyani berulang kali terisak di saat menceritakan suka duka menjadi menkeu [baca: Sri Mulyani Serahkan Jabatan]
Di depan penggantinya, Agus DW Martowardojo dan sejumlah wartawan, Sri Mulyani menceritakan dukungan suami, keluarga dan sejumlah media yang setia mendampinginya. Dia merasa tekanan selama menjabat menteri keuangan tidaklah ringan. Terlebih ketika kebijakan bail out Bank Century dipersoalkan sejumlah pihak, termasuk DPR.
Tangisan menkeu terbaik Asia ini jelas tidak biasa, terlebih dilakukan di hadapan media. Selama ini, Sri Mulyani dikenal sebagai sosok yang kuat, percaya diri, dan penuh integritas. Namun, kali ini air mata Sri Mulyani benar-benar tumpah ketika dirinya kembali mengingat dukungan yang sudah diberikan sejumlah pihak, termasuk keluarga dan media.
Kepada penggantinya, Agus Martowardojo, Sri Mulyani berpesan untuk terus mempertahankan kemajuan ekonomi yang sudah dilakukan dalam lima tahun terakhir. Dia juga mengingatkan bahwa tidak mudah menjadi menkeu, mengingat tugas yang harus diemban cukup berat--termasuk menghadapi tekanan politik [baca: Sri Mulyani: Agus Martowardojo Bisa Lanjutkan Reformasi]
Agus Martowardojo mengaku tak gentar terhadap tekanan politik. Dirut Bank Mandiri ini juga berjanji akan melanjutkan reformasi birokrasi dan kebijakan yang sudah dikeluarkan Sri Mulyani.
Sementara itu, Sri Mulyani dalam pekan ini akan berangkat ke Washington DC, Amerika Serikat. Dia bakal menjalankan tugas baru sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia.(ULF)

Senin, 10 Mei 2010

Mencari Dirigen Lapangan Banteng

10 Mei 2010
Mencari Dirigen Lapangan Banteng
ISYARAT yang dilontarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu langsung memercikkan spekulasi di lingkungan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Setelah Presiden menyatakan Menteri Keuangan berikutnya harus memiliki pengetahuan mumpuni di bidang ekonomi makro dan aktif di forum G-20, nama Armida Alisjahbana mendadak ramai dibicarakan. "Dua kata kunci itu mengarah ke Ibu Armida," kata seorang pejabat Bappenas, Kamis pekan lalu.

Sinyal itu diberikan Presiden setelah kabar mundurnya Sri Mulyani Indrawati sebagai Menteri Keuangan mencuat ke publik, Rabu pekan lalu. Siang harinya, kabar itu dibenarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam sebuah konferensi pers di Istana Negara, Yudhoyono menegaskan bahwa calon pengganti Sri Mulyani adalah figur yang memahami kebijakan fiskal dan makroekonomi. Menteri baru, kata Presiden, juga harus melanjutkan reformasi perpajakan dan bea-cukai serta bisa mewakili peran Indonesia di forum G-20.

Armida memang kenyang pengalaman. Sebelum menjabat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, ia acap menjadi konsultan Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan Australian Agency for International Development. Dalam pertemuan tahunan ke-43 Dewan Gubernur Bank Pembangunan Asia di Tashkent, Uzbekistan, Selasa pekan lalu, ia juga mendorong Bank Pembangunan Asia berpartisipasi aktif dalam forum G-20, khususnya dalam "proyek" Global Financial Safety Net.

Sosok Armida, kata sumber Tempo yang dekat dengan lingkaran Presiden, pas dengan skenario yang akan diambil Yudhoyono. Menurut dia, setelah bertahun-tahun tensi hubungan antara Sri Mulyani dan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie memanas, Presiden tidak akan mengambil calon menteri yang dikenal dekat dengan lingkaran Sri Mulyani ataupun yang disodorkan Ical-panggilan Aburizal. "Akan dicari jalan tengah yang lebih adil," katanya. Presiden juga tengah mempertimbangkan kembali kemungkinan sosok perempuan sebagai pengganti Sri Mulyani.

Kepulangan Armida dari Tashkent-lebih cepat dari jadwal semula-memperkuat spekulasi itu. Armida, yang melakukan kunjungan kerja ke Uzbekistan, sejatinya baru pulang pekan ini. Tapi, pada Jumat siang pekan lalu, Armida tiba di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Cengkareng, kemudian menghadiri rapat di Kementerian Keuangan dengan Sri Mulyani. Ia mengelak ketika ditanya ihwal bursa Menteri Keuangan yang baru. "Wah, enggak tahu, saya belum dihubungi Presiden," kata doktor ekonomi lulusan University of Washington, Seattle, Amerika Serikat, ini.

Meski santer digadang-gadang, Armida bukan tanpa catatan. Untuk menjadi Menteri Keuangan, dibutuhkan sosok yang tangguh dengan determinasi tinggi. "Armida belum terbukti dalam hal ini," kata sumber di lingkungan Istana Wakil Presiden. Sedangkan Sri Mulyani sudah membuktikan diri saat menjadi Kepala Bappenas. "Ketika itu, ia langsung menangani Aceh yang habis dilumat tsunami dan ikut merasakan gempuran setelah pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak lima tahun lalu," katanya.

Calon perempuan lain yang santer dibicarakan adalah Anny Ratnawati. Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan ini sebelumnya menjabat Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan. "Ia orang titipan Presiden yang ditempatkan di Kementerian Keuangan," kata sumber lain. Anny pula yang menguji disertasi doktoral Susilo Bambang Yudhoyono dalam sidang senat di Institut Pertanian Bogor enam tahun lalu. Menurut Andi Rahmat, anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Keadilan Sejahtera, meski tidak dikenal publik, Anny cukup dikenal di kalangan pelaku ekonomi dan politikus.

Dirjen Anny juga salah satu peneliti di Brighten Institute, lembaga pemikiran yang mendukung Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden pada Pemilihan Umum 2004. Di lembaga ini, Yudhoyono masih tercatat sebagai ketua dewan penasihat. Itu sebabnya, kata sumber di Kementerian Keuangan, meski tak tampak banyak berpolitik, doktor ekonomi pertanian Institut Pertanian Bogor ini dekat dengan lingkungan Istana. Kata sumber di Kementerian Keuangan, Anny juga sohib Kristiani Herawati, istri Yudhoyono.

Yang jelas, sikap Anny berubah sejak namanya masuk bursa calon Menteri Keuangan. Ia biasanya sulit dimintai keterangan oleh juru warta, tapi Kamis pekan lalu mau meladeni wawancara, dari urusan rencana kenaikan gaji hingga reformasi birokrasi di sebelas kementerian dan lembaga. "Reformasi jalan dulu, kemudian diikuti remunerasi," katanya seusai acara pelantikan eselon II Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Saat disinggung soal bursa calon Menteri Keuangan, dia mengeluarkan jurus lama. "Saya enggak berkomentar soal itu," katanya sambil buru-buru menuju mobil dinasnya.

Anny bukan satu-satunya calon dari lingkungan Kementerian Keuangan yang banyak dibicarakan. Setelah tempo hari gagal menjadi Wakil Menteri Keuangan, nama Anggito Abimanyu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal, kembali disebut-sebut. "Ia dari dulu tangan kanan Sri Mulyani dalam penyusunan fiskal," kata Andi Rahmat. Menurut politikus ini, reputasi Anggito sudah dikenal publik. Kapasitas intelektualnya juga tidak kalah dengan Sri Mulyani.

Bedanya, pendekatan Anggito lebih lentur dan halus. Posisi Anggito selama ini, menurut Andi, menutupi kelemahan Sri Mulyani dalam menjalin komunikasi dengan politikus di parlemen. Sumber Tempo mengatakan ketegasan Sri Mulyani menolak menyediakan "pos gizi" buat mitranya di parlemen menyebabkan ia kurang disenangi para politikus Senayan.

Anggito bukan tanpa cela. Dalam kasus suap anggaran dana stimulus awal tahun lalu, Abdul Hadi Djamal-terpidana kasus suap proyek di Departemen Perhubungan-menyebut nama Anggito sebagai perwakilan pemerintah yang melakukan lobi kepada anggota Dewan soal kewenangan perubahan atau pengajuan anggaran dana stimulus. "Saya yang pertama kali dilobi," ujar bekas anggota Dewan dari Fraksi Partai Amanat Nasional itu. Pertemuan berlangsung di Hotel Borobudur pada akhir Januari 2009 dan di Hotel Four Seasons pertengahan Februari 2009. Anggito mengakui adanya pertemuan informal dengan Dewan. Namun ia juga mengaku lupa agenda pertemuan yang berlangsung di luar gedung Dewan itu.

Kebiasaan Anggito "main belakang" dengan anggota Dewan itulah yang membuat hubungannya dengan Sri Mulyani renggang. "Ia terlalu dekat dengan Dewan," kata sumber itu. Sri Mulyani bukannya tidak tahu apa yang dilakukan Anggito. Ia beberapa kali memanggil Anggito. "Tapi kekuatan Anggito, yang merapat ke (Menteri Koordinator Perekonomian) Hatta Rajasa, juga diperhitungkan," kata sumber tadi. Yang pasti, kata sumber di lingkaran Presiden, insiden Anggito dengan Abdul Hadi Djamal menjadi bahan pertimbangan Presiden Yudhoyono mencari Menteri Keuangan baru.

Anggito belum mau berkomentar soal masuknya nama dia dalam bursa Menteri Keuangan baru. "Saya tidak tahu apa-apa," katanya ketika dihubungi Rabu pekan lalu. Ia juga belum memastikan kesediaannya seandainya Presiden menunjuknya menggantikan Sri Mulyani. "Saya masih umrah. Soal itu nanti saja kalau sudah pulang."

Dari semua kandidat yang bermunculan, cuma Darmin Nasution yang sudah menyatakan bersedia. Penjabat Gubernur Bank Indonesia itu mengaku tidak bisa menghindar bila nanti ditunjuk menggantikan Sri Mulyani. "Kalau saya anggap itu sebagai amanah, ya, saya tidak bisa menghindar," katanya Kamis pekan lalu. Darmin termasuk yang paling senior di lingkungan Kementerian Keuangan. Ia pernah menjadi Direktur Jenderal Lembaga Keuangan, Kepala Badan Pengawas Pasar Modal, dan Direktur Jenderal Pajak.

Jauh sebelum nama-nama itu muncul, kabarnya, Presiden sudah mengajukan wacana untuk menunjuk Gita Wirjawan sebagai pengganti Sri Mulyani. Menurut sumber Tempo, nama Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal itu dimunculkan dalam pertemuan di Istana Tampak Siring, Bali, akhir April lalu. Pertimbangannya, bekas Presiden JP Morgan Indonesia itu dinilai sosok yang biasa menghadapi gejolak risiko di pasar. "Saya cuma sekadar mendengar (kabar itu)," kata M. Ikhsan, anggota staf khusus Wakil Presiden Boediono.

Yang jelas, sehari setelah pengumuman Sri Mulyani pindah ke Bank Dunia, Presiden menggelar pertemuan di Puri Cikeas, Bogor. Di rumah pribadinya itu, ia mengumpulkan menteri serta ketua umum partai dan ketua fraksi pendukung pemerintah. Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie mengaku tidak mengantongi nama yang akan disodorkan ke Presiden. "Kami sepakat Menteri Keuangan dari kalangan profesional," kata seorang sumber yang hadir pada Kamis malam itu.

Yandhrie Arvian, Agoeng Wijaya, Isma Savitri

Siapa Senang Kerikil Menyingkir

10 Mei 2010
Siapa Senang Kerikil Menyingkir
MAKAN malam prasmanan membuka pertemuan menteri, ketua umum partai, dan ketua fraksi pendukung pemerintah di rumah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Puri Cikeas, Bogor, Kamis malam pekan lalu. Sahibul bait menyilakan tetamu yang sudah datang sejak pukul tujuh. Setelah sejam berbincang ringan, Yudhoyono bicara. Ia menyatakan pertemuan digelar buat membangun kembali kekompakan.

Hanya setengah jam bicara, Yudhoyono memberi kesempatan semua ketua umum dan ketua fraksi Dewan Perwakilan Rakyat anggota koalisi bicara. Menteri-menteri dari partai koalisi tak diberi kesempatan bicara, tapi seorang menteri tunjuk jari. Yudhoyono mengizinkan dia bicara.

Presiden Partai Keadilan Sejahtera Luthfi Hasan Ishaaq mengatakan, Yudhoyono mengumumkan pengurus koalisi yang dilembagakan. Ketua umum dipegang Yudhoyono sendiri. Ia didampingi Ketua Pelaksana Harian Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie. Sedangkan Syarif Hasan, Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dari Partai Demokrat, menduduki posisi sekretaris. Inisiatif pembentukan sepenuhnya diambil Yudhoyono. "Kami terima, given," kata Luthfi.

Memang tak ada rapat koalisi yang mendahului lahirnya keputusan itu. Ketua Fraksi Partai Demokrat Anas Urbaningrum menyatakan, Aburizal mendapat posisi ketua umum koalisi karena memimpin partai terbesar kedua dalam koalisi setelah Partai Demokrat. "Bang Ical-panggilan Aburizal-juga sudah lama bekerja sama dengan Pak SBY," kata Anas.

Koalisi pendukung Yudhoyono terdiri atas Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Kebangkitan Bangsa. Meski begitu, mereka berpisah jalan ketika Dewan Perwakilan Rakyat mengambil keputusan atas hasil penyelidikan tentang penyelamatan Bank Century. Pertemuan digelar sehari setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, yang dituduh Dewan bertanggung jawab atas penempatan dana Rp 6,7 triliun di Bank Century, menyatakan mundur.

Setelah ditunjuk menjadi ketua harian, Aburizal fasih bicara tentang "harmoni koalisi". Ketika membuka rapat kerja Partai Golkar Jawa Tengah di Hotel Patra Jasa Semarang, Jumat pekan lalu, ia mengatakan pertemuan di Cikeas untuk merenda beberapa kesepakatan. Dalam konsep baru, menurut Aburizal, partai koalisi ikut menentukan kebijakan pemerintah. "Anggota koalisi terlibat sejak perencanaan," kata pemilik kelompok usaha Bakrie ini.

Yudhoyono, Aburizal menambahkan, menyatakan forum bersama koalisi tidak untuk menyeragamkan pendapat. Hanya masalah-masalah krusial yang butuh pendapat sama. Contohnya, partai koalisi harus satu suara dalam pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan. "Semua partai harus mendukung perubahan ini tepat waktu," tuturnya.

Pembahasan anggaran ini terganggu sikap sejumlah politikus yang memboikot kehadiran Sri Mulyani. Kini, menurut Aburizal, partai tak harus satu warna dalam pembahasan anggaran. Artinya, partai masih punya celah untuk selalu bermanuver, bergerak untuk mencari simpati demi Pemilihan Umum 2014. Namun Aburizal menjamin partainya tetap membela pemerintahan Yudhoyono-Boediono hingga akhir masa jabatan.

Untuk mengukuhkan komunikasi sesama anggota koalisi bakal dibentuk sekretariat gabungan. "Kami akan mencari tempat di daerah Jalan Diponegoro atau di sekitar sana," kata sumber Tempo. Sebelumnya, fungsi dirigen koalisi dipegang oleh Menteri-Sekretaris Negara Hatta Rajasa. Pertemuan koalisi partai pemerintah kerap berlangsung di rumah Ketua Umum Partai Amanat Nasional itu. Partai Demokrat mulai mengambil alih setelah bergulir kasus Bank Century di Dewan Perwakilan Rakyat. Rumah dinas Syarif Hasan pun dijadikan tempat pertemuan.

Sumber di kalangan Istana mengatakan, Yudhoyono memang merasa Sri Mulyani dan Boediono menjadi pengganjal hubungannya dengan partai koalisi, terutama Aburizal Bakrie. Dengan "melempar" Sri Mulyani ke Bank Dunia, hubungan dengan Aburizal Bakrie pun bisa diperbaiki. Sri Mulyani enggan menanggapi ihwal ini. Sedangkan Ical mengatakan, "Saya tidak pernah berseteru dengan Ibu Sri Mulyani."


l l l
KONSOLIDASI pendukung Yudhoyono tak mengurangi kerasnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Gayus Lumbuun, anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari partai itu, mengatakan kepergian Sri Mulyani ke Bank Dunia tidak cukup dengan persetujuan Presiden. Komisi Pemberantasan Korupsi, kata dia, perlu memberikan persetujuan karena Sri Mulyani sedang diproses secara hukum di lembaga antikorupsi itu. "Penegak hukum punya hak memberikan izin atau menolak," kata Gayus.

Suara keras PDI Perjuangan itu, kata sumber Tempo, merupakan bagian dari manuver untuk menjadikan Sri Mulyani bahan negosiasi. Apalagi sejumlah kader partai itu terbelit skandal korupsi yang kini ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi.

Sumber itu mengatakan, sejak kasus Bank Century dipersoalkan Dewan Perwakilan Rakyat, sejumlah petinggi partai itu berusaha menembus Istana. Mereka bersedia melunakkan sikap, dengan syarat kasus korupsi sejumlah kader partai itu dibekukan.

Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristianto membantah tuduhan itu. "Kami tak punya track record membarter kasus hukum untuk urusan politik," katanya. Justru, kata dia, banyak kader partainya yang secara politik dikerjain dengan dicari-cari kasus hukumnya.

Haris Rusly, koordinator Petisi 28, kelompok yang kritis terhadap pemerintah, mengibaratkan Presiden Yudhoyono kehilangan tangan yang biasa menangkis serangan lawan-lawan politiknya. Tyasno Sudarto, mantan Kepala Staf Angkatan Darat, yang berada dalam barisan oposisi pemerintah, mengatakan Sri Mulyani diselamatkan "induk semangnya".

Namun politikus anggota koalisi segera melunak. Harry Azhar Azis, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar, misalnya, menganggap mundurnya Sri Mulyani sebagai satu hal tak terduga yang bisa mencairkan kebekuan hubungan pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat. Pemerintah ingin memperbaiki hubungan ini. "Ini titik kompromi yang baik," katanya.

Aktivis Panitia Khusus Bank Century, Andi Rahmat, pun menurunkan tensi bicaranya. Politikus Partai Keadilan Sejahtera ini menyatakan yakin, konsolidasi partai koalisi segera terbangun setelah Sri Mulyani mundur. Menurut dia, selama ini Sri Mulyani membuat koalisi tidak solid.

Sunudyantoro (Jakarta), Rofiuddin (Semarang)

Senyum di Sela Gundah

10 Mei 2010
Senyum di Sela Gundah
LEWAT sambungan telepon jarak jauh, pekan lalu, Dewinta Illinia memprotes ibunya. "Ini tidak fair!" kata Dewinta, yang kini belajar hukum perdagangan di The University of New South Wales, Australia. Ibunya mengabarkan dari Jakarta akan mengemban tugas baru yang mengharuskan pindah ke Washington, DC, Amerika Serikat.
Pada percakapan lintas negara itu, Dewinta, 20 tahun, mengingatkan janji ibunya sekitar empat tahun lalu. Ketika itu ibunya, yang menjabat Menteri Keuangan Republik Indonesia, mengizinkan Dewinta kuliah di luar negeri setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 8, Jakarta, dengan syarat paling jauh sampai Australia, agar mudah bertemu jika sedang kangen.
Sebagai pejabat negara, ibunya juga akan mudah meminta izin Presiden terbang selama tujuh jam ke Australia jika Dewinta sakit dan perlu ditengok. "Kok, sekarang malah Mama yang pindah jauh?" sang anak bertanya kepada ibunya, Sri Mulyani Indrawati. Mulai 1 Juni 2010, Sri akan menempati satu dari tiga kursi jabatan Direktur Pelaksana Bank Dunia hingga 2014. Selama itu pula dia akan meninggalkan Jakarta dan bermukim di ibu kota Amerika Serikat, markas Bank Dunia.
Dewinta adalah anak sulung pasangan Sri Mulyani-Tonny Sumartono. Dua adiknya adalah Adwin Haryo Indrawan, 17 tahun, baru saja lulus dari SMA Islam Al-Azhar 1, Kebayoran Baru, Jakarta; dan Luqman Indra Pambudi, 13 tahun, kini kelas II Sekolah Menengah Pertama Lab School Jakarta. Ketiga anaknya itulah yang menyebabkan hati Sri gundah akhir-akhir ini.
Adwin sebenarnya sudah diterima di Universitas Gadjah Mada lewat jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan. Jauh-jauh hari, Adwin sudah bilang kepada ibunya betapa hidupnya akan berubah, menjadi mandiri, tinggal di kos-kosan kota pelajar itu. "Lucu juga, keren katanya. Maklum, sweet seventeen," ujar Sri sambil tertawa.
Sri senang akan niat putranya. Tapi terus terang saja, ia lebih senang bila sang putra tak begitu jauh darinya. Karena itu, hatinya bersorak ketika nama putranya tercantum di antara mereka yang lulus seleksi masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2010, akhir pekan lalu. Dan hati Adwin bulat sudah, ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
Tapi, kini Sri pun bingung. Sekolah di mana pun Adwin, selama masih di Indonesia, tetap saja akan jauh dari Washington. "Itu akan jadi pilihan yang dilematis," katanya. "Tapi saya, sih, terserah keputusan mereka."
Sejak dulu Sri dikenal tak bisa jauh dari keluarga. Ia bahkan sering pulang sekadar melihat putra-putrinya, sebelum mengikuti jadwal di luar kantor, seperti mengikuti rapat di Gedung DPR. Cintanya terhadap keluarga sudah tertanam dari orang tuanya, Profesor Satmoko (almarhum) dan Profesor Dr Retno Sriningsih (almarhumah).
Sri anak ketujuh dari sepuluh bersaudara. Dari orang tua yang berlatar belakang akademis itu pula Sri belajar mendidik anak-anaknya dengan tegas. "Dia sangat berdisiplin, kerangkanya jelas," kata Wimar Witoelar. "Dia sangat tidak suka pada orang yang tak mau berupaya menjadi pintar."
Sofyan Djalil, kolega Sri di Kabinet Indonesia Bersatu I, menceritakan betapa suatu hari Sri mengakui kesulitannya ketika hendak menyekolahkan anaknya ke luar negeri. Kepada anaknya itu-yang tak lain adalah Dewinta-Sri menitipkan tabungannya selama menjabat Executive Director International Monetary Fund pada 2002-2004.
"Kamu harus hidup dengan ini. Mama enggak punya uang sekarang, beda dengan dulu," kata Sofyan menirukan cerita Sri. Menurut Sofyan, gaji menteri tak lebih dari Rp 19 juta. Pendek kata, kata Sofyan, Sri tak mau anaknya berfoya-foya di negeri orang, dan sebisa mungkin cepat pulang ke Indonesia.
Mungkin akibat didikan disiplin itu pula, putra bungsunya, Luqman, mulai mengerti arti tanggung jawab. Ketika ibunya mengabarkan rencana pindah ke Amerika Serikat, pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah SMP Lab School Jakarta itu mengajukan persyaratan. "Boleh pindah, asal menunggu masa kepengurusan OSIS saya berakhir," kata Luqman. Yakin anaknya tak bermaksud menyindir, Sri hanya tersenyum.
Agoeng Wijaya

Sri Mulyani Indrawati: Saya Percaya Garis Tangan

10 Mei 2010
Sri Mulyani Indrawati:
Saya Percaya Garis Tangan
MENJALANI hari-hari terakhir sebagai Menteri Keuangan, kesibukan Sri Mulyani Indrawati, 48 tahun, tidak kian surut. Rabu pekan lalu, setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memastikannya meninggalkan kabinet dan menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia, ia menggelar rapat internal dengan jajaran Kementerian Keuangan. Keesokan harinya, ia melantik pejabat eselon II, menerima tamu, dan meladeni wartawan yang tak pernah berhenti menyemut di kantornya. Tak seperti ketika menjadi bulan-bulanan Dewan Perwakilan Rakyat dalam kasus Bank Century, kini ia tak pernah kehilangan senyum. "Saya happy," katanya perihal keputusannya meninggalkan kabinet.
Rabu malam pekan lalu, wanita paling berpengaruh ke-23 versi majalah Forbes tahun 2008 ini menerima tim wartawan Tempo di kantornya di lantai tiga gedung Kementerian Keuangan, Jakarta. Mengenakan pantalon hitam dan blazer broken white, ia tampak segar. Di luar pintu, teronggok sebuah karangan bunga ucapan selamat dari seorang kolega.
Direktur Jenderal Pajak M. Tjiptardjo dan Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Mulia P. Nasution ikut hadir dalam pertemuan itu. Sejumlah anggota staf berkerumun mendengarkan wawancara yang berlangsung lebih dari tiga jam itu. Sayang, dalam banyak kesempatan, Sri Mulyani hanya mau memberikan keterangan off the record.
Kapan persisnya Anda diminta Bank Dunia untuk bergabung?
Ya seperti yang sudah disampaikan Bapak Presiden saja.
Apa betul sejak tahun lalu?
Itu cerita versi siapa? Ya, cerita sendiri saja, tapi bukan dari saya (tertawa).
Beberapa bulan lalu, Presiden Bank Dunia berbicara kepada pengusaha Jusuf Wanandi. Katanya, Indonesia telah memperlakukan menteri keuangannya dengan sangat buruk dan, karena itu, Bank Dunia akan merekrutnya?
Kalau begitu, kutip saja dari Pak Jusuf Wanandi, he-he-he.... Saya malah enggak tahu.
Anda merasa ada kelompok yang mendorong Anda mundur sebagai Menteri Keuangan?
Saya fokuskan kerja di sini saja. Soal analisis pernyataan tokoh-tokoh itu, biar Tempo saja yang mengerjakan.
Anda dipanggil DPR dalam kasus Century. Mereka memboikot rapat dengan Anda. Anda terganggu dengan DPR?
Saya menghormati lembaga yang diisi oleh wakil rakyat yang dipilih melalui proses pemilihan umum. Kalau DPR menggunakan hak politiknya untuk meng-exercise eksekutif, saya hormati saja. I'm not taking that personally. Saya menghormati power mereka sebagai legislatif. Hanya, kenapa persoalan Century harus dipersonalisasi kepada saya? Itu yang perlu kita kritisi.
Bagaimana dengan boikot DPR?
Saya datang ke DPR berbekal amanat Presiden. Mereka mengundang saya dengan surat yang ditandatangani Ketua DPR dan memakai kop surat DPR. Undangan juga diproses dalam Badan Musyawarah DPR yang dihadiri wakil semua fraksi. Lha, kok tiba-tiba ada yang menyatakan tidak suka kepada saya dan meminta saya tidak hadir. Lo, ini berarti ada persoalan dalam proses internal mereka sendiri.
Anda kecewa?
Bukan masalah kecewa, tapi kita semua bertanggung jawab untuk membuat demokrasi ini menjadi lebih bermutu dan dewasa. Keprihatinan saya adalah kita kerap menggunakan standar ganda dalam berpolitik. Kalau enak, dipakai; kalau tidak, tidak dipakai. Ini membuat Indonesia tidak pernah dihormati di dunia international. Ketidakkonsistenan ini menurunkan reputasi kita.
Lima tahun menjadi Menteri Keuangan dan menjalankan program reformasi birokrasi, apa yang telah Anda capai?
Lima tahun ini tiga undang-undang perpajakan diubah: Ketentuan Umum Perpajakan, Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai, serta Pajak dan Retribusi Daerah. Menteri Keuangan yang baru harus menjalankan semua ini secara konsisten.
Reformasi birokrasi belum selesai, Anda malah pergi....
Tolong jangan diredusir masalah ini hanya pada satu orang. Ini persoalan sistem. Kita tidak bisa mengandalkan hanya, misalnya, Direktur Jenderal Pajak yang bagus, bersih, lalu dengan tongkat ajaibnya semua persoalan di republik ini selesai. Kami membutuhkan kepolisian yang baik, kejaksaan yang baik, pengadilan yang baik. Sehingga, kalau ada wajib pajak atau anak buah saya yang jahat, bisa dihukum dengan konsisten.
Setelah Anda pergi, Anda yakin reformasi birokrasi akan berlanjut?
Pasti berlanjut karena di sini ada teman-teman yang sudah lima tahun bekerja sama dengan saya. Sebuah program besar yang hanya berdasar pada one man show tak akan bertahan lama. Indonesia selama ini suka dengan yang seperti itu. Di Kementerian Keuangan, reformasi didesain tidak bergantung pada satu orang. Reformasi ini milik kita semua. Ini bukan cuma program saya. Saya bisa diganti kapan saja, tapi reformasi ini kebutuhan inheren organisasi. Reformasi dilakukan bukan karena instruksi Sri Mulyani.
Tapi faktor leadership tetap penting?
Saya tidak membantahnya.
Anda tidak khawatir reformasi di Kementerian Keuangan akan berhenti?
Enggak. Kami satu tim. Jika ada satu anggota yang hilang, tentu akan terasa, tapi itu bukan berarti seluruh tim akan hancur.
Pergantian menteri biasanya diikuti pergantian pejabat di bawahnya. Ini bisa mengganggu program reformasi....
Saya rasa Presiden dan Wakil Presiden juga berpikir untuk menjaga achievement yang sudah dicapai. Kalau yang kami lakukan dianggap sebagai aset, pencapaian yang membuat Indonesia bernilai plus, mereka tidak akan membiarkan sesuatu terjadi dengan apa yang sudah dicapai itu.
Reformasi Anda jalankan termasuk dengan memperbaiki sistem remunerasi pegawai Kementerian Keuangan. Tapi orang seperti Gayus tetap ada?
Memangnya kalau sekarang gaji Gayus saya kembalikan ke posisi semula-sekitar Rp 2,5 juta sebulan-dia akan menjadi lebih baik? Kalau mereka digaji segitu, kami tidak punya otoritas moral untuk meminta mereka menjadi jujur. Dengan sistem remunerasi yang baru, saya bisa marah kepada mereka. Mereka bisa kita tagih. Jadi jangan dibalik: karena kasus Gayus, seluruh sistem yang dihukum.
Di luar Gayus, apakah pegawai Kementerian Keuangan sekarang lebih jujur?
Sekarang idealisme itu muncul. Mereka lebih bersemangat. Ada yang berubah karena tobat. Ada juga yang sudah kenyang karena korupsi di masa lalu. Ada yang kepingin baik karena Indonesia harus menjadi baik. Apa pun alasannya, anak buah saya yang seperti itu sekarang banyak.
Kalau ada pilihan meneruskan reformasi birokrasi atau pindah ke Bank Dunia, mana yang akan Anda pilih?
Setiap pekerjaan punya tantangan dan nilai tersendiri. Yang bisa saya katakan adalah dalam satu generasi belum tentu ada orang Indonesia di posisi itu (Direktur Pelaksana Bank Dunia). Jadi saya anggap itu tawaran yang prestisius. Pekerjaannya juga penting. Ini (keberadaan saya di Bank Dunia) akan membuat pilar ekonomi dunia tak didominasi lagi oleh satu kelompok. Ini kesempatan yang boleh dibilang luar biasa. Saya percaya pada garis tangan.
Jika Presiden tak mengizinkan Anda pergi, Anda akan tetap memaksa?
Kita ngurus negara kan enggak seperti anak kecil yang mudah ngambek. Ketika saya menjadi menteri, saya membantu Presiden. Saya hormat kepada beliau.
Ada bahagia dengan pilihan Anda meninggalkan kabinet?
Ya, happy, ha-ha-ha....

BUBUR TERAKHIR UNTUK BU MENTERI KEUANGAN RI, SRI MULYANI

10 Mei 2010
BUBUR TERAKHIR UNTUK BU MENTERI
SUASANA sarapan pagi Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama tujuh pejabat eselon satu Kementerian Keuangan di Balai Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Jalan Purnawarman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu pagi pekan lalu, mendadak kikuk. Teh dan kopi baru diseruput. Roti, nasi goreng, dan bubur belum sempat dinikmati. Tiba-tiba Sri Mulyani menyampaikan maklumat penting: menerima tawaran menjadi direktur pelaksana di Bank Dunia. Konsekuensinya, ia akan mengundurkan diri sebagai Menteri Keuangan.
Direktur jenderal, inspektur jenderal, dan kepala badan yang hadir terkejut. Mereka tak menyangka Sri Mulyani akan mundur dari Lapangan Banteng, kantor Kementerian Keuangan. Sekretaris Jenderal Mulia Nasution yang mengatur acara pukul 7 pagi tersebut tak berselera lagi melanjutkan sarapan. Setali tiga uang dengan Inspektur Jenderal Hekinus Manao. "Kami kaget bercampur haru," kata Hekinus di Jakarta pekan lalu.
Kepastian bekas Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional itu pindah ke Bank Dunia semakin terang-benderang setelah ada rilis Presiden Bank Dunia Robert B. Zoellick, dua jam setelah Sri Mulyani "membocorkan" informasi kepada stafnya. Zoellick menyebutkan Bank Dunia telah menunjuk Sri Mulyani sebagai direktur pelaksana kawasan Amerika Latin, Karibia, Asia Timur dan Pasifik, Timur Tengah, serta Afrika Utara. Mulai 1 Juni nanti, Sri Mulyani akan menggantikan Juan Jose Daboub. Sri Mulyani, kata dia, bisa berperan penting membawa perubahan di Bank Dunia yang sedang melakukan reformasi dan menghadapi tantangan di masa depan.
l l l
FORUM Kerja Sama Ekonomi Negara-negara Asia-Pasifik (APEC) di Singapura, 15 November tahun lalu. Zoellick mendekati Jusuf Wanandi, salah satu pendiri Centre for Strategic and International Studies, saat hendak makan siang. Mereka memang sobat kental. Zoellick heran lantaran sebagian orang di Indonesia memperlakukan Sri Mulyani begitu buruk. "Apa Bank Dunia perlu mengambil Sri Mulyani," kata Sofjan Wanandi, menirukan ucapan Zoellick kepada Jusuf, kakaknya.
Saat forum APEC itu digelar, suasana politik di Jakarta sedang memanas. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Golkar, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), dan Partai Persatuan Pembangunan sedang memproses hak angket Century.
Para inisiator hak angket Century telah meminta Badan Pemeriksa Keuangan melakukan audit investigatif atas penyelamatan Century. Kesimpulan sementara BPK akhirnya keluar. Salah satunya, proses keputusan Komite Stabilitas Sistem Keuangan-diketuai oleh Sri Mulyani-menyelamatkan Century dinilai melanggar aturan. Unjuk rasa menghujat penyelamatan bank kelas teri itu pun mulai marak.
Jusuf menganggap Zoellick hanya bercanda. "Itu cerita Jusuf ke saya," ujar Sofjan. Sayangnya, kepada Tempo, Jusuf enggan mengomentari cerita ini. "Itu sangat pribadi. Tak boleh diutarakan."
Lima bulan kemudian, gurauan Zoellick ternyata menjadi kenyataan. Bank Dunia "membajak" Sri Mulyani ke Negeri Abang Sam. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merestui kepindahan Sri Mulyani ke Bank Dunia. Ini berarti menyetujui pengunduran diri Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan. Yudhoyono menjelaskan pada 30 April lalu telah menerima surat dari Zoellick tertanggal 25 April yang terang-terangan berniat menunjuk Sri Mulyani sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. "Saya menyetujui, posisinya sangat strategis bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia," katanya dalam konperensi pers Rabu pekan lalu.
Sumber Tempo di kabinet membisikkan, sebenarnya Presiden kaget karena sesuai dengan kesepakatan, Bank Dunia akan mengumumkan dua minggu setelah surat diterima. Berarti baru pekan ini (10 Mei) status Sri Mulyani diumumkan. "Nyatanya lembaga donor ini malah mengumumkan pada 4 Mei malam atau 5 Mei pagi waktu Jakarta," ungkapnya. Dimintai konfirmasi masalah ini, juru bicara kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, mengatakan tidak mengetahui isi surat Bank Dunia. Tapi, kata dia, "Mungkin mereka punya mekanisme tersendiri." Juru bicara Bank Dunia di Jakarta, Randy Salim, juga mengatakan tak tahu soal batas waktu dua minggu tersebut. "Saya baru dengar."
Menurut Randy, Februari lalu, Bank Dunia membentuk panel khusus beranggotakan sembilan pejabat senior. Panel ini bekerja sama dengan lembaga internasional yang khusus mencari para eksekutif. Mereka mensurvei dan mengumpulkan kandidat dari seluruh kawasan untuk menjadi pemimpin Bank Dunia. "Sri Mulyani masuk urutan teratas," ujarnya.
Lantas Zoellick menawarkan posisi direktur pelaksana kepada Sri Mulyani saat keduanya bertemu di forum spring meeting tahunan Bank Dunia di Washington, pada 24 April lalu. Gayung bersambut. Mantan Direktur Eksekutif Dana Moneter Internasional (IMF) itu bersedia. Tapi dia meminta Zoellick berbicara langsung kepada Yudhoyono. Pria Jerman ini pun menyurati Yudhoyono pada 25 April. "Lalu mereka bertelepon-teleponan, di situ Zoellick meminta izin Yudhoyono menarik Sri Mulyani."
Sri Mulyani enggan berkomentar soal mundurnya dari kabinet. Dia juga tak bersedia membeberkan soal kapan sesungguhnya Bank Dunia meminangnya pertama kali. "Silakan kutip dari narasumber Tempo saja," ujarnya di Jakarta pekan lalu. Tapi Ani-begitu ia kerap disapa-mengakui telah bertemu dengan Zoellick di Washington. "Itu betul."
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Taufiq Kiemas senang dengan keberhasilan Sri Mulyani. Mantan Menteri Koordinator Perekonomian ini, kata dia, akan membuat Indonesia semakin terkenal lantaran Bank Dunia lembaga prestisius. "Saya ikut bangga."
l l l
Sejatinya, rencana mundur sebagai Menteri Keuangan merupakan yang kedua kalinya dilakukan Sri Mulyani. Dua tahun lalu, saat di Kabinet Indonesia Bersatu I, doktor ekonomi dari University of Illinois, Amerika Serikat, ini pernah mengancam mundur. Gara-garanya, Sri berbeda pendapat dengan anggota kabinet lainnya atas status perdagangan saham Bumi Resources milik Grup Bakrie.
Sri Mulyani kecewa ada intervensi pemerintah kepada Bursa Efek Indonesia yang sedianya akan memperdagangkan kembali saham Bumi. Kolega Sri di kabinet meminta otoritas bursa tetap menghentikan perdagangan saham perusahaan pertambangan itu. Alasannya, Grup Bakrie yang sedang terikat perjanjian dengan kreditor akan merugi besar jika saham kembali diperdagangkan. Namun Presiden Yudhoyono menolak keinginan Sri Mulyani. Mundur pun batal.
Kebijakan Menteri Keuangan terbaik Asia versi majalah Euromoney dan Emerging Market ini sering bertolak belakang dengan keinginan Partai Golkar. Misalnya, penolakan Sri membantu masalah saham Bumi Resources; masalah dana talangan semburan lumpur di ladang gas milik PT Lapindo Inc., perusahaan milik keluarga Aburizal Bakrie; dan kasus pajak perusahaan Grup Bakrie. Sri Mulyani pernah membeberkan perseteruannya dengan Aburizal di Asian Wall Street Journal akhir tahun lalu.
Hubungan dengan PDIP juga panas-dingin. Menurut pejabat ini, Partai Banteng Moncong Putih kurang sreg lantaran Sri Mulyani menyudutkan mantan Direktur Jenderal Pajak Hadi Purnomo, yang kini Ketua Badan Pemeriksa Keuangan. Tak terkecuali dengan Partai Keadilan Sejahtera. Sri Mulyani juga pernah bergesekan lantaran menolak keinginan partai ini agar Bea dan Cukai membangun tempat penyimpanan sementara barang impor di Marunda, Jakarta Utara. Menurut politikus Golkar, Harry Azhar Azis, "Komunikasi politik Sri Mulyani kurang baik."
Perseteruan Sri Mulyani dengan anggota Dewan semakin terbuka saat proses hak angket Century. Para inisiator hak angket Century pernah meminta Presiden Yudhoyono menonaktifkan Sri Mulyani, juga Wakil Presiden Boediono, pada November tahun lalu. Tapi Presiden yang ketika itu sedang menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim di Kopenhagen, Denmark, mengabaikan desakan ini.
Ambisi sejumlah anggota Dewan menggedor Sri Mulyani semakin tinggi ketika Sidang Paripurna DPR awal Maret lalu memutuskan penyelamatan Century melanggar aturan dan diduga terindikasi korupsi. Sri Mulyani dan juga mantan Gubernur Bank Indonesia Boediono dianggap bersalah. Lagi-lagi mereka meminta Presiden Yudhoyono memberhentikan sementara Menteri Keuangan. Presiden bergeming dan tetap menolak rekomendasi tersebut.
Serangan terhadap Sri Mulyani semakin menjadi-jadi. Politikus PDIP, Partai Hanura, dan beberapa anggota Partai Golkar memboikot Sri Mulyani saat pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2010. Pembahasan bujet negara memang sudah disetujui, tapi sempat tersendat-sendat lantaran aksi walkout sejumlah anggota Dewan.
Cobaan datang lagi. Bekas Kepala Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia Komisaris Jenderal Susno Duadji membongkar mafia pajak Gayus Tambunan dan Bahasyim Syafii, dua pegawai yang berasal dari kantor Kementerian Keuangan, yang melibatkan aparat pajak serta pejabat tinggi kepolisian dan kejaksaan. Kasus mafia pajak Gayus dan Bahasyim memukul Sri Mulyani, yang dinilai gagal membersihkan kantor pajak. "Peristiwa ini secara tak langsung mencoreng Bu Menteri," kata seorang anggota staf khusus Presiden.
Sri semakin terpojok oleh kasus penggelapan pajak Paulus Tumewu. Anggota Dewan menuding Sri bermain dalam kasus pajak pribadi Komisaris PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. ini. Menteri Keuangan memang mengusulkan kepada Kejaksaan Agung agar kasus Paulus tak dibawa ke pengadilan dengan alasan sudah membayar ganti rugi empat kali lipat sesuai dengan ketentuan.
Kepada Tempo, Sri Mulyani mengatakan menghargai langkah politik para anggota Dewan. Tapi dia juga tetap menyesalkan perilaku anggota parlemen yang sudah menyentuh urusan personal. "Saya prihatin," ujarnya (lihat "Saya Percaya Garis Tangan").
Di tengah tekanan hebat politikus dan sebagian mitra koalisi pemerintahan Yudhoyono, Sri Mulyani akhirnya memilih mundur sebagai Menteri Keuangan. Presiden pun rela melepasnya ke Bank Dunia hanya dalam tempo enam hari setelah membaca surat resmi Zoellick.
Menurut sumber Tempo, tanda-tanda Presiden akan melepas Sri Mulyani sudah terlihat saat pemerintah menggelar rapat kerja di Tampaksiring, Bali, pertengahan April lalu. Presiden tampaknya tak bisa lagi menahan gempuran politikus dan mitra koalisi kepada Sri Mulyani. "Tak ada jaminan setelah kasus Century, Gayus, dan Paulus selesai, tak ada lagi serangan ke Sri Mulyani," ujarnya. Walhasil, Sri Mulyani pun dilepas.
Upaya mencari jalan keluar buat Sri Mulyani juga dilakukan Yudhoyono dengan Ketua Partai Golkar Aburizal "Ical" Bakrie. Keduanya bertemu sedikitnya dua kali pascalamaran Bank Dunia, di antaranya di rumah pribadi Yudhoyono di Puri Cikeas Indah, Bogor. "Hubungan di koalisi akan lebih baik," bisik sumber Tempo mengutip Aburizal. Benar, akhirnya Yudhoyono, sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, seusai rapat di Cikeas, Kamis malam pekan lalu, mengangkat Ical sebagai Ketua Harian Sekretaris Bersama Koalisi partai propemerintah.
Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani menilai mundurnya Sri Mulyani bagian dari kompromi politik untuk menyelamatkan semua muka. "Ini bagian dari kemenangan Golkar," katanya dalam diskusi di Gedung DPR, Kamis pekan lalu. Muzani semakin curiga lantaran Golkar juga mulai loyo terhadap kasus Century. "Ada apa ini?"
Aburizal yang ditemui Tempo di sela-sela rapat kerja daerah Partai Golkar di Semarang, pekan lalu, mengatakan mundurnya Sri Mulyani tidak ada hubungannya dengan Partai Golkar. Aburizal mengaku bertemu dengan Yudhoyono hanya untuk mengurusi koalisi. "Saya menjelaskan kebijakan, bukan menyangkut orang per orang," katanya. Dia memastikan tidak ada "main mata" dengan Yudhoyono soal Sri Mulyani. "Saya tidak pernah berani melakukan deal dengan SBY karena ada 60 persen lebih rakyat yang memilihnya," katanya.
Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Dodi Ambardi, mengatakan, dalam konteks koalisi, Yudhoyono memang sulit mempertahankan lagi Sri Mulyani. Dalam realitasnya, wanita yang masuk daftar 100 wanita berpengaruh di dunia versi majalah Forbes itu dianggap sebagai batu sandungan bagi keutuhan koalisi. "Tekanan dari Golkar kepada Yudhoyono dan Boediono akan berkurang pasca-mundurnya Sri Mulyani," ujarnya.
Padjar Iswara, Yandhrie Arvian, Agoeng Wijaya, Fery Firmansyah, Tito Sianipar, Rofiuddin (Semarang

Minggu, 09 Mei 2010

Pendemo Bakar Poster Bergambar Sri Mulyani

Pendemo Bakar Poster Bergambar Sri Mulyani
Salah satu orator yang tampil ke muka pendemo di depan DPR adalah Ahmad La Ode Kamaluddin.
Kamis, 14 Januari 2010, 15:25 WIBIta Lismawati F. Malau, Suryanta Bakti Susila
VIVAnews - Bersamaan dengan rapat Panitia Khusus (Pansus) Angket Century DPR, di luar pagar kantor Dewan puluhan massa melakukan aksi demonstrasi. Demo sejak pagi hingga siang ini menuntut pengusutan kasus Bank Century.
Dalam aksi yang terdiri dari lapisan kelompok itu, massa membawa poster bergambar dua wajah pejabat negara yang dinilai bertanggung jawab atas pengucuran dana talangan (bail out) ke Century. Mereka adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani dan mantan Gubernur Bank Indonesia Boediono.
Pantauan VIVAnews, Kamis 14 Januari 2010, sekelompok orang yang mengatasnamakan dirinya Barikade Pemburu Koruptor kemudian membakar poster bergambar Sri Mulyani. "Kami minta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tegas menindak pejabat bermasalah," kata salah satu orator.
Salah satu orator yang tampil ke muka pendemo di depan DPR adalah Ahmad La Ode Kamaluddin atau Kamal yang dua hari lalu diamankan petugas karena meneriaki 'Boediono maling' dalam rapat Pansus.
Dalam orasinya, Kamal tetap meneriakkan 'Boediono maling' untuk membakar semangat kawan-kawannya dari Jumper.

Sekelompoak Aktivitis, Teriak Maling Pada Sri Mulyani


Diteriaki Maling, Menkeu MelambaiSri Mulyani Mendadak Tinggalkan Acara Diskusi 100 Hari Pemerintahan SBY-Boediono ; Aktivis Kembali Demo Kasus Bank Century ; Sempat Diamankan Polisi, Peneriak Maling Dilepas Minggu, 31 Januari 2010 05:35 WITA
Jakarta, Tribun - Sekelompok aktivis meneriaki maling Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat meninggalkan acara diskusi 100 Hari Pemerintahan SBY-Boediono di Cafe Warung Daun, Jakarta, Sabtu (30/1).
"Woi maling, maling! Maling Century. Sri Mulyani maling Century!" teriak Presidium Komite Aksi Pemuda Antikorupsi (Kapak) Ahmad Laode Kamaluddin saat Sri meninggalkan lokasi diskusi.
Diteriaki maling, Sri hanya tersenyum. Ekonom Universitas Indonesia (UI) ini bahkan melambaikan tangan kepada pendemo yang berusaha mencegatnya.
Ini kali kedua Laode Kamaluddin menuding pejabat negara maling terkait kasus bailout Bank Century. Dua pekan lalu, pria asal Sulawesi Tenggara (Sultra) ini juga meneriaki Wakil Presiden (Wapres) Boedino dengan sebutan maling di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta.
Saat itu, Boediono yang juga mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) memberi kesaksian di depan Panitia Khusus (Pansus) DPR RI untuk Bank Century. Laode sempat diamankan polisi namun dilepaskan beberapa jam kemudian.
Sri Mulyani yang menjabat Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) saat memutuskan penyelamatan Bank Century dengan dana talangan Rp 6,76 triliun tersebut sedianya akan bicara panjang lebar mengenai kebijakan ekonomi dan keuangan Kabinet Indonesia Bersatu II.
Namun Sri pamit kepada panitia setelah hadir selama 40 menit dengan alasan ada acara yang tidak bisa ditinggalkan. Namun, saat dia ke luar dari ruang diskusi, tiba-tiba dua orang demonstran dari Kapak langsung meneriaki Ani, panggilan akrab Sri Mulyani.
Jarak dua demonstran dengan Ani hanya sekitar 10 meter. Melihat teriakan itu, Ani mengacungkan jempol sambil melempar senyumnya, tanpa mengeluarkan kata-kata.
Mengetahui pejabat negara diteriaki maling, puluhan polisi dari Polda Metro Jaya langsung mengamankan dua demonstran tersebut. Namun, polisi tak menangkap mereka.
Usai menebar senyum, Ani langsung naik mobil dinasnya ke arah jalur alternatif dan tidak melewati demonstran. Dua demonstran berusaha menghalangi mobil Sri Mulyani, namun karena kesigapan polisi Sri Mulyani bisa lolos.
Kepala Biro Humas Depkeu Harry Soeratin yang ditemui di Warung Daun sesaat setelah Sri meninggalkan lokasi, mengatakan menkeu meningalkan acara diskusi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terkait adanya aksi demo tersebut.
"Ibu memang meninggalkan tempat ini karena ada demo. Dari internal humas kami takut keselamatan Ibu Menteri terancam. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan Ibu meninggalkan diskusi ini. Kita tidak menghindar tapi menjaga saja," ujarnya.
Menurutnya, aksi demo itu tidak mendapat izin dari kepolisian setempat. "Tiba-tiba datang dan kelihatannya agak-agak berbau anarkis, sehingga kami jadi khawatir. Pada intinya kami tidak menyalahkan penyelenggara, karena kejadian itu tidak diduga," tambah Harry.
Klaim berhasil
Kehadiran Sri Mulyani dalam diskusi itu diketahui Kapak sejak awal. Sejak menkeu berada dalam ruangan diskusi, para pendmo telah bersiap menggelar aksinya.
Kapak menilai Sri Mulyani, Presiden SBY, dan Wapres Boediono sebagai orang-orang yang harus bertaganggungjawab terhadap aliran dana penempatan modal sementara (PMS) Rp 6,7 triliun yang tidak jelas.
"SBY, Boediono, dan Sri Mulyani adalah maling. Mereka harus turun," teriak demonstran. Setelah Ani pergi, puluhan massa dari Kapak masih menggelar aksi di tepi Jl Cikini Raya dengan pengawalan ketat pihak kepolisian.
Mereka sempat berusaha meletakkan sebuah spanduk berukuran 3x4 meter bergambar Sri Mulyani di tengah jalan agar dilindas kendaraan yang lalu lalang. Namun, aksi tersebut bisa dihentikan polisi.
Demo ini sendiri membuat arus lalulintas di Jl Cikini Raya menjadi tersendat. "Lihat teman-teman, maling Century melambaikan tangannya. Dasar Sri Mulyani tidak tahu malu," teriak demonstran.
Dalam acara itu Sri Mulyani sempat menyatakan depkeu seharusnya mendapat nilai 75 selama 100 hari bekerja. "Depkeu punya beberapa program yang agak berbeda," katanya.
Menurutnya Depkeu berhasil mengubah pelayanan empat pelabuhan menjadi 24 jam sehari dan tujuh hari seminggu. "Itu perubahan besar," ujarnya. Selain itu penerapan kebijakan national single window (NSW) sebagai online untuk impor barang ke dalam negeri.
Pengimpor barang tidak perlu bertemu 15 lembaga, seperti bea cukai, karantina, maupun kepolisian."Eksportir juga bisa menggunakan national single window, pelayanan satu pintu. Itu bisa lebih cepat, cuma 10 menit," ujar Sri Mulyani.
Mulai 29 Januari 2010, pemerintah resmi mengumumkan penggunaan NSW di lima tempat yakni Pelabuhan Tanjung Priuk, Belawan, Tanjung Perak, Tanjung Mas, dan Bandara Soekarno Hatta.
Dia juga mengungkapkan, pemerintahan SBY-Boediono tidak bisa dinilai dalam 100 hari kerja. Program 100 hari hanya sebagai awal pemerintahan lima tahun. (Persda Network/coz)
Nyaris Dilempar Sepatu
PARA demonstran yang beraksi di acara diskusi 100 Hari Pemerintahan SBY-Boediono, sebenarnya punya rencana heboh terhadap Menkeu Sri Mulyani Indrawati.
Mereka berniat melempar Sri Mulyani dengan telur mentah dan sepatu. "Sebenarnya kami sudah menyusun rencana tertentu. Kami masuk ke dalam dan mengikuti diskusi sebentar, terus lempar sepatu dan telur ke Sri Mulyani," kata Presidium Kapak Ahmad Laode Kamaluddin kepada Persda network di Jakarta, Sabtu (30/1).
Menurut Laode, dirinya berencana melempar dengan sepatu yang dikenakan dan 10 butir telur yang sudah disiapkan. Namun, saat ia tiba di lokasi justru menemui hambatan. Banyak polisi yang menjaga secara ketat.
Terpaksa ia mengurungkan niatnya. "Bukannya saya nge-down (takut), tapi, saat tiba di lokasi tahu-tahu sudah banyak polisi. Saya juga kaget. Jadi rencana kami ubah," ujarnya.
Ia mengakui mengetahui keberadaan Sri Mulyani dalam acara diskusi tersebut dari seorang temannya, Jumat (29/1) malam. Lagi pula acara diskusi yang diadakan rutin setiap Sabtu tersebut memang sudah diiklankan di sejumlah media cetak.
"Saya nggak mau sebutin namanya (pemberi informasi). Pokoknya ada teman saat dia mahasiswa. Saya sudah tahu Sri Mulyani bakal hadir di acara itu," katanya.
Ditambahkan, sikap serupa akan dilakukan terhadap para pejabat yang terkait dengan kasus pengucuran dana kepada Bank Century.
Laode mengaku tak takut masuk tahanan terkait dengan aksinya tersebut. "Kalau penjara bagi kami tidak perlu ditakuti selama menjalankan kebaikan. Itu sah-saha saja," katanya.
Kelompoknya melakukan aksi seperti itu karena kekesalan yang mendalam kepada Sri Mulyani. "Bayangkan saja kalau uang Anda Rp 100 ribu diambil oleh orang lain. Apalagi aliran dana Bank Century ini uang rakyat. Ekspresi saya sama seperti itu," ucapnya.
Bagi Kapak, lanjut Laode, Sri dan Boediono adalah pejabat yang paling bertanggung jawab atas ketidak jelasan aliran dana kasus Bank Century Rp 6,7 triliun. Jika keduanya tidak ditindak secara hukum, berarti ketidakadilan kembali terjadi.
Laode mengatakan, kelompoknya akan melakukan aksi jika nantinya Pansus tidak mampu menjerat Sri Mulyani dan Boediono ke ranah hukum. "Ke depan kami akan selalu lakukan tindakan represif. Jika hasil Pansus mengecewakan, kami akan kepung DPR. Biarkan Sri Mulyani dan Beodiono dikembalikan ke pengadilan rakyat," katanya. (Persda Network/coz)

Sri Mulyani, Menteri Keuangan RI : Kebanggaan Bercampur Kehilangan

Kebanggaan Bercampur Kehilangan
Kamis, 6 Mei 2010 - 10:21 wib
Berita mengagetkan. Sebelumnya sama sekali tidak ada indikasi maupun isu bahwa Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati diangkat Bank Dunia sebagai managing director per 1 Juni 2010 untuk masa jabatan empat tahun.
Pemberitaan sebelumnya masih didominasi prokontra pemeriksaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap Menkeu yang berlangsung di kantornya. Sebagian anggota DPR pun masih menunjukkan sikap menentang kehadiran Menkeu sebagai wakil pemerintah dalam pembahasan APBN-P 2010. Seperti sudah diduga, banyak pro-kontra berkaitan dengan posisi baru Mbak Ani––panggilan akrab beliau––di Bank Dunia. Satu hal yang sudah pasti, jabatan baru Mbak Ani di Bank Dunia adalah posisi yang terhormat dan strategis di institusi tersebut, langsung di bawah Presiden Bank Dunia yang saat ini dijabat Robert Zoellick. Dengan jabatan tersebut, berarti tokoh yang sering masuk kategori perempuan paling berpengaruh di dunia itu akan ikut menentukan kebijakan Bank Dunia bagi sebagian besar negara-negara sedang berkembang.
Selain merupakan kebanggaan bangsa, besar harapan bahwa dalam posisi tersebut, Mbak Ani akan memperkuat jaringan Indonesia di percaturan perekonomian internasional dan memudahkan hubungan Bank Dunia dan Pemerintah Indonesia. Penunjukan Bank Dunia terhadap Sri Mulyani dapat juga diartikan sebagai mulai diakuinya peranan Indonesia dalam perekonomian global. Dimulai dengan masuknya Indonesia sebagai anggota G-20, kemudian kinerja perekonomian Indonesia yang sangat baik semasa krisis keuangan global, penunjukan ini mempertegas keyakinan internasional bahwa Indonesia adalah The Next Emerging Economy dan berpotensi menjadi anggota BRIC (Brasil, Rusia, India, dan China) dalam waktu dekat.
Dalam berbagai forum dan analisis ekonomi internasional, berulang kali disebutkan, pemulihan ekonomi dunia saat ini dan masa depan ekonomi dunia akan sangat ditentukan oleh kawasan Asia Pasifik dan kekuatan emerging economies di mana Indonesia merupakan salah satu aktor penting selain keempat anggota BRIC plus Korea Selatan dan Meksiko. Isu yang pernah berkembang, Bank Dunia juga bermaksud mereformasi dirinya dengan melibatkan lebih banyak peran negara-negara tersebut. Nama Lula da Silva, Presiden Brasil saat ini yang tidak bisa mencalonkan diri lagi, pernah disebut sebagai kandidat kuat Presiden Bank Dunia.
***
Seperti yang sudah diduga, penunjukan yang boleh dibilang bersejarah bagi Indonesia juga menuai kritikan dari pihak-pihak yang telanjur antipati dengan Mbak Ani maupun Bank Dunia. Bank Dunia selalu dikaitkan dengan simbol “penguasaan” negara adidaya terhadap negara-negara miskin atau sedang berkembang. Dengan kata lain, Bank Dunia hanyalah kepanjangan tangan Amerika Serikat, Eropa Barat, dan Jepang dalam mengatur negara-negara berkembang agar kekuatan ekonomi dunia tersebut dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya. Tentu susah membuktikan apakah pandangan miring tersebut benar adanya karena dengan menggunakan logika ekonomi sederhana, jelas terlihat, negara-negara maju akan mendapatkan manfaat langsung dan tidak langsung dari operasi Bank Dunia di negara-negara sedang berkembang.
Ketika Bank Dunia memberikan pinjaman, melibatkan konsultan, ataupun memberikan hibah kepada negara-negara tersebut, hampir dapat dipastikan adanya keterlibatan perusahaan atau individu dari negara-negara maju yang sebagian besar memang mempunyai kualifikasi internasional. Jangan pula dilupakan, negara-negara maju mendominasi “saham” Bank Dunia melalui penempatan modal mereka sehingga wajar kalau pemegang saham besar menginginkan imbal hasil yang juga tidak kecil. Dalam konteks Indonesia, peranan Bank Dunia sebenarnya sudah tidak sebesar dahulu. Kalau Bank Dunia lebih banyak muncul di pemberitaan domestik, hal itu lebih disebabkan simbolisasi pengaruh Barat yang sering menimbulkan antipati.
Kalau melihat struktur pinjaman luar negeri Indonesia saat ini (di luar surat utang pemerintah), JBIC yang sekarang menyatu dengan JICA mendominasi pinjaman luar negeri Indonesia. Setelah lembaga pinjaman luar negeri Jepang tersebut, Bank Pembangunan Asia (ADB) menduduki posisi kedua, jauh di bawah JBIC. Bank Dunia baru muncul di posisi ketiga dengan persentase yang tidak terlalu besar lagi (sekitar 10%).
Data tersebut menunjukkan, Indonesia bukan lagi target utama Bank Dunia karena perekonomian Indonesia sudah naik kelas dari low income countries menjadi lower middle income countries dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang baik dan stabil. Tugas Mbak Ani nantinya akan berfokus pada penanganan negara-negara miskin yang berada di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya sekaligus memperbaiki citra dan kinerja Bank Dunia di negara-negara tersebut yang mungkin selama ini sering dianggap kurang tepat sasaran atau kurang memperhatikan good governance.
***
Namun, kebanggaan bangsa Indonesia dengan penunjukan posisi yang bergengsi tersebut diiringi rasa kehilangan karena peran Mbak Ani yang cukup besar dalam mengendalikan perekonomian Indonesia di tengah kemelut keuangan global sekaligus melakukan reformasi internal di Kementerian Keuangan. Tanpa harus gembar-gembor dan membuktikan ke sana-kemari, kinerja ekonomi Indonesia sejak 2005 dan terutama selama masa krisis 2008–2009 sudah cukup membuktikan hasil kerja beliau bersama tentunya rekan-rekannya di kabinet di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Kasus Century tentu merupakan kerikil tajam yang tidak bisa diabaikan. Meskipun DPR berkesimpulan bahwa Mbak Ani adalah salah satu pihak yang harus bertanggung jawab, sekali lagi harus dipikirkan dengan jernih apakah pendapat tersebut murni dari hati nurani atau dipenuhi kepentingan politis sesaat dan pragmatis? Mungkin ada perbuatan melawan hukum dalam kasus Century, tetapi tentu patut dipertanyakan apakah kebijakannya termasuk juga melawan hukum lantaran suatu kebijakan dibuat untuk mengantisipasi ketidakpastian yang saat itu tengah berlangsung dan dapat mengancam perekonomian Indonesia. Ada juga pihak-pihak yang selalu berusaha mengkritik reformasi Kementerian Keuangan dengan menyatakan bahwa biayanya lebih besar daripada manfaatnya.
Penyelewengan yang ditemukan di antara pengawai pajak dan Bea Cukai dipakai sebagai contoh. Sayangnya pihak-pihak tersebut tidak menyadari, reformasi birokrasi adalah suatu proses panjang dan bukan proses instan yang mengubah keadaan dalam sekejap. Yang harus dicatat dari Mbak Ani adalah inisiatifnya untuk memulai reformasi birokrasi menjadi suatu aksi dan tidak terjebak dalam wacana saja seperti yang terjadi sebelum ini. Reformasi tersebut tentu harus berlanjut, tetapi Kementerian Keuangan tidak bisa menjalankannya sendirian dan harus segera diambil alih pemerintah agar dampaknya menjadi menyeluruh. Mudah-mudahan budaya SMS (Suka Melihat yang Susah atau Susah Melihat yang Senang) makin hilang dari Indonesia, terutama politisinya.
Dalam pandangan penulis, budaya ini salah satu penghambat besar kemajuan Indonesia menjadi salah satu emerging economies tanpa tentunya mengabaikan penegakan hukum dan good governance. Selamat kepada Ibu Sri Mulyani Indrawati atas jabatan baru tersebut. Mudah-mudahan Indonesia makin banyak menempatkan putra-putri terbaiknya di bank pembangunan multilateral di mana Indonesia menjadi anggota, yaitu Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), dan Bank Pembangunan Islam (IDB).
Saat ini Indonesia under represented di lembaga-lembaga tersebut meskipun peranan Indonesia makin diakui dan dianggap sebagai the the next onedalam tahapan menjadi negara maju.(*)
Bambang PS Brodjonegoro
Guru Besar FEUI Direktur Jenderal di Islamic Development Bank

Sabtu, 08 Mei 2010

Biografi : Sri Mulyani, Menkeu RI

Sri Mulyani Indrawati lahir di Tanjungkarang, Lampung, 26 Agustus 1962. Ia menjabat sebagai Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI) sejak Juni 1998. Ia kemudian dipercaya oleh Presiden SBY untuk menjabat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas. Pada 5 Desember 2005 ketika Presiden SBY mengumumkan perombakan (Reshuffle) kabinet, Sri Mulyani dipindahkan menjadi Menteri Keuangan menggantikan Jusuf Anwar.

Sebelum diangkat menjabat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Kabinet Indonesia Bersatu, Sri Mulyani hijrah ke Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, sebagai konsultan di USAid sejak Agustus 2001 dalam rangka kerjasama untuk memperkuat institusi di daerah. Yaitu, memberikan beasiswa S-2 untuk pengajar universitas di daerah. Disana ia banyak memberikan saran dan nasihat mengenai bagaimana mendesain program S-2 untuk pendidikan universitas di daerah maupun program USAid lainnya di Indonesia, terutama di bidang ekonomi. Di samping itu, ia juga mengajar tentang perekonomian Indonesia dan ekonomi makro di Georgia University serta banyak melakukan riset dan menulis buku.

Sejak tahun 2008, ia menjabat Pelaksana Tugas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, setelah Menko Perekonomian Dr. Boediono dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia. Ia dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik Asia untuk tahun 2006 oleh Emerging Markets pada 18 September 2006 di sela Sidang Tahunan Bank Dunia dan IMF di Singapura.[1] Ia juga terpilih sebagai wanita paling berpengaruh ke-23 di dunia versi majalah Forbes tahun 2008[2] dan wanita paling berpengaruh ke-2 di Indonesia versi majalah Globe Asia bulan Oktober

Sri Mulyani Indrawati atau akrab dengan panggilan Mbak Ani, adalah seorang ekonom yang sering tampil di panggung-panggung seminar atau dikutip di berbagai media massa. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE-UI) ini juga sempat aktif menjadi penasehat pemerintah bersama sejumlah ekonom terkemuka lain dalam wadah Dewan Ekonomi Nasional (DEN) pada era pemerintahan Abdurrahman Wahid. Seperti halnya di Indonesia, di Amerika ia juga sering mengikuti seminar, tetapi lebih banyak masalah internasional daripada di Indonesia.

Pada awal Oktober 2002, Sri Mulyani terpilih menjadi Executive Director Dana Moneter Internasional (IMF) mewakili 12 negara di Asia Tenggara (South East Asia/SEA Group). Sejak 1 November 2002, ia mewakili 12 negara anggota SEA Group di IMF. Tugasnya sebagai executive director terkait dengan pengambilan keputusan. Untuk menentukan berbagai program dan keputusan yang harus diambil IMF. Jadi ia tidak hanya mewakili kepentingan Indonesia, namun mewakili kepentingan negara-negara anggota di lembaga IMF maupun forum internasional yang relevan.

PENDIDIKAN:
• Sarjana Ekonomi di Universitas Indonesia Jakarta, Indonesia. (1981 – 1986)
• Master of Science of Policy Economics di University of lllinois Urbana Champaign, U.S.A. (1988 – 1990)
• Ph. D of Economics di University of lllinois Urbana-Champaign, U.S.A. (1990 – 1992)

PENGALAMAN KERJA:
• Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI), Juni 1998 – Sekarang
• Nara Sumber Sub Tim Perubahan UU Perbankan, Tim Reformasi Hukum – Departemen Kehakiman RI, Agustus 1998 s/d Maret 1999.
• Tim Penyelenggara Konsultan Ahli Badan Pembinaan Hukum Nasional Tahun 1999 – 2000, Kelompok Kerja Bidang Hukum Bisnis, Menteri Kehakiman Republik Indonesia, 15 Mei 1999 – Sekarang
• Anggota Tim Asistensi Menteri Keuangan Bidang Keuangan dan Moneter, Departemen Keuangan RI, Juni 1998 s/d sekarang.
• Dewan Juri Lomba Karya Ilmiah Remaja LIPI-TVRI XXXI, Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial, Kebudayaan dan Kemanusiaan, terhitung 1 April 1999 – Sekarang
• Redaktur Ahli Majalah bulanan Manajemen Usahawan Indonesia, Agustus 1998 – Sekarang
• Anggota Komisi Pembimbing mahasiswa S3 atas nama Sdr. Andrianto Widjaya NRP. 95507 Program Doktor (S3) Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Institute Pertanian Bogor, Juni 1998
• Ketua I Bidang Kebijakan Ekonomi Dalam dan Luar Negeri serta Kebijaksanaan Pembangunan, PP Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), 1996 – 2000
• Kepala Program Magister Perencanaan Kebijakan Publik-UI, 1996-Maret 1999
• Wakil Kepala Bidang Penelitian LPEM FEUI, Mei 1995 – Juni 1998
• Wakil Kepala Bidang Pendidikan dan Latihan LPEM FEUI, 1993 – Mei 1995
• Research Associate, LPEM FEUI, 1992 – Sekarang
• Pengajar Program S1 & Program Extension FEUI, S2, S3, Magister Manajemen Universitas Indonesia, 1986 – Sekarang
• Anggota Kelompok Kerja – GATS Departemen Keuangan, RI 1995
• Anggota Kelompak Kerja Mobilitas Penduduk Menteri Negara Kependudukan – BKKBN, 1995
• Anggota Kelompok Kerja Mobilitas Penduduk, Asisten IV Menteri Negara Kependudukan, BKKBN, Mei – Desember 1995
• Staf Ahli Bidang Analisis Kebijaksanaan OTO-BAPPENAS, 1994 – 1995
• Asisten Profesor, University of lllinois at Urbana, Champaign, USA, 1990 – 1992
• Asisten Pengajar Fakultas Ekonomi – Universitas Indonesia, 1985 – 1986